"Huaaaaa..."
Eti histeris membuat Balqis yang duduk di sebelahnya sambil menyalin buku Dinda hampir melompat sangking kagetnya.
"Apaan sih nih anak satu."
Balqis menabok lengan Eti yang menatap layar hp nya dengan wajah syok.
"Ikh bawa hp, pengin kena razia Abang Ketos apah."
Kata Dinda yang baru muncul lagi dari toilet bersama Si Po, tapi bukan bukan adik Lala Teletubbies ya.
"Pak Guru Hanafi masih sakit aja, kelas jadi berantakan deh."
Keluh si Po.
"Huaaaaa..."
Eti histeris lagi, membuat ketiga sahabatnya mendengus.
"Lagi kumat."
Kata Balqis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lihat dong... Lihat... Babang Albar my lope lope... Masa dia katanya menghamili cewe ini, kan apa bangeeet."
Eti menunjukkan berita gosip Albar Harrys yang sedang hot-hotnya.
Bahkan akun Nyai Lambe saja hari ini sampe bahas soal Albar Harrys dari A sampai Z.
"Setelah tersandung kasus Narkoba, kini Albar Harrys menghamili seorang model baru yang ia kenal di sebuah club di daerah Kuta Bali. Albar Harrys sampai detik ini tidak bisa dihubungi awak media dan menghilang begitu saja. Apakah ini bukti bahwa memang Albar Harrys melakukannya hingga tidak bisa menyanggah berita ini?"
Seorang presenter membawakan berita tentang Albar Harrys dengan begitu bersemangat, mulutnya sampai naik turun, mencong kanan, mencong kiri seperti berdansa.
"Ngga penting banget sumpah si Eti mah dudul."
Ujar Dinda.
"Lha iya emang kerjaan dia cuma halu aja."
Tukas Balqis.
"Yeee, kalian mah enggak apdet sih, ini kan si Albar Harrys julukannya aja Justin Bieber nya Indonesia jaman now."
Eti tak mau kalah. Pokoknya hidup matinya adalah untuk membela Albar Harrys.
"Bibir nih bibiiiir."
Dinda menarik bibir Eti sampai monyong.
Membuat Po dan Balqis tertawa.
"Udah simpen itu hp, nanti ketahuan sekolahan disita baru tuh manyun."
Kata Balqis mengingatkan.
"Eh Qis, nanti sore jangan lupa ke rumah Ustadzah Nur Aeni, ada tasyakuran kelulusan Babang Adit."
Kata Dinda.
"Iya, aku inget kok, tapi nanti lihat dulu kerjaan di rumah udah selesai apa belum, kemarin kan stok sempolan di kulkas udah habis, Teh Diah sudah nanyain."
Kata Balqis.
"Yaaah, sayang banget kalo kamu ngga ikut, kan ngga rame."
Kata Dinda.
"Iya Qis, masa ngga ikut sih, apa kita bantuin aja bikin sempolannya."
Kata si Po.
"Ya ngga Ti? Manyun aja tuh bibir."
Si Po menabok lengan Eti.
"Aku mah hayuk ajalah."
Kata Eti lalu merebahkan kepalanya di atas meja dengan malas.
"Udahlah ngga usah, pada langsung saja ke rumah Ustadzah Nur, nanti gampang aku nyusul."
Kata Balqis.
"Nanti aku kabarin kalo mau ke sana."
Lanjut Balqis lagi.
"Hmm... Iya aja deh."
Sahut si Po.
Tak lama terdengar bel sekolah berdentang, menandakan pergantian mata pelajaran baru.
Semua mulai bersiap menyambut Guru yang akan mengisi pelajaran berikutnya.
"Pelajaran apa ya, energi ku rasanya menguap habis nih."
Kata Eti di sebelah Balqis.
"Sejarah Islam."
Kata Balqis.
Eti merebahkan kepalanya lagi.
"Ah auto ngantuk."
Ujar Eti malas.
"Huuu emang kamu mah ngantukan, banyak cacingnya itu perut."
Seloroh si Po sambil menoleh pada Eti yang duduk di belakangnya, membuat Eti menarik jilbab Si Po dari belakang.
Bersamaan dengan itu, seorang Ibu Guru masuk bersama seorang laki-laki tampan rupawan.
Laki-laki itu tersenyum merekah bagai bunga di pagi hari.
"Waaa... ganteng level sembilan."
Gumam Si Po dari tempatnya.
Eti mendengar kata ganteng langsung memandang ke depan, dan wow! emejing.
Mimpi apa kenyataan ini? Batin Eti.
"Perkenalkan, ini Pak Guru Irfan, dia akan mengisi pelajaran sejarah Islam mulai hari ini."
"Ihiiiiiir."
Eti dan Po menyambut semangat seperti Emak-emak yang selalu menyambut bahagia kabar pembagian sembako gratis.
