"Aqis, kita mampir ke rumah kamu dulu."
Kata Eti sambil merangkul Balqis yang keluar dari kediaman utama Ustadzah Nur.
Balqis yang mendengarnya sontak nyaris melompat.
Apa? Mampir ke rumah?
Langsung terbayang di rumahnya sekarang ada si Albar artis koplak yang tengah bersembunyi.
"Ngg... Tapi kan..."
"Udahlah Aqis, kita kan sahabat seperjuangan, susah gelisah resah bahagia menderita apalah pokoknya kita akan selalu bersama. Kita tuh tahu kamu pasti belum bikin sempolan kan?"
Si Po ikut bicara.
Balqis tambah gugup melihat ke arah mereka, jangan-jangan mereka sebetulnya sudah tahu ada Albar di rumah Balqis.
"Tadi semua orang cerita di rumah Aki ada tamu dari Jakarta, mobilnya keren kayak mobil orang kaya, pasti kamu sibuk bantu Aki menyambut tamu itu jadi ngga sempet bikin sempolan."
Kata Dinda.
Wah iya, Balqis lupa jika mereka hidup di desa kecil yang segala informasi tentang tetangga bisa didengar siapapun dengan mudah.
Balqis menghela nafas. Sekarang ia harus bagaimana?
"Ka... Kalian tahu siapa tamunya?"
Tanya Balqis takut-takut.
Ketiga temannya menggeleng.
"Memangnya siapa? Mas Kaesang?"
Tanya Eti.
Haish... Mana ada anak presiden ke rumahku, aneh banget dah si Eti. Batin Balqis.
"Yang jelas bukan Raffi Ahmad dong? Apa jangan-jangan Albar Harrys? Hahahaha..."
Si Po tertawa membuat Balqis gagal nafas lalu keselek.
"Kalo Albar Harrys, aku langsung ngungsi di rumah Balqis malam ini juga."
Kata Eti.
Balqis makin menjadi keseleknya, Dinda sampai khawatir dan langsung menepuk halus punggung Balqis.
"Kalian ini apaan sih, bikin Balqis keselek aja."
Omel Dinda.
Balqis mengambil bungkusan nasi berkatnya yang di dalamnya ada kotak kue, mengambil air mineral gelas lalu meminumnya.
"Sudah ayuk pulang, nanti keburu maghrib."
Kata Dinda.
Balqis meletakkan kantong berisi nasi berkat di dalam keranjang depan sepeda mininya. Lalu bergegas naik ke atas sepeda.
Ia harus sampai rumah duluan agar bisa segera memastikan semuanya aman.
"Aku duluan ya."
Balqis mengayuh sepedanya degan cepat.
"Heeey Qiiiiis, tungguuiiiiiiin..."
Ketiga teman Balqis yang baru akan naik sepeda langsung pada teriak-teriak memanggil Balqis.
Tapi Balqis mana mau berhenti, ia makin semangat mengayuh sepedanya, yang ia pikirkan hanya satu, ia harus segera sampai rumah lalu memaksa Albar sembunyi.
Sesuai rencana, Balqis tiba lebih dulu, ia melihat Dinda dan yang lain belum tampak di ujung jalan, berarti mereka benar-benar jauh tertinggal.
Balqis menyeruak masuk ke dalam rumah lewat pintu samping lalu langsung lurus ke arah sumur dan celingak-celinguk mencari Albar.
Aki yang sedang wudhu di sumur jadi heran melihat Balqis yang seperti orang sedang dikejar pocong.
"Aqis, ada apa?"
Tanya Aki begitu selesai wudhu.
"Aki, si artis itu ke mana?"
Tanya Balqis panik.
"Di kamar, istirahat sepertinya."
Kata Aki.
"Enggak sholat?"
Tanya Balqis.
"Ya nanti pelan-pelan belajarnya, sekarang biar istirahat dulu."
Kata Aki.
Balqis menghela nafas.
"Teman-teman Aqis mau pada mampir, kalo Albar tiba-tiba bangun bagaimana?"
Balqis tampak begitu gelisah.
Aki belum menjawab saat terdengar suara teman-teman Balqis di luar rumah.
"Aduh itu mereka Ki."
Kata Balqis gugup.
"Sudah tidak apa-apa, sepertinya Tuan muda juga kelelahan, paling dia tidur lelap."
Balqis yang tetap khawatir menatap loteng di mana kamar Albar berada.
Duh, kalau dia sampai bangun dan tiba-tiba muncul di depan semua temannya, pasti langsung gempar jagat raya. Batin Balqis.
"Assalamualaikuuuuum..."
Ketiga teman Balqis mengucap salam sambil masuk ke dalam rumah Balqis.
"Waalaikumsalam."
Jawab Aki.
