Sarapan sederhana yang terhidang di meja makan yang awalnya dilihat sebelah mata oleh Albar akhirnya habis tanpa sisa.
Tak Albar sangka, singkong goreng dan pisang goreng saja rasanya bisa senikmat itu.
Sarapan bersama Abah Mang Kus sambil bicara ke sana ke mari tentang hidup, membuat Albar seolah memasuki dunia baru.
Dunia yang belum pernah ia singgahi sebelumnya.
Dunia yang dulu di mata Albar hanya ada kemewahan, lalu kemudian gemerlap ketenaran, kini tiba-tiba jadi dunia kecil yang sederhana tapi lebih terasa hidup.
Ah entahlah, entah ini karena Albar telah lama tak merasakan sarapan bersama orangtua, atau karena memang apa yang ada di rumah Abah Mang Kus dengan segala kesederhanaannya ini memang sebuah warna bahagia yang berbeda dari dunia.
"Bagaimana Tuan Albar, sarapan hanya dengan singkong goreng?"
Tanya Aki pada Tuan Mudanya.
Albar tersenyum sambil mantuk-mantuk.
"Mantap jiwa Bah."
Kata Albar.
Aki terkekeh.
"Mulai sekarang panggil Aki saja, seperti Balqis. Teman-teman Balqis semalam sudah melihat Tuan muda dan mengenali anda seorang Albar Harrys, anda harus memikirkan nama lain saat mereka nanti datang lagi. Bagaimanapun, tujuan Mami Tuan Albar meminta anda hidup sementara di sini adalah untuk menghindari media dan juga banyak orang yang mengenal anda sebagai artis."
Kata Aki.
Albar mengangguk.
"Yah Ki, saya juga ngga ingin Aki jadi ikut repot nantinya."
Kata Albar tak enak.
Aki terkekeh.
"Saya mau latihan nyuci baju Ki."
Kata Albar pula.
"Ayo Aki ajari."
Aki berdiri dari duduknya, bersamaan dengan itu sebuah motor terdengar berhenti di depan rumah.
"Wah itu si Fajar mau ambil ayam, Tuan Albar ditinggal sebentar yah, saya harus ke kandang Ayam untuk mengambil beberapa ayam yang akan dibawa ke pasar."
Kata Aki.
"Wah belajar cuci bajunya batal Ki?"
Tanya Albar tepat saat Balqis keluar dari kamar.
"Nah itu sama Aqis saja yah belajarnya."
Kata Aki.
"Qis, ini Tuan Albar ajari mencuci baju."
Kata Aki.
"Aki mau ke mana?"
Tanya Balqis ingin protes.
"Ada nak Fajar itu di depan, Aki mau ke kandang sebentar."
Balqis menghela nafas.
"Aqis mau antar sempolan ke Teh Diah."
Kata Balqis.
"Sudah sini sekalian Aki yang bawa."
Balqis melirik Albar yang cengar cengir kayak orang sakit gigi.
"Baiklah Ki."
Jawab Balqis pasrah.
Balqis akhirnya mengalah pergi ke kulkas untuk mengambil wadah sempolannya, lalu dimasukkan ke dalam tas kresek dan diserahkan pada Aki.
"Semuanya seratus tusuk Ki."
Kata Balqis.
Aki mengangguk.
"Sudah Aki tinggal, jaga rumah yah, nanti masak yang ada di kulkas saja Qis."
Kata Aki.
Balqis mengangguk.
Aki keluar dari pintu samping seperti biasa, terlihat Bang Fajar sudah menunggu di sana.
"Ayo Bal, nanti keburu siang, aku mau belajar nyuci, mumpung magernya belum datang."
Kata Albar.
Balqis menghela nafas.
Artis ini, nyuci saja harus belajar, payah. Batin Balqis.
"Sebentar Aqis ganti baju lagi."
Balqis menuju kamarnya untuk ganti rok dan kaos biasa saja untuk di rumah, karena tidak jadi pergi ke warung Teh Diah.
Tak lama kemudian Balqis sudah menemui Albar lagi yang kini sedang jongkok di dekat sumur.
"Jangan melamun dekat sumur, mau kesambet apa?"
Balqis mengingatkan sambil kemudian mengambil ember untuk diberikan pada Albar.
"Mana baju kotor yang mau dicuci?"
Tanya Balqis.
"Kamu mau nyuciin?"
Albar matanya berbinar-binar.
Haiiishh... Balqis mendesis.
"Katanya mau diajarin, cepetan!"
Balqis mulai tak sabar.
Albar akhirnya mengambil baju kotornya dari kamar mandi, lalu dibawa ke sumur.
"Masukkan ke ember."
Balqis menyorong ember ke arah Albar.
Albar mengikuti petunjuk Balqis.
"Abis itu kasih sabun."
Kata Balqis.
"Sabun mandi?"
Tanya Albar.
Balqis menghela nafas.
"Itu, sabun cuci, deterjen."
Balqis menunjuk wadah deterjen yang menggantung di dinding dekat sumur.
"Ooh bilang dong, kalau kasih tahu itu yang lengkap, jangan kayak pertanyaan kuis."
Albar malah balik mengomel.
Balqis menggelengkan kepalanya.
Albar mengambil deterjen dan kemudian memasukkannya ke ember.
"Stop!"
Kata Balqis begitu Albar memasukkan lebih dari dua sendok ukur.
"Kamu mau bikin busa sabun satu sumur."
Kata Balqis.
Albar memberikan wadah deterjen kepada Balqis.
"Kasih air keran."
Albar menurut menyalakan keran.
"Secukupnya saja."
Kata Balqis.
Setelah agak penuh Albar menurut mematikan keran.
