Balqis baru pulang dari sekolah. Ia tampak meletakkan sepedanya dekat pintu masuk samping rumah yang langsung menuju dapur.
"Assalamualaikum..."
Balqis mengucap salam saat masuk rumah.
Ini adalah salah satu kebiasaan yang selalu diajarkan Abah dan Aki padanya, bahwa ketika masuk ke dalam satu tempat haruslah mengucap salam terlebih dahulu.
Tak seperti biasanya saat Balqis pulang dan mengucap salam Aki langsung menjawab, kali ini rumah seolah sepi saja.
"Aki... Aki..."
Panggil Balqis sambil mencari sang Kakek.
Dan betapa kagetnya Balqis tatkala tiba-tiba kepala Aki melongok dari loteng.
"Qis."
Aki balas memanggil.
Balqis mendekati tangga menuju loteng yang tak jauh dari ruang makan dan ruang terbuka yang digunakan untuk jemuran baju.
"Aki teh sedang apa di situ?"
Tanya Balqis heran.
"Atuh kamu terusin ini bebenah, sudah selesai dipel, tinggal ganti seprei."
Kata Aki sambil kemudian turun dari loteng menggunakan tangga kayu yang ada di sana.
"Tumben loteng dibersihkan Ki."
Kata Balqis melepas jilbab dan tas ranselnya dari gendongan.
"Mau ada tamu. Ah bukan, lebih tepatnya ada yang mau ikut tinggal di sini sementara."
Ujar Aki.
"Siapa Ki?"
Tanya Balqis.
"Cucu dari mantan majikan Aki dan Abah kamu."
Jawab Aki.
"Hmm... Yang kata Aki orang kaya sekali itu, yang Aki suka cerita."
Kata Balqis sambil berjalan ke kamarnya untuk meletakkan jilbab dan tas sekolahnya.
"Iya, keluarga Harrys Adam Brown."
Jawab Aki.
"Aqis ganti baju dulu lalu sholat, setelah itu baru masang sprei."
Kata Balqis.
"Aki sudah pesan lauk ke Wa Icih, nanti kalau Wa Icih nganter di tata di meja makan biar rapi ya Qis."
Pesan Aki.
"Iya Ki."
Balqis mengangguk lalu pergi ke kamar mandi untuk salin sekalian ambil wudhu.
Abah Mang Kus atau Aki tampak bersiap menunggu datangnya sang cucu mantan majikannya.
Dulu terakhir Aki melihat cucu Tuan Harrys masih baru belajar jalan, sekarang entah setampan apa.
Namanya orang keturunan campur-campur, yang ada darah Manado, darah Inggris dan juga Arab, sudah macam campuran kopi dan krim yang nikmat.
Sekitar dua puluh menit, Balqis akhirnya selesai salin dan sholat.
Balqis naik ke loteng untuk mengganti seprei, setelah itu karena Wa Icih tak kunjung datang akhirnya Balqis mengalah yang datang ke rumah Wa Icih untuk mengambil lauk.
"Pesannya mendadak, jadi Uwa belanja lagi ke pasar."
Kata Wa Icih.
"Hehe... Iya Wa, kayaknya Aki juga dapat kabarnya mendadak mau ada tamu, soalnya tadi pagi Aki ngga bilang apa-apa sama Aqis."
"Tamu dari mana sih Aqis?"
Tanya Wa Icih.
"Dari Jakarta Wa."
"Oo, dari Jakarta."
Wa Icih si anak almarhumah Kakaknya Aki mengangguk-anggukan kepalanya.
"Uwa, Aqis pulang dulu, takut tamunya dateng."
Pamit Balqis.
Wa Icih mengangguk.
"Sambalnya agak pedas karena dicampur rawit setan, ati-ati makannya."
Pesan Wa Icih.
Balqis mengangguk, lalu segera membawa pulang rantang susun empat ukuran besar dan satu wadah gorengan tahu isi dan tempe.
Di rumah Balqis langsung memindahkan lauk dari rantang yang diambil dari rumah Wa Icih, lalu menatanya di meja.
Seekor kucing kampung yang biasa Balqis kasih makan tampak masuk lewat pintu samping, Balqis mengambil satu kepala ikan untuk sang kucing.
"Ayuk makan di depan pus."
Kata Balqis sambil keluar rumah dari pintu samping pula, kucing kampung yang masih sekitar tiga bulan itu menurut mengikuti Balqis.
Bersamaan dengan itu, sebuah mobil van hitam berhenti di depan rumah Aki.
**--------**
Aki dan Balqis menatap sosok yang sekarang ada di hadapan mereka dengan mata terbelalak tak percaya.