Mereka baru akan menyalami Aki saat Aki menarik tangannya ke belakang.
"Aki sudah wudhu, pergilah masuk, Aki mau ke mushola."
Kata Aki.
"Oh iya Ki, siap."
Sahut Eti.
Dinda, Eti dan Po kemudian masuk bersama Balqis yang sesekali masih melihat ke arah loteng. Ia sangat tidak tenang.
"Nih nasi berkatnya malah lupa."
Kata Dinda sambil meletakkan bungkusan nasi berkat Balqis yang tadi masih ada di dalam keranjang sepeda.
"Ah iya."
Balqis nyengir.
Po menggelar karpet di ruangan rumah Balqis.
"Kita sholat dulu yuk, abis itu kita makan nasi berkat."
Kata Si Po.
"Iya."
Sahut Dinda dan Eti.
Balqis mengangguk saja.
"Aqis kamu imam nya."
Kata Si Eti.
"Yee, Dinda lah, dia kan yang lebih bagus bacaannya."
Kata Balqis.
Mereka kemudian berjalan keluar kembali menuju sumur, bergantian ambil air wudhu.
Setelah itu mereka kembali masuk dan sibuk memakai mukenah. Dinda yang menjadi imam, sementara yang lain menjadi makmum.
Saat Balqis dan ketiga temannya sedang sholat, tiba-tiba pintu kamar loteng terbuka pelahan, Albar turun dengan rambut acak-acakan.
Ia ingin kencing, karena di kamar tidak ada kamar mandi seperti di rumahnya, terpaksa ia keluar dari kamar dengan malas.
Albar berjalan menuju kamar mandi di dekat sumur, setelah menyalurkan hajatnya, ia kembali menuju kamar.
Saat akan menuju kamar ia sempat melihat Balqis dan ketiga temannya yang sedang sholat berjamaah.
Wah dia cantik dan sholihah. Batin Albar.
Albar yang sempat melongok ke dalam ruangan di mana Balqis dan temannya sholat terlihat senyum-senyum, setelah itu berjalan kembali ke arah loteng lalu menutup pintu kamar untuk kemudian meneruskan acara tidurnya.
"Assalamualaikum warahmatullah..."
Dinda menengok ke kanan sambil mengucap salam.
Makmum mengikuti.
"Assalamualaikum warahmatullah..."
Dinda menengok ke kiri sambil mengucap salam lagi.
Makmum mengikuti lagi.
Mereka kemudian saling bersalaman, setelah itu dzikir singkat lalu berdoa bersama.
Baru setelah itu mereka sama-sama melepas mukenah.
Si Po yang berdiri paling dekat pintu tampak wajahnya pucat.
"Kamu kenapa Po?"
Tanya Dinda.
Dinda dari keempatnya memang yang paling peka dengan kondisi teman-temannya, ia sangat perhatian dan juga lembut.
"Aku kayaknya lihat hantu deh."
Kata si Po.
Haiiish... Semua mendesis.
"Kamu mah."
Balqis terutama yang merasa si penghuni rumah jadi menabok si Po.
"Sumpah tadi pas sholat aku ngerasa kayak ada yang lewat, trus dia balik lagi dan ngelongok dari pintu. Sereeem bangeeeet."
Si Po bergidik.
"Lha kamu ini sholat kok bisa sampai ngerasa ada yang lewat dan ngelongok, ketahuan enggak khusuk."
Kata Eti.
Balqis yang mendengar Si Po cerita begitu jelas saja wajahnya jadi ikut pucat.
Bukan dia takut hantu kali ini, tapi ia yakin itu berarti Albar.
"Sungguh, aku juga niatnya khusuk, tapi gimana lagi, pas ada yang lewat aku bisa ngerasain, aku jadi kehilangan fokus."
Kata si Po.
"Haduuuh, ya udah kita buktiin saja kalau ngga ada hantu Po."
Dinda berdiri dan berjalan keluar ruangan menuju belakang rumah.
"Dari loteng Nda."
Kata Si Po.
Balqis demi mendengarnya langsung melompat ke arah Dinda yang melihat ke arah loteng.
"Enggak ada apa-apa, sumpah di sana ngga mungkin ada apa-apa."
Bersamaan dengan Balqis berusaha meyakinkan Dinda, tiba-tiba...
Huaachhiiiiuuh...
Terdengar suara cowok bersin dari dalam loteng.
Hah, apaan tuuuuuh?
Semua langsung berpandangan.
**----------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
༺❥ⁿᵃᵃꨄ۵᭄
waaaahhhhaaaa gokil hbs,,,,
ketawa trs aw thor,,,
2022-05-05
0
Putrii Marfuah
digibahin jadi bersin2
2021-11-24
1
Felisitaz😇
artis aneh😂🤣🤣🤣🤣🤣
2021-10-29
1