**-------**
Albar melesat bagai peluru karet masuk ke dalam mobil van yang disiapkan oleh Pardi supir tahan banting badai gelombang tsunami yang selalu diandalkan Flo di kala hidup dan mati Albar terancam.
Flo juga melompat masuk mengikuti Albar masuk mobil.
"Yuk cus..."
Kata Flo pada Pardi.
"Cus gimana, itu pagar siapa yang buka?"
Tanya Pardi bingung.
"Ah iya, ketularan Albar nih dodol."
Kata Flo.
Albar mendelik tak terima ke arah Flo.
"Kayak kamu ngga dodol aja."
Kesal Albar.
"Iya... Iya... Kita dodol family."
Kata Flo membuat Albar tepok jidat.
"Terserahlah."
Ujar Albar.
Flo menelfon Bik Tuti di dalam rumah agar segera membuka pagar agar Pardi bisa segera melarikan mereka.
Bik Tuti yang mendapat mandat dari Flo jelas saja langsung bergerak secepat pesawat jet.
Wuzz...
Eh kebabalas...
Bik Tuti balik lagi. Mendekati pintu pagar yang di mana awak media sudah siap wawancara dan jeprat jepret.
Yah tahu gini mending tadi pakai gincu dulu. Batin Bik Tuti.
Begitu pintu pagar terbuka, Pardi membawa mobil van di mana Albar dan Flo sudah ada di dalamnya.
Awak media menyerbu, mengetok jendela kaca mobil sambil bertanya ini itu anu apalah apalah.
Albar tutup telinga, mata dan rebahan di kursi mobil.
"Kapok kamu jadi artis baru naik daun isunya udah macem-macem."
Kata Flo.
Ish... Albar mendesis.
Mobil Van Pardi terus bergerak melewati gelombang awak media yang membabi buta.
Hingga akhirnya mobil itu berhasil keluar dari serangan media, dan langsung melesat tanpa ngepot.
"Aman Non."
Kata Pardi melaporkan kondisi terkini.
Flo membuka tirai yang menutupi kaca mobil, dan benar sekarang mereka sudah berada di jalan raya.
Albar duduk kembali seperti biasa. Membuka kacamata hitam dan topi serta maskernya.
"Kita jadi ke rumah Abah Mang Kus? Emang kamu udah ngasih tahu?"
Tanya Albar ragu-ragu.
Flo menjitak kepala Albar.
"Mami kamu yang hubungin. Mana tahu aku nomor aki-aki."
Kata Flo.
Albar tertawa.
"Produser film horor yang mau aku bintangin kan aki-aki."
Kata Albar.
"Dulu, sekarang kamu udah dicoret."
Sahut Flo.
"Jiaaah, gosip sampah belum tentu bener gitu juga langsung aja pada percaya."
Kesal Albar.
"Lah memang begitu dunia bisnis hiburan, nama baik jadi taruhan bos, kalo namamu jelek udah matilah."
Kata Flo.
(Ini harusnya sih, wkwkwk)
Albar cenut-cenut kepalanya.
"Baru juga mau nyombong sama Mami kalo aku bisa kok hidup tanpa fasilitas dari dia, malah begini. Apes!"
Kata Albar.
"Niatmu udah jelek sih. Aku yang kebawa apes lah."
Flo melempar bantal ulat ke Albar.
Sementara itu di rumah Abah Mang Kus terlihat Abah Mang Kus begitu terkejut karena dihubungi putri mantan majikannya tiba-tiba.
"Jadi hari ini sedang menuju ke sini Nyonya?"
Tanya Abah Mang Kus.
"Iya Bah, titip anak saya yah si Albar, aduh saya pusing mengurus dia sejak Papi nya meninggal. Pokoknya tolong sekali, nanti setelah semua urusan saya di Perth selesai, saya suruh orang jemput dia."
"Tapi apakah Tuan Muda Albar nanti akan kerasan di sini Nyonya, rumah saya kecil, tidak ada AC, dan ke mana-mana susah."
Kata Abah Mang Kus.
"Sudah biar saja, lagipula itu malah bagus jadi tidak banyak orang yang kenal Albar. Kalau ada yang kenal juga bilang saja dia cuma mirip."
Ujar Mami Albar.
"Ya baiklah Nyonya, baik, saya mengerti."
Abah Mang Kus akhirnya menyanggupi.
Telfon akhirnya ditutup. Abah Mang Kus meletakkan gagang pesawat telfon rumahnya, lalu duduk di kursi dekat meja telfon sambil berpikir harus bagaimana menyambut cucu sang majikan.
**--------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
༺❥ⁿᵃᵃꨄ۵᭄
wwiiiihhh seruuu thor cerita nya👍👍
2022-05-04
1
Putrii Marfuah
serasa jadi anak putih abu2 Lagi...jaman dulu mah demennya Westlife,boyzone, u2, Celine Dion 🤣🤣🤣
2021-11-24
2
marni sumarni
kan dah di bilang klo g ada loe g rame.. wkwkwkwkwkkkk
2021-08-28
3