"Ini teh yang iklan minyak rambut sama iklan mie instan."
Kata Aki.
Flo mengangguk.
"Iya Bah, ini Albar Harrys, mantan artis."
Kata Flo membuat Albar langsung bersiap menjitak kepalanya.
"Hmm di sini gelap sekali, kurang cahaya penerang, tapi ngga apa, aku sudah datang dan akan menjadi cahaya."
Kata Albar.
Balqis menatapnya sambil geleng-geleng.
"Jelas saja ruangan terlihat gelap, kacamatanya ngga dibuka."
Ujar Balqis.
Albar yang mendengar kata-kata Balqis akhirnya baru menyadari kacamata hitamnya memang masih bergelayut di hidung mancungnya.
"Ah yah maaf... Ngg... Siapa tadi namanya?"
Tanya Albar.
"Balqis."
Sahut Balqis.
"Ah iya, maaf Bal, aku lupa buka kacamata."
Kata Albar sambil membuka kacamatanya.
Haish, apa tadi dia nyebut namaku?
BAL ?
Aki kemudian mempersilahkan cucu majikannya itu duduk.
"Sebentar saya buatkan minum."
Kata Balqis bersiap menuju ke dapur ketika Albar memanggilnya.
"Bal, ngga usah repot-repot, aku cukup Thai Tea saja."
Albar gayanya seperti sedang berada di restoran.
Flo menaboknya.
"Kamu kira lagi di cafe apa bagaimana? Udah kasih air sumur apa tadahan hujan juga ngga apa kok."
Kata Flo.
"Ah yeah, kamu memang niat banget bunuh aku aslinya kan Flo."
Albar misuh-misuh.
Aki jadi terkekeh melihat kedua cucu Tuan Harrys itu.
Flo akhirnya menjelaskan pada Aki maksud dan tujuan mereka datang, meskipun pastinya Mami Albar sudah lebih dulu menyampaikan, tali buat Flo tetap saja mereka harus menyampaikan sendiri juga supaya tidak terkesan sembarangan.
"Ya tapi begini Neng, namanya orang kampung, keadaannya serba terbatas. Ini juga alhamdulillah, rumah dulu Tuan Harrys yang biayain pas ngebangun."
Kata Aki alias Abah Mang Kus.
Flo dan Albar mengedarkan pandangan matanya ke sepenjuru ruangan rumah yang tak seberapa luas itu.
Rumah yang sebagiannya masih terbuat dari papan kayu sederhana.
"Kamar untuk Tuan Albar sudah disiapkan Balqis tadi, kalau mau lihat-lihat silahkan."
Kata Aki.
Albar memandang Flo, lalu mengangguk tanda sependapat dengan Aki.
Yah jelas saja, Albar ingin lihat kamar yang akan ia tempati untuk beberapa waktu ke depan.
"Qis, tunjukkan kamar Tuan Albar, supaya bisa lihat keadaannya."
Perintah Aki saat Balqis muncul dengan nampan untuk membawa empat cangkir teh.
"Oh, iya Aki."
Sahut Balqis.
Setelah meletakkan cangkir-cangkir teh di atas meja, Balqis pun mempersilahkan Albar untuk mengikutinya ke kamar yang mana akan ditempati Albar.
Kamar yang ada di loteng dekat ruang terbuka itu sudah rapih dan wangi.
Flo ikut membuntuti.
"Naik lewat sini."
Kata Balqis pada Albar.
"Ngga akan roboh kan Bal?"
Tanya Albar.
Ish... Balqis mendesis.
Rasanya ingin menjitak kepala artis ini.
Ah ya Tuhan, Albar Harrys, bukankah dia idola si Eti?
Apa Albar hari ini akan tinggal di rumah Aki karena isu dia menghamili model?
Dia sembunyi di sini karena sedang diburu beritanya?
Balqis memandangi sosok Albar Harrys yang kini naik ke loteng bersama sang manajer.
"Bal, ngga ada kipas angin lain? Masa kipas anginnya Doraemon?"
Terdengar Albar memprotes kipas angin duduk milik Balqis yang Balqis relakan karena mengira tamu Aki akan membutuhkannya.
Ah tahu begitu, tadi tidak usah dikasih sekalian. Batin Balqis menyesali kebaikannya.
**----------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
novita setya
kasih aja kipas kertas gambar partai👉👈
2024-07-02
0
Adinda
heeemmm baru baca berapa bab aj udah bikin senyum" dewek kak .. cemunguudh kak cila ..
2022-03-10
0
Sasa Brina
🤣🤣🤣🤣🤣🤣Yg q suka nih ky gini bahsa,y dr stiap karyamu toor🤣🤣🤣🤣🤣
2022-02-19
1