Balqis melongo begitu pulang dari sekolah di depan rumah terlihat lima buah sepeda berjejer rapi dengan aneka warna.
Tak hanya itu, begitu masuk rumah, ia melihat kompor, magicom, kulkas semua di dapur diganti, bahkan ada microwave pula.
Masuk ke ruang dalam, TV dengan layar datar 42inc nangkring di atas meja TV.
Kipas angin berdiri di sudut ruangan menyala sambil lenggok kanan lenggok kiri.
Balqis menatap Aki yang senyum-senyum di sebelah Albar yang mengacungkan ibu jarinya ke arah Balqis.
Balqis menghampiri Albar dan menarik tangannya keluar rumah dari pintu samping.
"Itu apa?"
Tanya Balqis menunjuk lima sepeda di depan rumah.
Albar nyengir.
"Buat kamu sekolah dongs."
Kata Albar tanpa dosa.
"Merah untuk hari senen, biru untuk hari selasa, pink untuk rabu, magenta untuk kamis dan hitam untuk jumat. Pas. Hehehe..."
Balqis menghela nafas.
"Kenapa beli sampai lima biji?"
Tanya Balqis heran. Ia benar-benar tak habis pikir dengan isi kepala Albar.
"Ya aku ngga tahu warna kesukaanmu, jadi aku beli saja semuanya. Tapi kan jadi pas tiap hari ganti."
Sahut Albar santai.
Balqis tepuk jidat.
"Kamu selalu semudah itu buang uang?"
Tanya Balqis.
Albar mengerutkan kening.
Kenapa ini bocah? Harusnya kan perempuan akan seneng dikasih hadiah, ini malah ngomel seperti petasan.
"Aku ngga minta dibeliin sepeda."
Kata Balqis.
"Kamu memang ngga minta, aku yang ingin beliin."
"Kenapa?"
Tanya Balqis.
"Ya ingin saja, apa ingin harus ada alasan."
Balqis menghela nafas lagi.
Ia menggelengkan kepalanya.
"Kamu ingin beliin karena kasihan sama aku kan? Karena lihat rantai sepedaku pagi tadi copot, ya kan?"
Tanya Balqis.
Albar garuk-garuk kepalanya.
"Aku ngga mau dikasihani."
Kesal Balqis.
Ia kemudian berjalan kesal masuk ke dalam rumah, lalu masuk kamar dan mengunci pintunya.
"Bal, dengerin dulu."
Albar mengejar Balqis dan tertahan berdiri di depan pintu kamar Balqis.
Aki yang melihat keduanya bertengkar akhirnya menghampiri Albar.
"Sudah, biarkan saja dulu Tuan, nanti juga Balqis baikan sendiri."
Ujar Aki.
Albar menatap Aki bingung.
"Memangnya salah yah saya ingin belikan dia sepeda untuk sekolah?"
Tanya Albar jadi bingung sendiri.
Aki terkekeh.
"Balqis anaknya memang begitu, jangankan sama Tuan Albar yang baru kenal, sama Aki juga begitu. Tidak suka kalau dianggap kita kasihan sama dia."
Kata Aki.
Aki kemudian mengajak Albar duduk di ruang TV.
"Balqis jadi yatim piatu sejak kecil, dia selalu berusaha terlihat tidak lemah karena tidak mau dikasihani Tuan."
Albar terdiam.
Ia menatap pintu kamar Balqis yang tertutup rapat.
Albar pikir Balqis akan sama seperti kebanyakan perempuan di luar sana, yang pasti akan senang diberi hadiah.
**------------**
"Hahahahahaha..."
Flo tertawa bahagia di seberang sana.
Seperti biasa, dia memang akan tertawa bahagia setiap kali Albar mengeluh atau bercerita sesuatu yang menyedihkan.
Herannya Albar selalu mencari Flo saat ada masalah, padahal ia tahu Flo hanya akan menertawakan keapesannya.
"Jadi semua sepedanya ditolak? Ya sudah kamu jualan sepeda saja, hahaha..."
Kata Flo lagi.
"Aku serius Flo, aku ngga enak sama Balqis, dia kayaknya marah beneran, dari pulang sekolah ngga keluar kamar, ini padahal udah mau maghrib. Ah dia juga sampe ngga sholat."
Kata Albar.
"Bodoh, dia kan cewek, pasti lagi datang bulan."
Kata Flo.
"Ah iya kali, aku ngga lihat, eh maksudnya ngga tahu."
Sahut Albar.
"Tunggu besoklah, minta maaf."
Kata Flo akhirnya serius.
"Tapi kan itu sepeda kalau dia ngga mau make buat apa?"
Albar malah bingung sendiri.
"Kasihin saja anak sekolah sekitar situ yang ngga punya sepeda."
Sahut Flo.
Albar terdiam, sepertinya bagus juga ide Flo. Tumben otaknya lurus, biasanya sesat dan menyesatkan.
"Eh iya Bar."
Flo tiba-tiba ingat.
"Story kamu semalam, kayaknya dapet tanggapan positif dari salah satu produser."