Balqis mendekat lalu memasukkan tangannya ke ember, Albar mengikuti dan membuat tangan mereka jadi bersentuhan.
Balqis tentu saja langsung menarik tangannya dan menabok lengan Albar dengan keras.
"Aduh, kamu kenapa sedikit-sedikit nabok sih?"
Albar mengusap lengannya yang panas.
"Lagian kamu ngapain ikutan masukkin tangan, kan aku ngga nyuruh."
Omel Balqis.
"Ya kan aku lagi belajar, aku pikir kamu lagi ngajarin."
Albar tidak mau kalah.
Balqis menghela nafas.
"Itu kan baju kotornya biar direndam dulu, aku masukin tangan buat mengocok airnya sebentar supaya detergennya tercampur rata!!!"
"Lha kamu ngga bilang."
"Ya kamu asal masukin tangan aja."
"Ya gimana udah kadung."
Albar kesal, Balqis apalagi.
Dalam situasi yang tengah memanas itu, tiba-tiba terdengar suara teman-teman Balqis datang.
"Assalamualaikuuuuuum..."
Mereka mengucap salam sambil masuk dari pintu samping yang memang tak ditutup.
Balqis dan Albar panik, keduanya berpandangan, lalu bergegas Balqis mendorong Albar agar naik ke loteng.
"Cepetaaaan sembunyiiii."
Balqis mendorong Albar yang cepat melompat ke atas tangga kayu menuju loteng.
Namun dasar sial, karena Albar pakai sandal japit Aki yang sudah usang, yang warnanya satu ijo dan satu biru, japit sandalnya malah copot satu.
Otomatis kaki Albar yang pakai sandal japit yang putus jadi tersandung sandalnya sendiri, dan Jedug!
Albar jatuh dan kejedot anak tangga.
"Ya Tuhaaan, apeees."
Albar memegangi hidung bangirnya yang auto keluar darah.
Balqis yang melihat langsung menolong Albar, dan makin panik begitu melihat hidung Albar berdarah.
Balqis lari ke dalam rumah untuk mengambil tissu, begitu balik ke tempat Albar, tampak ketiga teman Balqis sudah berdiri terbengong-bengong melihat Albar Harrys kini duduk di bawah anak tangga menuju loteng sambil memegangi hidungnya yang berdarah.
"Ah... Kalian ter... ternyata."
Balqis gugup setengah mati, antara bingung temannya kini menatapnya dan juga menatap Albar, lalu Balqis juga bingung karena Albar hidungnya mengeluarkan darah.
Balqis memberikan wadah tissu kepada Albar yang kemudian mengelap darah yang keluar dari hidungnya.
"Jadi beneran ini Albar Harrys?"
Eti rasanya sampai mau pingsan begitu sekarang hari sudah terang dan wajah Albar jelas terlihat tak seperti tadi malam.
Dinda dan Po juga sama menatap Albar sambil melongo.
"Ngg... Aku bisa jelasin teman-teman ini cuma..."
Albar tiba-tiba berdiri.
"Hai, teman Balqis yah, kenalin."
Albar mengulurkan tangannya pada Eti yang menatapnya tanpa berkedip.
"Bara."
Kata Albar.
"Bara?"
Eti, Dinda dan Po hampir bersamaan.
"Yah, banyak yang bilang aku ini mirip sama Albar atau siapalah itu, ya katanya dia artis, tapi aku ngga kenal, aku sodara jauh Aki."
Albar akhirnya tak ada pilihan untuk berakting di depan teman-teman Balqis.
Eti mengambil hp nya, lalu membandingkan wajah Albar di foto dan juga yang sekarang berdiri di depannya.
Jika diamati memang sedikit berbeda. Batin Eti.
Yah tentu saja, artis keren sekali kalau di depan kamera, kalau di belakang ya sama saja, hahaha...
Tapi Eti jelas tidak tahu itu, dia beranggapan Albar pasti tak mungkin tidak keren.
Eti kemudian melihat penampilan Albar yang hanya memakai celana pendek dan kaos oblong, rambut yang belum disisir dan sandal jepit dua warna sementara yang warna ijo japitnya putus.
Ah sangat tidak keren. Batin Eti.
"Maaf, kalian mirip banget, tapi kalau dilihat dengan seksama sepertinya memang beda, ya kan Po?"
Eti menoleh pada Po yang sependapat setelah memperhatikan secara keseluruhan.
Mendengar Eti akhirnya percaya, Balqis tampak tersenyum lega.
Ah ternyata akting Albar bagus juga. Batin Balqis.
"Tapi kenapa kalian hanya berdua? Di mana Aki?"
Tanya Dinda pada Balqis dan Albar yang mereka tahunya bernama Bara.
"Oh Aki tadi..."
"Aku sama Balqis dijodohkan, jadi kalau di rumah berdua saja itu karena dalam tahap pendekatan lahir batin."
Kata Albar sambil tiba-tiba merangkul bahu Balqis.
Balqis jelas saja langsung melepaskan rangkulan Albar, ia menatap Albar dengan tatapan seolah berkata,
"Awas aku racun makan siang nanti."
Sementara Dinda, po dan Eti tertawa mendengar penjelasan Albar.
"Ciyeeee Balqiiis, pantesan panik bae dari kemariiin... Ihiiiiir."
Goda si Po, membuat Balqis menginjak kaki kiri Albar.
**--------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
༺❥ⁿᵃᵃꨄ۵᭄
eemmm klu bsa ksih racun cinta mu Qis
2022-05-05
0
Tuti Alawiyah
ihiiiirrr....
2022-02-09
0
Putrii Marfuah
akur, setuju...racun rasa strawberry ya Qis heheeheh
2021-11-25
1