Pukul lima sore, Flo akhirnya pamit pulang ke Jakarta lagi. Sebetulnya Abah Mang Kus atau kita sebut Aki saja mulai Bab ini, sudah melarang Flo untuk langsung pulang.
Tapi Flo sebagai manajer yang terpaksa baik, karena artis binaannya yang sering melakukan hal tidak berfaedah hingga menimbulkan gosip sampah akhirnya tidak bisa tenang jika tak segera menyelesaikannya.
"Yah, kalau begitu, semoga Nak Flo bisa menyelesaikan semuanya hari ini juga."
Kata Aki yang mengantar Flo hingga teras depan bersama Balqis, sedangkan Albar bersembunyi di balik kaca jendela karena banyak Ibu-ibu lewat entah akan ke mana.
Albar takut mereka mengenali Albar dan juga ngefans pada Albar. Secara, hanya Balqis lah satu-satunya mahluk di negara ini yang mungkin tidak menyukainya saat ini.
Yah, setidaknya kan harusnya kalau toh tidak nge fans, pas ketemu artis harusnya tetap antusias, tidak seperti Balqis yang seperti biasa saja.
Flo menyalami Aki dan juga Balqis.
"Titip Albar yah Qis, kalau bandel tabok saja pakai spatula, atau centong."
Kata Flo.
Haish... Albar yang mendengar dari tempat persembunyiannya mendesis.
"Dasar bawang merah."
Gerutu Albar.
"Hati-hati nak Flo."
Kata Aki.
"Baik Ki."
Flo melambaikan tangan, lalu masuk ke dalam mobil van yang kemudian melaju meninggalkan pelataran depan rumah Aki.
Balqis menghela nafas.
"Aki, Balqis mau ke rumah Ustadzah Nur boleh? Hari ini ada tasyakuran."
Kata Balqis.
Aki tentu saja mengangguk.
"Yah pergilah."
Aki mengijinkan.
Balqis senang, ia lalu cepat masuk ke dalam rumah, melewati Albar begitu saja.
"Balqis mau ke mana Bah?"
Tanya Albar pada Aki sambil menatap Balqis yang masuk ke dalam kamar.
"Ke rumah ustadzah Nur, Guru ngaji Balqis sejak kecil, katanya ada tasyakuran."
Kata Aki sambil duduk di kursi.
Tak lama Balqis keluar lagi, sudah pakai jilbab dan juga ganti pakai gamis, ia tampak cantik.
"Balqis pergi dulu Ki."
Balqis menyalami Aki dan mencium punggung tangannya.
Albar yang juga ada di sana seolah tidak terlihat, bahkan Albar yang sudah mengulurkan tangannya dikira Balqis akan menyalaminya juga tapi ternyata tidak jadi terpaksa menarik tangannya lagi.
Sialan! Aku dikacangin, dikira aku batagor apa gimana? Kesal Albar.
Balqis keluar dari rumah lewat pintu samping di mana sepedanya tersimpan. Balqis naik ke sepeda lalu mengayuh dengan cepat karena sudah cukup terlambat.
Biarlah nanti sepulang dari acara tasyakuran di rumah ustadzah ia akan mampir ke warung Teh Diah untuk minta maaf baru bisa setor sempolan lagi besok pagi.
Yah nanti malam Balqis akan usahakan lembur membuat sempolan.
Balqis terus mengayuh sepedanya menyusuri jalanan desa yang aspalnya sudah mulai terkikis.
Beberapa tempat bahkan sudah berlobang sangat dalam hingga membahayakan pengguna sepeda maupun juga motor.
Hingga kemudian setelah rumah Ustadzah Nur telah terlihat, Balqis memelankan laju sepedanya, sekitar selang tiga rumah Balqis menghentikkan sepedanya lalu menuntunnya hingga samping rumah ustadzah Nur.
Banyak Ibu-ibu dengan anak-anak mereka yang masih kecil duduk di tikar dan karpet yang di gelar di halaman karena di dalam pasti sudah sangat penuh.
Balqis tampak permisi-permisi, sambil berjalan menuju pintu samping rumah Ustadzah Nur. Terdengar dari dalam suara ustadzah teman ustadzah Nur tengah memberikan ceramah.
"Heeey Qis, aku kira kamu ngga jadi datang."
Dinda menyambut senang.
Eti dan Po yang duduk bersama Dinda juga langsung tersenyum lebar begitu Balqis duduk bergabung bersama mereka.
"Sori, telat banget, aku sampe ngga sempet bantuin."
Kata Balqis.
"Ngga apa, kami juga dateng nasi berkat udah beres semua, cuma bantu masukin snack sama gelar tikar di halaman doang."
Kata Po.
"Ah syukurlah."
Balqis tampak lega.
