"Kenapa kalian lihatin aku kayak gitu sih? Kayak kucing lihat ikan."
Balqis tampak jadi serba salah.
Aki yang melihat mereka berempat masih saja kasak kusuk di dekat tangga loteng menuju kamar Albar akhirnya terpaksa keluar dari ruangan lagi.
"Sudah malam, kalian mau menginap?"
Tanya Aki akhirnya membuat suasana yang sedang di puncak ketegangan jadi mengendur.
"Kami mau pulang Ki."
Jawab Dinda akhirnya.
Eti kembali menatap loteng, ia sungguh-sungguh penasaran, apa benar yang ada di sana hanyalah pemuda sodara Aki yang kebetulan mirip dengan Albar atau justeru sungguhan Albar.
Tapi, kenapa Albar di rumah Aki? Apa Aki diam-diam manajer Albar? Ah yang benar saja, Aki kan setiap hari ngurusin ayam, kalau toh dia jadi manajer, pasti ayam Aki lah yang jadi artis.
Eti sungguh penasaran, rasanya ia sampai ingin manjat genteng lalu masuk kemar lewat genteng saja.
"Yuk Po, Ti, kita pulang, udah hampir jam sembilan nih, nanti dikira dibawa Wewe gombal."
Kata Dinda.
"Gombel keleees, gombal mah Bang Fajar ke kamu."
Sahut si Po.
Membuat Dinda melet ke arahnya.
Aki terkekeh-kekeh.
Balqis mengantar teman-temannya keluar rumah dan masing-masing naik ke atas sepeda.
"Aqis, besok aku mau ke sini lagi, aku harus memastikan kalau dia bukan Albar."
Kata Eti.
Balqis tersenyum kecut.
"Udah sih, kalau dipikir-pikir enggak masuk akal juga artis terkenal masuk desa kita, mana tidur di loteng rumah Aki."
Kata Si Po akhirnya.
Dinda mengangguk setuju.
"Tapi ekspresi Balqis mencurigakan, kayak ada yang dia sembunyikan dari kita."
Eti bersikeras.
"Balqis takut nyembunyiin cowok di loteng."
Kata Si Po, membuat Dinda tertawa.
"Iya, ketahuan ya Qis, hahaha..."
Mereka tertawa bersama, kecuali Eti.
Pokoknya Eti yang sangat hafal setiap inci lekukan wajah Albar tidak bisa langsung percaya jika dia bukan Albar, titik.
Fans garis keras memang semengerikan itu, bahkan mungkin misal hanya lihat bulu hidung saja dia sudah tahu itu milik siapa.
Yah itulah the power of fans garis keras.
"Kami pamit ya Qis, besok kalo jadi jalan kita kabarin."
Kata Dinda yang kemudian mengayuh sepedanya lebih dulu, lalu di susul si Po.
Eti yang pergi terakhir kembali mengingatkan Balqis bahwa ia akan datang lagi besok.
"Yah Eti, datang saja."
Kata Balqis pasrah.
Mau bagaimana lagi, jika Balqis menolak Eti jangan-jangan malah memilih menginap dan tidur di tangga loteng.
Sepeninggal Eti, akhirnya Balqis masuk lagi ke dalam rumah.
Udara malam sudah mulai dingin, suasana desa juga sudah sepi, Balqis menuju ruangan dalam rumah, membenahi gelas-gelas kotor milik teman-temannya dan membawanya ke sumur, setelah itu ia baru menggulung karpet untuk diletakkannya di sudut ruangan.
Aki menonton TV, acara sinetron laga favoritnya.
"Aqis."
Panggil Aki.
Balqis menghampiri Aki.
"Apa tadi mereka melihat Albar?"
Tanya Aki.
Balqis mengangguk.
"Bagaimana mau tidak lihat, wong Albar nya nongol dari kamar kok Aki."
Kesal Balqis.
Aki terkekeh.
"Ya sudah, besok saja biar Albar hadapi sendiri, toh dia yang buat ulah."
Kata Aki.
Balqis mengangguk.
"Iya, udah jauh-jauh diumpetin di sini malah penampakan, kalau sampai viral bagaimana? Nanti Aqis yang repot."
Balqis jadi membayangkan semua teman perempuan di sekolahnya tahu, bahkan semua anak perempuan di kota ini tahu jika Albar ada di rumah Balqis, pasti rumah ini akan penuh sesak oleh fans Albar.
"Sudah kamu istirahat, nanti sakit. Aki juga habis nonton ini mau tidur, lelah sekali hari ini."
Ujar Aki.
Balqis mengangguk.
