Huaaachiiiih...
Suara bersin itu kembali terdengar, bahkan suaranya lebih keras.
Balqis tentu saja semakin panik, dia tidak mungkin mengatakan itu suara tikus.
"Siapa di loteng Qis?"
Tanya Dinda yang yakin jika itu pasti manusia, tidak mungkin itu hantu.
Balqis bingung tujuh keliling harus menjawab apa.
"Apa sodara Aki yang dari Jakarta menginap Qis? Tadi katanya udah pulang."
Sela Eti.
"Ah... Itu, iya... anu iya benar itu sodara Aki."
Jawab Balqis akhirnya gugup setengah mati.
Semua langsung menghela nafas lega.
"Aqis, tinggal jawab gitu aja susah banget, kayak lagi ngumpetin buronan aja."
Seloroh Eti.
Fiuuuuh... Balqis tampak mengelus dada.
"Udah ayuk ah makan nasi berkat, habis itu kita bikin sempolannya, bahannya udah siap kan Qis?"
Tanya Dinda.
Balqis mengangguk.
"Udah tinggal nyetakin saja, tadi ngga sempet."
Ujar Balqis yang kembali masuk ke dalam ruangan mengikuti teman-temannya.
Mereka tampak duduk lesehan di atas karpet, duduk melingkar sambil membuka bungkus nasi berkatnya.
"Tadi ketemu Bang Adit?"
Tanya Po pada Balqis.
Balqis tersenyum malu-malu sambil mengangguk.
"Yaaah, aku pengin lihat aja susah."
Kata Po.
"Ah aku mah penginnya lihat Babang Albar."
Kata Eti.
"Huuuu... Mimpi."
Po tertawa.
Dinda tampak geleng-geleng kepala.
Sementara Balqis yang sedang menggigit perkedel jadi tersedak.
"Yaaah, kenapa kamu Qis, sekarang suka banget tersedak."
Po nepuk-nepuk punggung Balqis.
Dinda segera berlari ke dapur untuk mengambilkan minum.
"Nih minum Qis."
Dinda tak lama kemudian muncul dengan satu gelas air putih, Balqis segera meneguknya.
"Ati-ati dong Qis, untung perkedel, kalo kepala ikan kakap gimana?"
Seloroh Eti membuat semua tertawa.
Mereka kemudian menikmati nasi berkat yang didapat dari rumah Ustadzah Nur, sambil sesekali becanda soal Bang Adit dan juga soal Guru Sejarah baru mereka di sekolah.
Obrolan khas anak remaja yang sesekali di sertai acara cekikak cekikik tak jelas saat salah satunya halu dan mengada-ada.
Hingga acara makan selesai lalu dilanjutkan dengan membantu Balqis membuat sempolan, Aki sendiri seperti biasa setelah sholat maghrib akan lanjut hingga sholat Isya di Mushola, dan jika malam Sabtu begini, Aki akan pulang lebih larut karena biasanya di rumah Pak Haji Munawir diadakan pertemuan para pengurus dan kelompok ternak di desa mereka.
Aki adalah salah satu anggota tetap di dalam kelompok ternak tersebut, dan termasuk anggota yang cukup aktif meskipun usianya sudah tak lagi muda.
Aki sejak mengundurkan diri menjadi supir di keluarga Harrys memang memilih menjadi petani dan peternak di kampung, namun karena lambat laun produksi tani lebih sering merugi, maka Aki lebih berfokus pada ternaknya.
Belakangan Aki yang berternak Ayam petelur dan ayam potong mulai berkembang, dari yang dulu hanya satu kandang kecil berisi sepuluh ekor, sekarang Aki sudah memiliki dua kandang ukuran cukup besar dengan satu kandang ayam petelur hampir tujuh puluh dan satu kandang ukuran sedang berisi dua puluh lima ekor ayam potong.
"Eh Qis, kamu teh masih langganan beli ayam di Bang Fajar?"
Tanya Dinda sambil sibuk membentuk adonan sempolan di tusukan.
"Ciyeeee... Bang Fajar."
Eti mencolek pipi Dinda yang putih.
"Ikh apaan sih, orang cuma nanya doang."
Dinda jadi malu-malu.
"Mau disalamin ke Bang Fajar?"
Tanya Balqis membuat pipi Dinda semakin memerah, dan ketiga temannya jadi terkekeh.
"Setiap pagi kan Bang Fajar ke sini, ambil ayam hidupnya kan di tempat Aki, tiga hari sekali baru Aqis minta yang sudah dipotong dan dibersihkan ke Bang Fajar."
Terang Balqis.
"Oo jadi setiap pagi Bang Fajar ke sini Qis? Ciyeee salamin lah."
Kata Eti.
Balqis tertawa,
"Siap, besok Aqis sampaikan salamnya."
Kata Balqis membuat Po dan Eti semakin menjadi-jadi menggoda Dinda.
