Motor Alvin akhirnya tiba di halaman kediaman Abraham yang luas. Tiara turun terlebih dahulu dan segera melepaskan helmnya lalu berjalan ke arah teras meninggalkan Alvin yang masih sibuk memarkirkan motornya.
"Sudah pulang? Baru jam tujuh," sapa Abang Zayn yang baru saja keluar ke teras seraya menggendong Zeline yang tumben belum tidur.
"Iya, udah jam tujuh, makanya udah pulang, Bang! Nanti pintunya keburu dikunci sama Uncle," jawab Alvin yang sudah menyusul ke teras dengan setengah berlari.
"Hai, Zeline! Belum tidur?" Alvin dan Tiara menyapa Zeline berbarengan.
"Agak rewel dia, mau punya adek sebentar lagi," jawab Abang Zayn seraya terkekeh kecil.
"Ikut Aunty, yuk!" Tiara mengulurkan lengannya pada Zeline, tapi gadis kecil itu menolak.
"Masuk dan istirahatlah, Tiara!" Titah Abang Zayn pada pacar Alvin tersebut.
"Abang Zayn benar. Sebaiknya kau istirahat, biar besok kita bisa jalan-jalan lagi, mumpung masih disini!" Alvin mengacak rambut Tiara dan ikut-ikutan menyuruh sang kekasih.
"Baiklah! Aku ke kamar dulu!" Tiara hanya mengusap lengan Alvin dan segera masuk ke dalam kediaman Abraham dan menuju ke kamar yang ia tempati sementara di rumah ini yang berada di lantai dua.
Sedangkan Alvin menempati kamar di lantai bawah. Uncle Hans sengaja memisahkan pasangan kekasih itu, agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Meskipun Alvin sebenarnya juga tak pernah ada niat untuk menyentuh Tiara setidaknya sampai mereka menjadi pasangan yang sah nanti. Tidak seperti saat dulu dirinya berpacaran dengan Ghea yang sampai kebablasan, pacaran Alvin dan Tiara masih sebatas bergandengan tangan dan saling memeluk.
Bahkan Alvin belum pernah mencium bibir Tiara hingga kini.
Alvin hanya tidak mau menjadi seorang pria brengsek yang menyentuh dan tidur dengan banyak gadis. Atau celup sana sini seperti seorang pria tak beradab.
Meskipun nyatanya Alvin juga sudah pernah melakukan perbuatan tak beradab itu bersama Ghea.
Tapi setidaknya Alvin hanya menyentuh satu gadissaat dulu bersama Ghea dan tak bergonta-ganti pasangan. Saat itu Alvin memang berpikir kalau ia dan Ghea akan bisa bersama seterusnya hingga ke jenjang pernikahan.
Sebelum akhirnya sebuah kesalahpahaman membuat huungan Alvin dan Ghea menjadi hancur berantakan.
Ya,
Andai Alvin percaya pada Ghea, mungkin sekarang dirinya masih bersama dengan Ghea.
Andai Alvin sabar menunggu dan tak gegabah membuat janji pada ayahnya Tiara, mungkin Alvin masih bisa kembali bersama Ghea sekarang.
Namun nasi sudah menjadi bubur.
[Sudah dengan kabar baru soal janin di toilet itu, Vin? Itu ternyata bukan milik Ghea," sebuah pesan yang masuk di ponselnya, membuat Alvin langsung tertegun.]
Deretan pesan lain segera masuk ke ponsel Alvin.
[Setelah penyelidikan lebih lanjut, ternyata janin itu milik siswi kelas sepuluh yang masuk ke toilet setelah Ghea keluar dari toilet cewek.]
[Siswi itu mengalami pendarahan, dan keluarganya berhsaha menutupi. Namun ketahuan pihak sekolah, dan akhirnya mereka mengaku kalau siswi itu hamil dan menggugurkannya, lalu membuang janinnya di toilet sekolah.]
[Para guru sebenarnya juga sudah menjelaskan kalau janin itu bukan milik Ghea, setelah Ghea diperiksa di klinik. Namun penjelasan guru tertutupi rumor yang lebih cepat menyebar, dan kemarin semuanya mengira kalau guru-guru sengaja melindungi Ghea.]
Alvin melempar ponselnya sembarangan dan sefra menyambar jaket serta kunci motor. Mengabaikan jarum jam yang sudah menunjukkan pukul delapan malam, Alvin keluar dari kamar dengan cepat.
"Vin, mau kemana?" Tegur Mami Viola saat melihat Alvin yang berjalan tergesa menuju ke pintu depan.
"Mau ke rumah Ghea, Mi!" Jawab Alvin seraya membuka pintu lalu membantingnya dengan keras.
"Ini sudah malam, Vin!" Peringatan dari Mami Viola hanya terbang tertiup angin.
Tak berselang lama, deru suara motor Alvin sudah semakin menjaih meninggalkan rumah.
****
Alvin menghentikan motornya di depan rumah Ghea yang gelap gulita.