"Oh iya, Aqis hampir lupa, ada titipan buat Aki dari Ustadzah Nur."
Balqis bergegas ke kamar, mengambil amplop titipan ustadzah yang untuk Aki lalu memberikannya pada kakeknya.
"Bagaimana acaranya tadi sore?'
Tanya Aki setelah menerima amplop titipan ustadzah dari Balqis.
"Alhamdulillah lancar Ki."
Aki tersenyum ikut bersyukur.
Balqis akhirnya pamit untuk rehat lebih dulu pada Aki.
"Yah rehatlah."
Ujar Aki.
Balqis membawa langkahnya menuju kamar.
**--------**
Tengah malam, suasana di desa Balqis tinggal begitu sepi. Hanya suara binatang malam yang sesekali terdengar mengisi kekosongan.
Albar membuka matanya, untuk kesekian kalinya ia ingin kencing.
Tampaknya udara dingin membuatnya jadi mudah merembes, wkwkwk...
Albar bangun dan kembali beranjak dari kasur lantainya. Pelahan dibukanya pintu loteng yang menuju kamarnya itu.
Ia tampak celingak celinguk, memastikan tak ada lagi orang di sana.
Ah tadi ia telah membuat kesalahan di depan teman-teman Balqis dengan memperlihatkan wajah gantengnya.
Albar menghela nafas.
Ia kini dengan hati-hati dan waspada turun dari loteng, pelan-pelan berusaha tanpa menimbulkan suara karena takut sebetulnya teman Balqis ada yang menginap dan akan mendapatinya di sana.
Albar berjingkat-jingkat menuju kamar mandi, saat tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan berdiri satu sosok berambut panjang menutupi wajahnya.
Sosok itu mengenakan baju tidur seperti daster berwarna pink pucat.
Albar yang saking kaget dan takutnya lari tunggang langgang sambil menjerit,
"Aaaaaaaaa... Kuntilanaaaaaaaak!"
Albar masuk ke dalam ruangan rumah Aki dan langsung melompat ke kursi.
Aki yang sedang tidur lelap tentu saja terbangun karena dikagetkan teriakan Albar.
Aki langsung turun dari tempat tidur, ia keluar dari kamar. Bersamaan dengan itu sosok perempuan dengan rambut panjang itu juga lari masuk ke dalam ruangan rumah.
"Pergiiiii kuntiiiiii pergiiiiii... Zuh zuh zuu...h.'
Albar melemparinya dengan bunga plastik dari vas meja tamu.
Aki yang melihat kerusuhan dalam kegelapan rumahnya akhirnya menyalakan lampu ruangan dan Balqis tampak menyingkap rambutnya dari wajah.
"Ya Tuhan..."
Albar terduduk lemas di atas kursi sambil menatap Balqis yang malah menatap Albar dan Aki bingung.
"Ada apa sebetulnya?"
Tanya Aki bingung.
"Albar lihat kuntilanak Ki, Aqis lari sampai jatuh."
Kata Balqis.
"Jiaaahh, kamu kuntilanaknyaaaaaa..."
Kesal Albar pada Balqis.
"Hah? Aku kuntilanak! Enak aja!!"
Balqis jelas tidak terima.
Balqis menghampiri Albar dan menaboknya dengan keras.
"Kamu udah ngagetin, bikin aku jatoh, ngatain aku kuntilanak!"
"Lha siapa suruh kamu muncul dari kamar mandi rambutnya begitu!"
Mereka malah ribut sendiri, seperti kucing dan tikus.
Aki geleng-geleng kepala, melihat kelakuan keduanya di tengah malam buta.
Aki mematikan lampu lagi.
"Sudah cepat pada tidur lagi, masih malam jangan berisik, kasihan tetangga."
Kata Aki.
Balqis mengepalkan tinjunya pada Albar.
"Huu awas aku jitak."
Kata Balqis.
Albar yang sadar ia belum kencing dan jadi takut ke kamar mandi sendirian langsung mengejar Balqis.
"Bal, anterin ke kamar mandi dulu."
"Ogah."
Ketus Balqis.
"Ayolah Bal."
"Enggak!"
"Bal, kalau nggak mau aku pipis di pintu kamar."
Balqis melotot ke arah Albar.
"Iiiikh mesuuuuum!!!"
Balqis menabok Albar dengan keras.
**--------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
༺❥ⁿᵃᵃꨄ۵᭄
jodoh mu itu aqis
2022-05-05
0
Putrii Marfuah
gak disana gak disini, demen amat nabokin ya wkwkwkwkw
2021-11-25
1
Lisa Aulia
haaah...rusuh...rusuh...perkara mau kencing aja....
2021-10-16
2