Balqis duduk di sebelah Eti yang memegangi hp nya dan tampak belakang hp Eti menampakkan wajah Albar.
Haish, muka dia lagi. Batin Balqis.
Apa jadinya jika Eti tahu kalau Albar sekarang ada di rumahnya? Ah pasti dia pingsan saking senangnya.
Di dalam ustadzah teman ustadzah Nur mulai masuk ke sesi doa, semua tampak mulai menengadahkan dua tangan untuk meng'amin-aminkan doa ustadzah.
Balqis meletakkan dua tangannya dia atas pangkuan, menunduk khusuk mendengarkan doa yang dipanjatkan ustadzah dan mengaminkannya.
Setelah acara doa selesai, ustadzah Nur terdengar mengambil alih mic dan menyampaikan banyak terimakasih kepada yang telah hadir, dan juga meminta maaf atas kekurangan ustadzah sebagai tuan rumah.
Dinda mengajak semuanya masuk ke dalam untuk membantu pembagian nasi berkat.
"Ayuk sebentar lagi maghrib."
Kata Dinda.
Semua mengikuti Dinda, membantu orang-orang rumah Ustadzah Nur untuk membagikan nasi berkat pada para tamu yang telah hadir.
"Balqis."
Ustadzah Nur memanggil saat memantau jumlah nasi berkat yang takutnya kurang banyak lalu tanpa sengaja melihat Balqis yang tengah sibuk membawa beberapa nasi berkat untuk di bawa ke depan.
"Nanti temui saya."
Kata Ustadzah Nur saat Balqis menatap Ustadzah.
Balqis mengangguk, lalu bergegas keluar untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Setelah membagikan sekitar tujuh bungkus nasi berkat, Balqis masuk ke dalam rumah ustadzah lagi, lalu permisi-permisi menuju tempat ustadzah berdiri.
"Sebentar Qis."
Ustadzah Nur mengajak Balqis masuk ke dalam ruangan rumah yang terpisah dengan tempat di selenggarakan acara.
Tempat yang untuk acara adalah bagian rumah yang memang digunakan oleh ustadzah sehari-hari mengisi pengajian dan juga mengajar anak-anak mengaji.
Sementara yang saat ini beliau mengajak Balqis masuk adalah kediaman utama.
"Duduk sebentar, tadi Ustadzah sudah siapkan kok."
Kata ustadzah Nur yang buru-buru masuk ke kamarnya.
Balqis berdiri menunggu dengan canggung, karena meskipun sejak kecil Balqis mengaji di sana, tapi jarang sekai Balqis masuk ke kediaman utama ustadzah.
"Balqis kan?"
Tiba-tiba seseorang menyapa.
Seorang pemuda yang tiba-tiba berdiri di depan pintu kamar sebelah Balqis menunggu, membuat Balqis terkejut luar biasa.
Eh iya."
Balqis mengangguk lalu menunduk.
Ah kenapa harus ketemu Kang Adit sih. Batin Balqis. Dadanya jadi deg-degan luar biasa.
Sejak SMP Balqis mengidolakan Kang Adit, anak ustadzah Nur itu bukan hanya tampan, namun juga sholeh dan sekolahnya selalu rengking. Ia bahkan selalu jadi siswa teladan. Sangat sempurna menurut Balqis.
"Duduk atuh Qis, lagi nunggu Umi kan?"
Tanya Adit.
Balqis mengangguk tanpa berani menengadahkan wajahnya.
Bersamaan dengan itu ustadzah Nur keluar dari kamar, membuat Balqis lega luar biasa.
"Nah ini Qis."
Ustadzah Nur menghampiri Balqis.
"Kamu lupa ngga sama Balqis?"
Tanya Ustadzah Nur pada putranya yang memang sudah cukup lama tidak pulang.
"Masih atuh Mi."
Ustadzah Nur tersenyum.
"Ini Qis, ustadzah mau titip buat Wa Icih, sama buat Aki, trus buat Wa Isah dan Wa Barkah yang rumahnya di dekat warung Wa Icih."
Balqis mengangguk paham.
"Trus ini buat Balqis."
Kata ustadzah memisahkan amplop yang untuk Balqis.
"Maaf yah merepotkan Balqis."
Kata Ustadzah Nur.
"Ngga apa Ustadzah, Balqis senang bisa membantu."
Kata Balqis sambil tersenyum.
Senyum yang sempat dicuri Adit diam-diam dari tempatnya berdiri.
**----------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Mien Mey
wiih kyna artis msuk.kampung bkl dpet saingan nih ank ustadz qis" siap" d rebutin🤗😄😄
2021-11-13
2
zia ayu calishta
lanjut thorrr bakalan seru nih kaya nya...
2021-10-03
1
minarni 0714
cie cie Aqis punya gebetan suit suit.....
2021-10-03
2