"Eh eh... Babang Albar bikin story... Oh my Goooood... Lope lope pul."
Eti histeris menatap layar hp nya.
Sebetulnya putri medsos itu tadinya cuma mau up foto bersama tiga sohibnya sebelum bel pelajaran pertama berbunyi, tapi tangannya tiba-tiba belok sendiri ngeklik akun Albar Harrys.
"Waaah, tumben story nya dalem bangetz."
Kata Eti lagi.
Ketiga sahabatnya hanya menggelengkan kepala.
Tampaknya halu Eti sudah lumayan parah, dan susah sembuh.
{Hidup bermanfaat untuk orang lain. Sejatinya di dunia ini yang bermanfaat adalah ilmu}
Eti mengerutkan kening saat membaca tulisan story Albar.
Dia seperti merasa tidak asing dengan kalimat itu. Seperti kalimat yang sudah sering ia dengar.
"Kalian tahu kalimat ini ngga? Kayaknya aku ngga asing deh."
Eti menunjukkan story Albar pada Po, Dinda dn Balqis.
Balqis yang melihat tulisan story Albar langsung tersedak.
Balqis terbatuk lagi.
"Eh napa kamu Qis?"
Ketiga temannya jadi sibuk mengurus Balqis.
"Ah ngga apa, ngga apa."
Balqis mengibas-ngibaskan tangannya.
Bersamaan dengan itu seorang kakak kelas mengetuk pintu kelas dan memanggil Balqis.
"Qis, diminta ke ruang Guru tuh."
Kata si kakak kelas.
"Ada apaan?"
Tanya Eti pada Balqis.
Dinda dan Po juga tampak heran.
Balqis mengedikkan bahunya.
Ia merasa tak ada masalah, jadi biasa saja.
Balqis berdiri dari duduknya, lalu segera melangkah keluar kelas dan menuju ruang Guru yang tak begitu jauh dari kelasnya.
Tok tok tok...
Balqis mengetuk pintu ruang Guru.
"Masuk Balqis."
Salah seorang Guru perempuan mempersilahkan bertepatan dengan beliau yang akan mengajar.
Balqis mengangguk santun.
Gadis cantik dan manis itu kemudian masuk ke ruang Guru.
"Itu Bu Ririn yang manggil Qis."
Kata Pak Khafid.
Balqis mengangguk lagi dan langsung menuju meja Bu Ririn.
Bu Ririn menyuruh Balqis duduk sebentar.
"Ibu ada kepentingan keluar, jadi nanti tolong Balqis bagikan kertas ulangan minggu ini pada teman-teman."
Kata Bu Ririn Guru Bahasa Inggris.
Setiap minggu, terutama hari senin, Bu Ririn memang selalu menyiapkan ulangan untuk para siswanya.
Balqis mengangguk saja.
Bu Ririn masih tampak sibuk menata kertas ulangan yang akan ia berikan pada Balqis, saat pintu ruang Guru kembali di ketuk dari luar.
"Ah itu Guru matematika kelas X yang baru."
Pak Khafid yang merupakan wakil kepala sekolah tampak berdiri dari tempat duduknya.
Penasaran Balqis menoleh ke arah pintu yang pelahan terbuka dan...
Balqis sungguh terkejut, saat dilihatnya Bang Adit berdiri di sana dengan penampilan rapi.
Bang Adit yang tak sengaja melihat Balqis di sana juga seperti terkejut.
Bukan terkejut karena Balqis ternyata sekolah di sana, tapi karena bertemu Balqis di ruang Guru.
Bang Adit belum sempat menyapa Balqis begitu Pak Khafid lebih dulu menghampirinya dan mengajak salaman.
Pak Khafid memang teman kuliah Ustadzah Nur, jadi tak heran jika begitu hangat menyambut kedatangan Bang Adit.
Guru matematika kelas X? Jadi Bang Adit akan mengajar di sekolah Balqis? Batin Balqis deg degan.
"Nah, ini Qis sudah siap."
Tiba-tiba Bu Ririn mengagetkan Balqis yang sedang setengah melamun soal Bang Adit.
"Ah iya Bu, maaf maaf..."
Balqis jadi sedikit gugup.
"Nanti kalau jam pelajaran Ibu selesai, kertas ulangan dikumpulkan lagi ya Balqis, lalu antar ke meja Ibu di sini."
Pesan Bu Ririn.
Balqis mengangguk.
"Yah Bu."
Balqis menerima kertas-kertas ulangan dari tangan Ibu Ririn, lalu permisi kembali ke kelas.
Saat akan keluar Balqis melewati Bang Adit yang berbincang dengan Pak Khafid.
Balqis membungkuk memberi salam.
Bang Adit tersenyum sambil mengangguk saja.
**---------**
Balqis masuk ke kelas dengan wajah bersemu merah. Dadanya kini berdebar begitu kencang karena baru saja bertemu pujaan hati (ihiiiir).