Apa?
Alvin melihat nomor rumah untuk memastikan kalau ia tak salah rumah. Tapi ini memanglah rumah Ghea, karena Alvin hafal di luar kepala.
Lalu kenapa sepi dan gelap?
Kemana penghuninya?
Alvin merogoh saku celananya hendak mengambil ponsel, saat pemuda itu sadar kalau ponselnya tertinggal di kamar.
Sial!
Bergegas Alvin kembali pulang dan segera membuka blokir nomor Ghea. Namun saat Alvin menghubungi nomor gadis itu, panggilan tak bisa tersambung, dan pesan Alvin juga tak ada yang terkirim.
Apa Ghea gantian memblokir nomor Alvin sekarang?
Alvin melempar ponselnya dan tak berhenti merutuki kebodohannya sendiri. Ghea dan keluarganya sudah pergi entah kemana dan Alvin sama sekali tidak tahu.
Sekarang, bagaimana Alvin harus mencari Ghea?
Kemana sebenarnya Ghea pergi?
****
Tok tok tok!
Suara ketukan di pintu membuat Alvin tersentak dari lamunannya.
Alvin segera bangkit berdjri dan membuka pintu. Tiara berdiri di depan pintu seraya memegang dua cangkir coklat panas yang masih mengepulkan asap.
"Aku boleh bicara?" Tanya Tiara meminta izin pada Alvin.
"Masuklah!" Alvin mempersilahkan. Tiara masuk dan tetap membiarkan pintu kamar setengah terbuka.
"Aku membuatkanmu coklat panas," Tiara mengangsurkan secangkir coklat panas pada Alvin.
"Terima kasih," ucap Alvin seraya tersenyum dan menyusul Tiara duduk di tepian tempat tidur.
"Jadi, ada apa?" Tanya Alvin akhirnya sedikit berbasa-basi.
"Kau terlihat melamun terus setelah dari kafe Analogy tadi," jawab Tiara langsjng pada intinya.
"Emmm, apa ada sesuatu antara kau dan adiknya Bang Galen tadi?" Tanya Tiara lagi menyelidik.
"Tidak ada!" Jawab Alvin cepat.
Alvin mengusap lembut kepala Tiara.
"Dulu kami hanya teman sekelas saat SMA. Itu saja!" Jawab Alvin berdusta pada Tiara.
"Bukan pacar?"
"Bukan!" Jawab Alvin cepat berusaha mempertegas nada bicaranya.
"Hanya teman. Iya, teman," suara Alvin masih tetap tergagap meskipun samar.
Terlihat jelas kalau Alvin berbohong.
"Ehem!" Deheman di ambang pintu, membuat Tiara dan Alvin menoleh bersamaan ke arah sumber suara.
Uncle Hans tamoak berdiri di ddpan pintu kamar dengan tatapan tidak senang.
"Alvin, Tiara, sedang apa berduaan di kamar?"
"Hanya mengobrol, Uncle! Dan minum coklat hangat," jawab Alvin cepat seraya menunjukkan cangkir coklat hangatnya.
"Segera kembali ke kamarmu, Tiara! Atau Uncle akan menikahkan kalian berdua malam ini!" Uncle Hans menuding ke arah Alvin dan Tiara yang meringis berbarengan.
"Iya, Uncle." Tiara akhirnya bangkit berdiri masih sambil mekbawa cangkir coklatnya dan keluar dari kamar Alvin, sesuai titah Uncle Hans.
"Selamat malam, Alvin!" Pamit Tiara dan Alvin hanya mengangguk seraya tersenyum.
Pintu kamar Alvin sudah ditutup oleh Tiara dari luar, dan sekarang Alvin kembalk merenung sambil sesekali menyesap coklat hangat yang tadi dibawakan Tiara.
Alvin merenung tentang hubungannya dengan Ghea yang sudah lama berakhir.
Alvin merenung tentang dirinya yang telah mengingkari janjinya sendiri pada Ghea, dan sekarang Alvin tak mungkin mengingkari janjinya juga pada mendiang ayahnya Tiara.
Semoga Ghea akan bertemu pria baik yang seribu kali lebih baik dari Alvin.
Dan Alvin akan terus dihantui perasaan bersalah sejmur hidup karena sudah merenggut kesucian Ghea, mengingkari janjinya pada gadis itu, dan menyakiti hati Ghea dengan menuduh serta tak percaya kepadanya.
Terlalu banyak kesalahan Alvin pada gadis itu.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SOK ALIM JUGA LO HANS, DLU HANNI JUGA LO ZINAHI SBLM LO NIKAHI HINGGA HAMIL ZAYN..
2023-05-17
0
Tulip
aku kok kesellllll sam alvin terlalu mudah ngambil kputusan. gak tau ank org lain korban dia
2022-09-25
0
graha
oh jd klo cuma celup satu gadis sebelum sah itu masih dikatakan beradab ya?
2022-01-17
1