PINDAH

Acara perpisahan sekolah hampir berakhir. Ghea berulang kali menatap ke arah Alvin yang duduk di apit oleh Tante Viola dan Om Alex.

Bahkan tadi saat mereka berpapasan di depan, sikap Alvin tetap dingin, dan hanya Tante Viola yang menyapa Ghea dengan hangat.

Padahal Ghea hanya ingin menjelaskan semuanya pada Alvin serta memberitahu pemuda tersebut kalau ia akan pindah dari kota ini dan dari pulau ini. Tapi sepertinya Alvin masih marah pada Ghea.

Acara perpisahan akhirnya berakhir.

Ghea langsung pulang bersama kedua orang tuanya dan memeriksa barang-barang yang akan mereka bawa besok pagi.

"Kau yakin tidak ikut acara malam perpisahan di sekolah?" Tanya Mom Mia sekali lagi pada Ghea.

"Enggak, Mom! Ghea berangkat bareng Mommy dan Papi saja besok," jawab Ghea dengan nada kurang bersemangat.

Mengingat sikap Alvin yang sudah berubah dingin membuat Ghea malas pergi ke acara yang akan di gelar lusa malam disekolah tersebut

Acara itu memang khusus untuk murid-murid kelas dua belas saja sebagai perayaan kelulusan, sekaligus perpisahan dengan teman-teman.

"Baiklah, kalau keputusanmu begitu! Mom sudah pesan tiket untuk kita bertiga. Kita berangkat besok pagi," Mom Mia mengusap lembut kepala Ghea.

"Sekarang istirahatlah dan periksa lagi barang-barangmu agar tak ada yang ketinggalan. Besok siang, rumah ini sudah jadi milik orang lain," pesan Mom Mia selanjutnya.

"Iya, Mom! Ghea istirahat dulu," jawab Ghea seraya melangkah menuju ke kamarnya.

Setelah memeriksa barang-barangnya, Ghea merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan meraih ponselnya. Ghea menekan nomor Alvin namun tetap tak tersambung karena Alvin memblokir nomor Ghea.

Ghea mengusap kasar airmata di pipinya dan memilih untuk memejamkan mata saja. Mungkin hubungan Ghea dan Alvin memang harus berakhir sampai disini.

****

Masa kini,

"Ghe!" Tepukan dari Kak Emily membuyarkan semua lamunan Ghea tentang hubungannya di masalaku bersama Alvin dan semua penyebab kandasnya hubungan mereka.

"Tadi katanya ambil buku? Kok malah melamun di sini?" Tanya Kak Emily lagi pada Ghea yang masih terlihat linglung.

"Ini bukunya, Kak!" Jawab Ghea sedikit tergagap seraya menunjukkan tumpukan buku di tangannya yang baru saja ia ambil dari dalam mobil. Tadi Ghea sempat berpapasan dengan Alvin dan pacarnya yang akan pulang dari kafe.

Alvin memang menyapa Ghea dan minta maaf, namun Ghea hanya acuh karena kini gantian Ghea yang merasa marah pada Alvin.

Bertahun-tahun Ghea menunggu kesempatan untuk menjelaskan semua kesalahpahaman di antara dirinya dan Alvin, namun saat Alvin muncul di hadapannya, Alvin malah sudah membawa pacar baru dan seakan tak peduli lagi pada Ghea.

Ghea menatap ke arah tempat parkir, dan motor Alvin sudah tidak ada di sana lagi. Sudah sejak tadi Alvin meninggalkan kafe bersama pacarnya, jadi kenapa Ghea masih mencarinya?

"Ghe! Kamu baik-baik saja?" Tanya Kak Emily sekali lagi.

"Ghea baik-baik saja, Kak! Ghea naik ke atas dulu. Mau lanjut ngerjain tugas kuliah," jawab Ghea yang kembali menunjukkan buku-buku di tangannya pada Emily.

Emily hanya mengangguk seraya tersenyum, dan Ghea segera menaiki tangga menuju ke rumah keluarga Biantara yang memang berada di lantai dua kafe.

