KAMU JAHAT!

Setelah melihat Juna yang jatuh di atas lantai dansa, Alvin segera merengkuh pinggang Ghea dan mendudukkan gadis itu ketas bangku bak anak kecil.

"Tunggu disini dan jangan kemana-mana!" Pesan Alvin sebelum berlalu dari hadapan Ghea.

"Kau siapa memangnya berani menyuruh-nyuruhku!" Teriak Ghea mengalahkan hingar bingar suara musik di dalam kelab yang semakin menggema.

Alvin tak menyahut dan segera menghampiri Juna yang jatuh terkapar, lalu dengan susah payah membantu teman mabuknya itu untuk bangkit berdiri. Alvin lanjut memapah Juna keluar dari kelab malam.

Alvin menyetop taksi dan memberikan alamat rumah Juna pada supir taksi serta uang untuk membayar tarif. Juna masih meracau tak jelas saat Alvin memasukkan temannya tersebut ke dalam taksi.

Ck!

Membuat repot saja!

Setelah taksi yang membawa Juna pergi, Alvin bergegas masuk kembali ke dalam kelab malam untuk menghampiri Ghea.

Astaga!

Alvin berlari ke arah Ghea yang kini tak hanya minum memakai gelas, namun langsung menenggak dari botolnya.

"Ghe!" Alvin menyentak tangan Ghea dan merebut botol dari tangan Ghea sebelum gadis itu minum lebih banyak.

"Kembalikan!" Bentak Ghea galak.

"Tidak!" Alvin tak kalah galak dan terus menjauhkan botol berisi minuman keras dari Ghea.

"Kembalikan, Alvin! Kembalikan!" Ghea terus mendorong Alvin dan berusaha merebut botolnya. Alvin yang emosi malah meneguk semua cairan di botol hingga tandas. Terang saja, Ghea semakin marah pada Alvin dan memukul dada pria itu.

"Dasar brengsek! Kau pria brengsek!" Ghea terus memukul-mukul dada Alvin dan meluapkan semua emosinya pada pria tersebut.

"Ada apa sebenarnya denganmu?" Alvin berusaha menenangkan Ghea dan mendekap gadis tersebut, bersamaan dengan kepala Alvin yang mulai terasa berdentum.

Sial sekali!

Alvin sangat jarang minum minuman keras, meskipun ia kadang suka nongkrong di tempat ini.

Kalaupun terpaksa harus minum, Alvin hanya akan minum setengah gelas. Tapi baru saja Alvin menghabiskan satu botol dan ditambah satu gelas sebelumnya.

Sepertinya Alvin akan mabuk berat setelah ini.

"Ada apa denagnmu, Ghe? Dean dimana? Bukankah kalian sudah bertunangan?" Tanya Alvin berusaha menguasai dirinya danntetap pada kesadarannya. Dunia Alvin sudah mulai berputar-putar sekarang.

"Dean meninggalkanku dan kami tak pernah bertunangan," jawab Ghea seraya menangis tergugu.

Ghea menggebrak meja dan memesan minuman lagi pada bartender.

"Sudah cukup jangan minum lagi!" Alvin mencegah Ghea, namun terlambat.

Segelas minuman keras sudah tersaji kembali di depan Ghea.

"Brengsek!" Umpat Alvin yang terpaksa meneguk lagi minuman itu agar Ghea tak meminumnya.

"Apa yang kau lakukan?" Protes Ghea saat mendapati gelasnya yang kembali kosong.

"Berhentilah minum!" Ucap Alvin tegas.

"Jangan mengaturku! Kau siapa memangnya!" Gertak Ghea kembali marah pada Alvin.

Airmata gadis itu masih terus bercucuran.

"Kau jahat, Alvin!"

"Kau jahat!" Ghea tak berhenti memukul-mukul Alvin sambil terus memaki pemuda itu.

"Kau yang sudah membuatku seperti ini, dan sekarang kau malah bersama denagn gadis lain."

"Kenapa kau meninggalkanku, Alvin! Kenapa?" Ghea berteriak pada Alvin dan tangannya masih terus memukul-mukul Alvin.

"Aku minta maaf, Ghe!" Ucap Alvin seraya berusaha menangkis pukulan Ghea yang semakin membabi buta.

Pria itu turun dari bangkunya dan merengkuh kedua pundak Ghea.

"Ayo pulang!" Ajak Alvin lembut namun disentak kasar oleh Ghea.

"Jangan mengaturku! Kau tidak ada hak! Kau jahat!" Cecar Ghea yang kembali menangis.

