PATAH HATI

^^^Kelak kau kan menjalani hidupmu sendiri^^^

^^^Melukai kenangan yang tlah kita lalui^^^

^^^Yang tersisa hanya aku sendiri disini^^^

^^^Kau akan terbang jauh menembus awan^^^

^^^Memulai kisah baru tanpa diriku^^^

^^^Seandainya kau tahu^^^

^^^Ku tak ingin kau pergi^^^

^^^Meninggalkanku disini bersama bayanganmu^^^

^^^Seandainya kau tahu aku kan selalu cinta^^^

^^^(Seandainya-Vierra)^^^

Bruuk!

Bump!

"Aduuuh!"

Ghea memekik keras bersamaan dengan tubuhnya yang jatuh terjerembab ke lantai karena menubruk gerombolan kelapa utuh yang berada di ruang tamu.

Siapa orang iseng yang meletakkan kelapa beserta tandan-tandannya ini di ruang tamu?

"Ghea, ada apa?" Tanya Kak Emily yang langsung keluar dari kamar dan tergopoh-gopoh menghampiri Ghea yang masih nyungsep di lantai dengan sangat tidak elegan.

"Siapa yang tarus kelapa di situ, sih?" Gerutu Ghea bersungut-sungut pada semua anggota keluarga Biantara yang kini mengerubunginya.

Namun hanya Kak Emily yang membantu Ghea untuk bangun. Dua anggota Biantara yang berjenis kelamin pria itu sepertinya tidak peka dan hanya diam mematung seperti patung.

Dasar pria!

Dimana-mana selalu sama dan tidak peka!

Ghea sudah bangkit berdiri dan membenarkan letak earphone-nya. Gadiscitu juga mengusap-usap ponselnya yang sempat terrtindih oleh tubuhnya.

"Salahin itu abang kamu, yang naruh kelapa sembarangan," celetuk Papi Bian yang langsung menunjuk Galen sebagai biang kerok atas tragedi nyungsepnya Ghea di hari Minuggu pagi.

"Makanya, kalau jalan itu mata lihat ke depan! Jangan lihatin layar ponsel melulu!" Galen malah ganti menyalahkan Ghea yang tadi memang keluar dari kamar seraya menyumpal telinganya dengan earphone untuk mendengarkan lagu dan matanya menatap layar ponsel untuk membaca timeline di semua media sosial yang ia miliki.

"Udah salah! Malah balik nyalahin!" Gerutu Ghea sebal.

Gadis itu pergi ke dapur menyusul Papi Bian yang juga sudah ke dapur dan sepertinya hendak menyiapkan sarapan.

Sedangkan Kak Emily dan Abang Galen resek malah duduk santai di kursi minibar yang ada di sisi dapur alih-alih membantu Papi Bian menyiapkan sarapan.

"Mau kemana kamu, Ghe? Kok udah rapi pagi-pagi?" Tanya Kak Emily setelah Ghea selesai menuang air ke dalam botol minum.

"Olahraga pagi, Kak! Jogging, cuci mata mumpung hari Minggu," jawab Ghea seraya berjalan cepat keluar dari dapur dan menuju ke arah pintu utama.

"Nggak usah cari pacar!" Seruan dari abang Galen masih sempat Ghea dengar sebelum gadis itu keluar dari pintu utama.

"Suka-suka Ghea lah!" Sahut Ghea berteriak pada Abang reseknya tersebut seraya membanting pintu depan.

Ghea menuruni tangga sambil kembali menyumpal telinganya dengan earphone untuk mendengarkan lagu.

Lagu favorit Ghea belakangan ini memanglah lagu-lagu sedih dan melow karena Ghea sedang patah hati.

Patah hati pada Alvin yang tak penting.

Ck!

Sudah cukup rasanya, Ghea meratapi hubungannya dengan Alvin yang mungkin tak akan pernah kembali. Dan semua hal berharga milik Ghea yang telah direnggut oleh Alvin juga tak akan pernah kembali.

Ghea juga menikmatinya kala itu!

Ghea masuk ke mobilnya dan memasang sabuk pengaman, sebelum gadis itu melajukan kendaraan roda empat tersebut meninggalkan kediaman Biantara yang menjadi satu dengan kafe Analogy.