Kata Flo.
"Maksudnya?"
Albar kambuh bolot.
"Itu story soal ilmu yang kamu unggah semalam, Pak Arman chat aku tadi siang, nanya kabar kamu karena lihat story itu."
Albar yang mendengar kabar baik itu, tentu saja langsung sumringah.
"Beneran Flo?"
Tanya Albar.
"Iya, kayaknya bakal ada angin segar nih."
"Ya udah, gas ken..."
"Sialan, Mami kamu gimana? Yang ada aku bisa dibantai."
Ujar Flo.
"Halah, paling Mami cuma ngomel doang juga, udah sih, coba mulai cari-cari lagi kesempatan untuk aku bisa balik lagi."
"Kasusnya aja belum kelar."
Kata Flo.
"Bukannya dia bilang mau klarifikasi?"
Tanya Albar memastikan soal model yang menfitnahnya telah menghamili.
Flo menghela nafas.
"Iya, aku lagi desak pihak dia jelasin secepatnya, itu kalau dia ngga mau diseret ke pengadilan dan dijebloskan ke penjara."
Kata Flo.
Albar mantuk-mantuk.
"Baiklah, aku serahkan semua padamu."
Kata Albar.
Flo jelas saja mendengus.
"Biasanya juga begitu keles, emangnya kapan kamu bisa ngurusin semua sendiri?"
Omel Flo.
Albar tertawa.
**----------**
Balqis duduk di depan meja belajar kamarnya, perutnya mulai melilit, ia lapar karena sejak siang pulang sekolah ia mengurung diri di dalam kamar.
Balqis menatap jam dinding kamar.
Sudah hampir jam sembilan malam. Tak terdengar suara TV menyala, sepertinya Aki tidur lebih awal.
Balqis akhirnya memutuskan keluar kamar. Ia akan buat mie rebus saja untuk mengganjal perutnya yang keroncongan.
Tapi sebelum itu, Balqis harus ke kamar mandi dulu karena perlu membersihkan diri, terutama karena ia kedatangan tamu bulanan.
Balqis baru akan masuk ke kamar mandi saat terdengar pintu kamar loteng Albar berderit terbuka.
Albar keluar, ia juga ingin ke kamar mandi.
Albar dan Balqis sejenak saling berpandangan begitu menyadari posisi masing-masing.
Terlambat untuk Balqis menghindar, berlari ke kamar terlalu jauh, masuk kamar mandi pasti malah akan jadi berebut dengan Albar.
Albar akhirnya memutuskan bergerak lebih dulu, ia berjalan mendekati Balqis.
"Sori."
Kata Albar akhirnya.
Balqis menatap Albar yang kini berdiri di depannya.
Terlihat tangan itu terulur ke arah Balqis mengajak bersalaman.
"Ayuk kita baikan."
Kata Albar lagi
Balqis menghela nafas.
Menyadari jika sebetulnya Albar tak sepenuhnya salah, membuat Balqis akhirnya menerima uluran tangan itu.
"Aku bener-bener ngga ada maksud apa-apa soal sepeda itu, sori kalo kamu merasa ngga nyaman."
Balqis mengangguk mendengar permintaan maaf Albar.
Albar tersenyum.
Balqis melepas jabat tangan mereka.
Balqis mendengar seperti suara perut keroncongan.
Ah, ini perutnya atau perut...
Balqis menoleh pada Albar.
"Kamu belum makan juga?"
Tanya Balqis akhirnya.
"Yaiyalah, kamunya ngambek ngga ada yang masak."
Kesal Albar.
"Ya kan bisa beli lauk di Wa Icih."
Kata Balqis.
Albar menghela nafas.
"Ya tadi siang makan di sana, tapi malam ini lapar lagi."
Kata Albar.
Balqis yang melihat wajah Albar seperti nelangsa jadi tertawa.
"Ada juga artis kelaparan."
Seloroh Balqis.
Albar menjitak kepala Balqis.
"Ketawa aja lagi. Puas banget kan lihat ada orang nahan lapar."
"Hahaha... Aku juga lapar kali."
Sahut Balqis.
"Ya udah ayuk bikin makanan, aku mau pingsan."
"Iya iya... Aku bikinin."
Kata Balqis.
"Sepedanya dipake lah satu, sayang kalo enggak."
Ujar Albar pula.
"Iya nanti aku ambil yang magenta, lainnya kita kasih yang membutuhkan saja."
Kata Balqis.
Albar setuju.
Ini sesuai ide Flo tadi sore.
**---------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Susan
yg kompak dong kalian berdua, katanya dijodohin...uhuk uhuk
2021-10-23
1
zia ayu calishta
wkwkwkkwkw. dasar aa bolot nya ketularan zizi kaya nya. masa balqis datang bulan di liat... wkwkwkkw.. bs di SmackDown sm balqis ntar
2021-10-18
1
Lisa Aulia
kok pilihan warna nya aqis sama dng pilihan Albar ya...sama2 magenta...sehati kayak nya nih....
2021-10-18
1