"Aku minta maaf, Ghe! Aku minta maaf!" Alvin memohon pada Ghea dan segera merengjuh gadis itu ke dalam pelukannya.

Ghea berontak dan melepaskan dirinya dari dekapan Alvin lalu menghapus kasar airmatanya dan keluar dari dalam kelab malam.

"Ghea!" Alvin yang sedikit sempoyongan mengejar Ghea kekuar dari kelab.

"Ghea!" Alvin akhirnya berhasil mencekal tangan Ghea.

"Lepas!" Ghea menyentak Alvin sekali lagi hingga pria itu sedikit terhuyung dan hampir jatuh ke tengah jalan bersamaan dengan sebuah mobil yang tiba-tiba melaju kencang.

"Alvin!" Teriak Ghea yang segera menarik Alvin agar tak jatuh ke jalan. Dua tubuh yang sudah dipengaruhi oleh alkohol tersebut jatuh bersamaan ke atas trotoar.

Ghea memekik, lalu meringis seraya memegangi sikunya yang ia pakai untuk mendarat. Ada luka lecet di siku Ghea.

"Kau tidak apa-apa?" Alvin memeriksa tubuh Ghea dan segera menemukan luka di siku gadis tersebut.

"Aku baik-baik saja," ucap Ghea lirih seraya menundukkan wajahnya.

Ghea dan Alvin masih duduk di tepi trotoar. Alvin mengeluarkan kunci mobil dari sakunya dan membimbing Ghea untuk bangkit berdiri.

Alvin membuka pintu belakang mobilnya, lalu meminta Ghea untuk masuk ke dalam, sebelum akhirnya Alvin ikut masuk dan menutup pintu mobil. Ghea sudah duduk meringkuk di sudut mobil Alvin seraya memeluk lututnya. Gadis itu menangis tergugu.

"Apa yang sudah terjadi, Ghe?" Tanya Alvin lembut seraya mengangkat wajah Ghea dan merapikan rambut Ghea yang berserak tak karuan.

Ghea hanya menggeleng samar.

"Jangan menyentuhku lagi! Kau sudah punya Tiara, Vin!" Ghea menyingkirkan tangan Alvin yang mengusap wajahnya dan mengingatkan Alvin tentang Tiara.

"Aku minta maaf. Aku benar-benar tak ada maksud untuk mengkhianatimu, Ghe!"

"Kau sudah mengkhianatiku!" Gertak Ghea emosi.

"Kau tidak percaya kepadaku dan lebih percaya pada rumor bodoh itu!"

"Aku tidak pernah hamil ataupun membunuh calon anakmu! Aku pasti berkata jujur kalau memang aku hamil!" Ghea mengeluarkan semua uneg-uneg yan ia simpan selama bertahun-tahun.

"Aku tahu! Aku tahu semuanya dan aku ke rumahmu hari itu!" Alvin menangkup wajah Ghea yang sudah dipenuhi airmata.

"Tapi kau dan keluargamu sudah pergi," sambung Alvin lagi dengan nada melas.

"Lalu kau mencari pacar baru yang bisa menghangatkan ranjangmu! Dasar brengsek!" Tuduh Ghea seraya memukul dada Alvin dan meluapkan segala emosi yang membuncah di dadanya.

"Itu tidak benar!" Sergah Alvin menyangkal tuduhan Ghea.

"Aku dan Tiara hanya bersahabat. Namun saat ayah Tiara meninggal dan memintaku menjaga Tiara, aku-" Alvin tak mampu melanjutkan kalimatnya karrna kini relung hatinya dipenuhi rasa bersalah berkali-kali lipat pada Ghea juga pada Tiara.

Seharusnya Alvin tak asal membuat janji.

"Kamu jahat, Vin! Kamu dulu bilang kalau hanya aku yang akan ada di hatimu. Mana buktinya?" Tangis Ghea semakin pecah.

"Hanya kamu yang ada di hatiku hingga kini, Ghe!" Ucap Alvin bersungguh-sungguh.

"Aku mencintaimu."

"Tapi kau juga mencintai Tiara!" Sergah Ghea kembali menangis tergugu.

"Aku akan bicara pada Tiara dan menjelaskan semuanya." Alvin mendekap Ghea dan berusaha menenangkan gadis itu.

"Aku akan kembali kepadamu dan memperbaiki hubungan kita berdua," ucap Alvin lagi semakin mengeratkan dekapannya pada Ghea.

Cukup lama Alvin dan Ghea saling memeluk dalam diam. Sebelum akhirnya mobil Alvin meluncur meninggalkan kelab malam dan entah akan menuju kemana.

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***