"Pagiii Bang Fajaaaaar..."
Sapa Eti saat sang pangeran turun dari Tossa mewahnya.
"Pagi neng Eti, pagi neng Po, pagi neng Dinda."
Fajar tersenyum manis, semanis gulali.
"Ciyeeeee pagi neng Dindaaaaa."
Eti dan Po kompak menggoda Dinda terus membuat Dinda jadi ingin bersembunyi di balik awan.
Balqis tampak tertawa semangat.
"Heeei, sudah jam berapa ini?"
Aki tiba-tiba muncul dari dalam rumah di pintu depan.
"Hahahaha... Iya Aki, nih mau berangkat kok."
Kata Balqis dan yang lain kompak.
Namun Eti yang baru akan naik ke atas sepedanya kemudian melihat ke arah Balqis.
"Qis, kamu mau sekolah pakai sepeda diplastikin?"
Pertanyaan Eti membuat semua jadi melihat ke sepeda Balqis, dan jadi tertawa.
"Yaaaa ini kan aku lagi bukaaaa."
Sahut Balqis.
"Kirain mau tetep pakai plastik, sekalian aja Notanya dicantolin."
Seloroh Eti membuat tambah pada tertawa.
"Ah sialan Eti mah, kamu aja nanti aku masukin plastik."
Kata Balqis.
Albar yang tampaknya baru selesai ganti baju ikut muncul di belakang Aki.
"Hai epribadi, apa kabar alam semesta?"
Sapa Albar membuat semua menggelengkan kepalanya.
Maksudnya apa coba dia itu, tak jelas sama sekali.
"Udah nih selesai, ayuk berangkat."
Balqis naik ke sepeda dan memasukkan plastik pembungkus sepedanya ke bak tossa Fajar.
"Buat kenangan Bang."
Kata Balqis nyengir pada Fajar yang tadinya sedang curi-curi pandang pada Dinda jadi tersenyum keki.
"Bal, pulangnya jangan kesiangan."
Kata Albar.
"Ciyeeeeee."
Eti, Po dan Dinda ganti menggoda Balqis yang langsung ngacir dengan sepedanya.
"Hahaha... Calon isterinya kayaknya ngga cinta Pak."
Kata Fajar pada Albar yang mencibirkan bibirnya.
"Gimana Jur, sudah dianterin semua sepedanya?"
Tanya Albar.
"Sudah dong, pada nitip ucapan makasih, nanti sore pada mau ke sini katanya pengin ketemu Bang Bara."
Kata Fajar.
"Ya sudah, ayuk kita ke kandang Jar, sudah siang inih."
Kata Aki.
"Hari ini aku ikut boleh ngga ke kandang Ki?"
Tanya Albar tiba-tiba.
Aki yang sedang memakai sandal di teras menoleh pada Albar.
"Kandang Ayam? Nanti bau."
Kata Aki khawatir Albar akan terganggu dengan aroma sekitar kandang ayam.
"Ngga apa Ki, buat pengalaman, jenuh juga cuma guling-guling di loteng."
Kata Albar lagi.
"Ganti dong guling-guling di atas tepung roti biar kayak risol."
Sahut Fajar yang kembali naik ke tossa nya.
"Enak aku aku disamain risol."
Albar memakai kacamata hitamnya.
Ganteng maksimal dia sampai cahaya kelap-kelip memancar disekitarnya.
"Kira-kira bakal pada minta foto bareng ngga ayam-ayam Aki lihat aku Jur?"
Tanya Albar.
Fajar tertawa terpingkal-pingkal.
"Ya jelaslah, bukan cuma minta foto, mereka langsung pada bertelor semua."
Sahut Fajar.
Aki yang melihat kelakuan keduanya jadi geleng-geleng kepala, lalu menutup pintu dan menguncinya.
"Sudah ayuk kalau mau ikut."
Kata Aki akhirnya.
Albar dengan bahagia mengikuti Aki yang naik ke atas bak tossa.
Albar sejenak ragu akan ikut naik.
"Cepet Ra, naik."
Kata Fajar.
Albar akhirnya untuk pertama kalinya dalam sejarah naik ke atas tossa, bahkan sepertinya sejak jaman nenek moyangnya yang hidup saat Dinosaurus masih ada juga tidak akan naik tossa meskipun di kejar-kejar T'rex.
"Pegangan Ra, aku mau ngetrek."
Kata Fajar.
Hah, ngetrek pake tossa? Dikira dia lagi naik Ferrari kali. Batin Albar.
Dan...
Wuuuzz....
Tossa Fajar melesat secepat mobil Batman en Robbin.
**---------**
Sampai di sekolah, sepeda Balqis yang semula adalah sepeda harga standar, sekarang jadi yang paling mahal sesekolahan.
Niat sekolah membuat peraturan siswanya hanya boleh memakai kendaraan pribadi berupa sepeda agar tak ada kesenjangan sosial terlalu tinggi tampaknya akan mulai kacau gara-gara sepeda Balqis dari Albar.
Tapi...
Eiiitz...