"Ikh kalian mah, gosip banget."
Mereka terus bercanda sambil sibuk membantu Balqis membentuk adonan sempolan.
Hingga waktu berlalu tanpa terasa dan seluruh adonan habis dibentuk.
Balqis menyimpannya di dalam wadah tertutup lalu memasukkannya ke dalam freezer.
"Besok pagi jalan-jalan yuk, habis subuh."
Ajak Po saat mereka sibuk cuci tangan di sumur.
"Ke mana?"
"Ke mana yah enaknya?"
Po meminta pendapat.
"Nantilah pikirin."
Sahut Eti.
"Iya, nanti aja kita bahas di grup chat, udah malam nih, pulang yuk, aku kan rumahnya lewat pemakaman."
Ujar Dinda.
"Perlu panggilin Bang Fajar ngga?"
Goda Balqis membuat Dinda menabok lengan Balqis dengan tangannya yang masih basah.
Mereka berempat malah jadi bercanda di sumur sambil main air seperti bocah, berisik bercanda, lupa jika di loteng dekat mereka ada orang yang sedang berusaha tidur.
Haiiiissh...
Albar menutup wajahnya dengan bantal berusaha tidur lelap, tapi suara berisik Balqis dan teman-temannya seolah berada tepat di telinganya.
Kesal Albar pun bangun dari tidurnya, ia beranjak dari kasur lantainya, membuka pintu loteng kamarnya dan melongokkan kepalanya.
"Whoiii berisiiiiiik...!"
Teriak Albar.
Sontak Balqis dan ketiga temannya terdiam, mereka menatap ke arah pintu loteng di mana kepala Albar melongok.
Haish, kenapa dia melongok.
Balqis seketika jantungan.
Dinda, Po dan terutama Eti tampak melongo.
Mereka menatap kepala Albar, lalu menatap Balqis, lalu menatap Albar, lalu menatap Balqis, dan...
"Aaaaa... Bang Albaaaaaar...!!!!!!!!!!!!!!!!"
Eti histeris sambil berlari ke arah loteng.
Albar yang sadar bahwa harusnya dia sembunyi langsung menutup pintu lotengnya.
Fiuuh... Fiuuuh...
Albar tampak ngos-ngosan sendiri.
Sial! Kenapa aku sampai lupa? Batin Albar.
Eti kalap mencoba mendobrak pintu kamar Albar.
Balqis mencoba menarik rok Eti agar dia mau turun.
"Eti, turun Etiii... Turuuuun."
Balqis berusaha membujuk Eti susah payah.
Po dan Dinda yang masih terbengong-bengong menatap Balqis yang berusaha meminta bantuan mereka tapi mereka malah diam saja.
"Kenapa Albar ada di rumah ini Qis?"
Tanya Dinda dan Po yang masih antara percaya dan tidak percaya. Antara mereka merasa sedang mimpi atau memang ada di dunia nyata.
Balqis mendengus.
"Albaaaar... Albar Harrys aku tahu itu kauuuuu, keluar... Keluaaaar."
Eti semakin berisik.
Balqis benar-benar pusing sekarang, untungnya dalam situasi dan kondisi yang sangat membuat kepala sakit itu Aki akhirnya pulang.
"Lho kalian sedang apa?"
Tanya Aki melihat semua berkumpul di depan kamar Albar, apalagi di jam yang sudah cukup malam.
"Aki, ada artis."
Kata Po.
Eti yang melihat Aki langsung turun dan meminta Aki segera mendobrak pintu kamar loteng yang di dalamnya ada Albar Harrys.
"Albar Harrys teh siapa?"
Tanya Aki pura-pura tidak kenal.
"Artis Ki, artis... Ini ada di kamar loteng."
Kata Eti.
Dinda mengerutkan kening.
"Memangnya Aki tidak tahu ada artis di sini? Kan ini rumah Aki."
Kata Dinda.
Aki terkekeh.
"Maksud kalian siapa? Anak saudara Aki? Itu yang di loteng anak saudara Aki yang dari Jakarta."
Ujar Aki.
Eti melongo.
Masa sih, mukanya aja sama persis. Batin Eti.
"Kalian pasti salah sangka, masa anak sudara Aki artis."
Aki geleng-geleng kepala sambil terkekeh dan berjalan masuk ke dalam ruangan rumah.
Dinda, Po dan Eti kini menatap Balqis.
"Apa, kalian kok natap akunya gitu?"
Balqis jadi salah tingkah.
**---------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Adinda
hahahaha Fajar kan adiknya dinda kak cila ... waaahh anak q dua"nya jdi bintang tamu di novelnya kak cila ..
2022-03-10
0
Sasa Brina
Klw jempol,y ada 10 tek kasih smw ini tp syang cm ada 1🤣🤣🤣🤣🤧🤧
2022-02-19
1
Putrii Marfuah
Ali jadi artist Aja, acting ya 👍👍
2021-11-24
1