Balqis kemudian membagikan kertas ulangan yang dititipkan Bu Ririn padanya ke semua teman sekelasnya.
"Waktunya sampai jam pelajaran berakhir ya teman-teman, lalu nanti Balqis kumpulkan lagi."
Kata Balqis.
"Bu Ririn ngga masuk Qis?"
Tanya salah satu teman sekelas Balqis.
"Ada kepentingan jadi ngga bisa masuk kelas, kita diminta mengisi ulangan saja."
Terang Balqis sambil kemudian membawa kertas ulangannya sendiri menuju ke bangkunya.
"Kamu kenapa mesem mesem begitu Qis?"
Tanya Eti saat melihat Balqis bolak balik tersenyum sendiri begitu duduk di sebelahnya.
Balqis yang malu ketahuan jadi gugup menggeleng.
"Ah enggak kok, perasaan kamu aja paling."
Sanggah Balqis lalu berusaha menfokuskan diri pada kertas ulangannya saja.
Eti juga akhirnya mulai membuka dompet alat tulisnya, dan mengambil pulpen yang lagi-lagi bergambar Albar.
"Eh Qis, nanti bilangin Bara, kalo aku ngga jago Bahasa Inggris tetap bisa diterima masuk perusahaannya ngga."
Kata Po menoleh pada Balqis.
Eti menarik ujung belakang jilbab Po.
"Iya Po ngga bisa bahasa Inggris, bisanya bahasa tumbuh-tumbuhan."
Seloroh Eti, membuat Po mencoret tangan Eti dengan pulpen.
Balqis dan Dinda jadi tertawa melihat tingkah mereka.
**---------**
Pemilik toko elektronik dan para pegawai yang didatangi Albar melongo.
Saat melihat pelanggannya masuk ke dalam toko memakai masker, kacamata hitam dan juga helm.
Fajar sudah meminta Albar membuka helmnya sejak tempat parkiran, tapi Albar tidak mau.
Sejak jadi artis, Albar sudah tak pernah memperlihatkan wajah tampannya dengan bebas, dan kali ini ia juga melakukannya demi keamanan jiwa raganya.
Albar tidak mau jika tiba-tiba nanti ada yang mengenalinya dan kemudian misi pengasingannya gagal total.
"Jadi Tuan mau beli yang mana?"
Tanya si pemilik toko.
Albar menunjuk mesin cuci yang paling mahal.
Albar bukan hanya membeli mesin cuci, tapi juga magicom terbaru karena magicom di rumah Aki sudah ketinggalan jaman.
Albar juga membeli TV layar 42 inc, agar nanti Aki lebih betah nonton sinetron laga, dan saat ada iklan mie instan yang masih memajang wajahnya bisa terlihat lebih jelas.
Bukan hanya itu, Albar juga membeli kipas angin, bukan satu biji, tapi enam. Dia menghitung jumlah ruangan. Semula dia ingin beli AC, tapi kata Fajar nanti listriknya tidak kuat.
Ah listrik tidak kuat mungkin tidak makan bayam seperti popeye.
Setelah Albar menghabiskan uang sekitar dua puluh lima juta di toko elektronik, Albar tiba-tiba ingat sepeda Balqis yang rantainya copot.
"Eh Jur, tau yang jual sepeda ngga?"
Tanya Albar.
"Tuh sepeda."
Fajar menunjuk toko sebelah toko elektronik yang baru saja mereka datangi.
Ah iya, Albar tak lihat karena matanya gelap oleh kacamata dan helm.
"Ayo kita beli sepeda."
Kata Albar.
Albar kemudian meminta Fajar memilihkan yang cocok untuk Balqis.
"Ini saja, cewek kan suka warna pink."
Fajar menunjuk sepeda berwarna pink.
Tapi Albar lebih suka warna Magenta.
"Ini ajalah."
Kata Albar.
Haish... Tadi minta dipilihkan, sudah dipilihkan dia milih sendiri.
"Eh tapi ini merah juga bagus, biru juga oke."
Albar malah keder.
Dan karena keder, Albar pun membeli semuanya.
Fajar melongo melihat Albar membayar lima buah sepeda.
"Kamu sakit panas ya Ra?"
Tanya Fajar yang tahunya nama Albar ya Bara.
"Kenapa emang?"
Tanya Albar.
"Kamu beli barang puluhan juta kayak beli kacang."
Kata Fajar.
Albar tersenyum di balik maskernya.
"Kamu mau beli motor? Ayuk kalo mau aku belikan sekalian."
Kata Albar.
Fajar tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
"Gila... Gila... Kirain yang begini cuma di drama korea saja."
Kata Fajar tergugu.
**-----------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Putrii Marfuah
sultan mah bebas....
2021-11-25
1
Mien Mey
anggap ajh lg nonton acra uang kaget jar😄
2021-11-13
1
Susan
alamaaak...mborong si Albar
2021-10-23
1