Ada satu lagi yang parkir satu di pojokan. Sepeda yang sama dengan Balqis.
Yah siapa lagi jika bukan milik Tias, yang juga pagi tadi dapat berkah hadiah sepeda Albar.
Balqis dan teman-temannya meninggalkan parkiran sepeda ketika Tias tiba-tiba berlari ke arah mereka dan kemudian menyalami Balqis.
"Teh Balqis, makasih yah Teh sepedanya, salam buat calon suami Teh Balqis, makasih."
Kata Tias dengan suara cemprengnya yang auto mengundang kekepoan seluruh jagat raya.
Apa tadi, calon suami?
Masih SMA sudah punya calon suami?
Wah, dia pasti tersesat dari jaman Siti Nurbaya. Anak-anak yang ada di sekitar sana jadi melihat ke arah Balqis seolah ada orangtua di dalam sekolahan.
Haish... Balqis jadi tidak nyaman.
"Suara kamu tuh volume berapa sih? Toa aja kalah."
Semprot Eti.
Tias cengar-cengir.
"Maaf Teh, aku terlalu bersemangat."
Balqis dan ketiga temannya langsung menghela nafas.
"Ya udah ngga apa, nanti aku sampaikan ke Bara."
"Nanti sore Kakek mau ke rumah katanya Teh."
Tias sumringah.
Balqis mantuk saja.
"Yah, silahkan, ada Aki ini."
Kata Balqis.
Sore nanti kan jadwal dia ngaji di rumah Ustadzah Nur, jadi whatever lah ya. Batin Balqis.
Tias kemudian permisi untuk kembali ke gerombolan anak-anak kelas X lainnya. Sedangkan Balqis dan ketiga temannya melanjutkan perjalanan menuju kelas mereka.
"Malu kalau sampai dikira aku mau nikahan cepet jadinya."
Keluh Balqis.
"Abaikan... Abaikan."
Kata Eti merangkul Balqis.
"Kata kamu kan di warung juga udah pada heboh."
Lirih Balqis gundah.
"Iya sih, aku padahal sengaja ngga cerita."
Kata Eti.
"Hu um aku juga."
Kata Po.
"Aku apalagi, pergi keluar rumah aja ngga pernah selain ke sekolah sama ngaji."
Ujar Dinda.
"Iya, aku tahu kok pasti bukan kalian yang cerita ke orang-orang."
Sahut Balqis.
Balqis menghela nafas.
Tapi siapa kira-kira yang cerita, apa jangan-jangan Albar sendiri yang cerita kalau ke mushola? Batin Balqis kesal.
"Tapi ngga heran sih Qis heboh, karena kita kan tinggal di desa selama ini ngga pernah kedatangan manusia kayak Bara."
Ujar Eti.
Dinda mengangguk setuju.
"Iya, mana ada coba orang baru datang ngunjungin sodaranya trus bantu warga setempat minjemin uang sampe seratus juta lebih tanpa bunga, udah gitu borong barang di pasar ngga kira-kira, di tambah bagi-bagi sepeda."
Terang Dinda.
"Apalagi mukanya mirip artis Albar Harrys, ya sudah lengkaplah penderitaanmu Qis."
Sahut Po menambahkan.
Balqis setuju dengan kata-kata Po.
Yah lengkap sudah memang penderitaan Balqis .
Dikira mau nikah muda sama Albar yang tiba-tiba saja muncul dalam hidupnya.
Yang kedatangannya seperti kelinci keluar dari topi Pak Tarno karena ditepukin sambil baca mantera, yuk dibantu yuk dibantuuuuuuu...
Balqis menghela nafas.
Apalagi saat kemudian Balqis sampai di kelas bersama teman-temannya, Amel di tempat duduknya bersama kelompoknya kasak-kusuk soal Albar yang Amel tahunya juga namanya Bara.
"Bilangnya sodara, ternyata calon suami, masih kecil udah mikir nikah aja. Hahaha..."
Semua jadi tertawa mendengar selorohan Amel.
"Kecil... Kecil apaan, kamu tuh yang kecil ngga numbuh kayak bonsai."
Sahut Eti ke Amel belain Balqis.
"Huu dayangnya ngga terima."
Amel yang tubuhnya memang kecil imut itu mencibirkan bibirnya ke arah Eti.
"Udah Et, ngga usah diurusin, buang energi aja, sayang sarapan sepiring kita."
Kata Po.
"Ho oh, emang dari kecil dia begitu sama Balqis."
Ujar Dinda.
Balqis tersenyum hambar.
**---------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Putrii Marfuah
prok prok jadi apa yaaa...
asli ngakak Klo bikin risol jadi inget author deh ..aq celupin terigu trus aq gulingin di tepung roti. simpan di freezer. beku2 deh 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2021-11-25
1
Mien Mey
seneng lait kllrgaan desa adem orbg ramah yah wl tto ad ttga yg kepo😄
2021-11-13
2
Lisa Aulia
jng minta foto....yg ada ayam2 nya dibuat baper sama babang Albar...
2021-10-19
3