****

Ghea hanya berjalan santai di area car free day masih sambil menyumpal telinganya dengan earphone, saat gadis itu tak sengaja menubruk sebuah tubuh kekar yang berjalan mundur.

Lah!

"Ck" Ghea berdecak kesal karena botol minumnya yang jatuh ke atas aspal akibat menubruk pria ceroboh tadi.

"Eh, maaf, Nona! Saya nggak sengaja," ucap pria itu yang langsung berbalik dan membantu memungut botol minuman Ghea yang terjatuh.

Ghea mendongakkan kepalanya demi melihat wajah pria yang memakai topi tersebut. Terlihat beberapa tahun lebih tua ketimbang Ghea dan sepertinya seusia dengan Abang Galen.

Atau mungkin malah lebih tua dari abang Galen?

Tapi ganteng juga wajahnya.

"Lain kali hati-hati kalau jalan. Dan sebaiknya jangan berjalan mundur karena kau tidak punya mata di punggung!" Pesan Ghea memberikan peringatan pada pria tersebut.

Pria itu malah tergelak.

"Pesanmu lucu sekali!"

Sekarang pria asing itu mengulurkan tangan dan mengajak Ghea berkenalan.

"Aku Dean!"

Ghea diam sebentar dan tidak langsung menyambut uluran tangan Dean.

"Baiklah, jika kau tidak mau berkenalan." Dean hebdam menarik kembali tangannya saat Ghea akhirnya membalas uluran tangan Dean.

"Aku Ghea," ucap Ghea yang langsung menyebutkan namanya.

"Sepertinya masih anak kuliahan," tebak Dean yang langsung membuat Ghea mengangguk.

"Baru semester empat," jawab Ghea seraya tersenyum.

"Kau sendiri?" Ghea balik bertanya pada Dean.

Dean tertawa sejenak sebelum menjawab pertanyaan Ghea.

"Aku benar-benar merasa tua sekarang, karena aku sudah lulus kuliah dua tahun yang lalu," ujar Dean masih sedikit terkekeh.

"Tapi kau masih terlihat seperti seorang mahasiswa. Mungkin kau memang awet muda," pendapat Ghea yang malah semakin membuat Dean tergelak.

"Pujianmu benar-benar membuat topiku mendadak terasa sesak," Dean melepaskan topi dari kepalanya dan sedikit menyugar rambutnya.

Ketampanan Dean mendadak menjadi berkali-kali lipat saat pria itu melepas topinya. Ghea sampai tertegun.

"Kau sendirian, Ghea?" Tanya Dean selanjutnya menyntak Ghea yang masih tercengang.

"Iya."

"Eh, iya! Aku kesini sendiri," Ghea menjawab dengan sedikit tergagap.

"Kebetulan sekali! Aku juga sendirian. Bisa kita berolahraga berdua?" Ajak Dean selanjutnya pada Ghea.

"Baiklah."

"Bukankah Berdua lebih baik ketimbang sendirian?" Gumam Ghea yang akhirnya setuju dengan ajakan Dean.

"Tepat sekali!" Timpal Dean yang langsung setuju denga pendapat Ghea.

Ghea dan Dean akhirnya melanjutkan olahraga mereka dan berjalan santai seraya mengobrol banyak hal.

Tak lupa keduanya juga bertukar nomor ponsel sambil berjanji untuk saling menghubungi setelah ini.

Setelah keduanya menikmati sarapan di salah satu stand makanan yang ada di area car free day, Dean dan Ghea akhirnya berpisah dan pulang sendiri-sendiri.

Ghea sedikit tercengang melihat mobil sport mewah milik Dean yang sepertinya berharga fantastis.

Sepertinya Dean bukan pria biasa.

Siapa sebenarnya Dean itu?

.

.

.

Hmmmm

Hmmmm

Hmmmm

Aku buka di belakang aja identitas Dean yang sesungguhnya 😂😂

Ini bagian dari bab 86 "Jodoh Emily" yang Emily ngidam kelapa muda tengah malam 😂

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***