****

Alvin memacu motornya dengan kecepatan sedang meninggalkan kafe Analogy milik kedua orang tua Galen.

Dan Ghea!

Kenapa Alvin baru tahu kalau ternyata Ghea adalah adiknya Galen?

"Kamu punya Abang? Kok nggak pernah kelihatan?" Tanya Alvin pada Ghea saat Ghea menyebut tentang abangnya.

"Iya dia kuliah di luar kota. Resek juga orangnya. Bakal kesel sendiri kamu kalau ketemu orangnya," jawab Ghea seraya terkikik.

"Ngga boleh jelek-jelekin Abang kamu begitu!" Alvin merangkul Ghea dan mengecup pipi pacarnya tersebut hingga membuat Ghea tergelak.

"Vin, aku kedinginan," Tiara yang duduk di jok belakang mengeratkan dekapan tangannya di pinggang Alvin dan menyandarkan kepalanya di punggung kekasihnya tersebut.

Alvin dan Tiara memang baru beberapa minggu jadian.

Lebih tepatnya setelah kepergian ayah Tiara untuk selamanya.

Awalnya Tiara dan Alvin hanya berhubungan sebagai sahabat, namun saat ayah Tiara meminta Alvin untuk selalu menjaga Tiara, di detik-detik sebelum kepergian pria paruh baya tersebut, Alvin langsung menyanggupinya.

Alvin bahkan berjanji kalau ia akan menikahi Tiara setelah selesai kuliah nanti. Saat itu Alvin sama sekali tidak berpikir tentang Ghea dan semua masalalunya bersama Ghea yang hampir ia kubur dalam-dalam.

Lalu malam ini takdir malah kembali mempertemukan Alvin dan Ghea saat Alvin sudah membuat sebuah janji pada mendiang ayahnya Tiara.

Lalu semua masalalu Alvin bersama Ghea seolah kembali muncul ke permukaan. Semua dosa yang sudah Alvin lakukan bersama Ghea juga seolah kembali menari-nari di benak Alvin.

"Aku sudah merenggut milikmu yang paling berharga, Ghe," Alvin dan Ghea yang baru selesai melakukan perbuatan terlarang itu untuk pertama kalinya, masih saling memeluk di atas tempat tidur tanpa sehelai benangpun di tubuh mereka.

"Tapi aku janji, kalau kau tetap akan jadi yang pertama dan terakhir untukku," ucap Alvin seraya menggenggam erat tangan Ghea dan membawanya ke depan bibir, lalu mengecupnya dengan dalam.

"Hanya ada Ghea Adisti Biantara di dalam hatiku," Alvin ganti membawa tangan Ghea ke depan dadanya.

"I love you, Ghea!" Bisik Alvin yang langsung membuat bibir Ghea melengkungkan sebuah senyuman.

"I love you too, Alvin!" Ghea mengecup bibir Alvin dan pergelutan dua remaja itu kembali berlanjut hingga hari beranjak sore.

"Vin! Lampu merah!" Tiara menepuk punggung Alvin yang melamun dan hampir melanggar lampu merah.

Alvin langsung mengerem mendadak, dan untunglah motornya masih bisa berhenti tepat waktu, meskipun ban depan motor Alvin sudah menyentuh zebra cross sekarang.

Ck!

"Kamu melamun?" Tanya Tiara dari balik punggung Alvin.

"Nggak, kok! Cuma ngantuk dikit," kilah Alvin mencari alasan.

"Yaudah, kita langsung pulang ke rumah Uncle Hans dan jangan kemana-mana lagi!" Pesan Tiara pada Alvin, sesaat sebekum lampu lalu lintas berubah hijau.

Alvin mengangguk dan segera melajukan motornya menuju ke kediaman Abraham, tempat Alvin dan Tiara menginap selama mereka berdua berlibur di kota ini.

Rencananya, Tiara dan Alvin hanya akan berlibur disini selama empat hari, dan ini sudah hari kedua.

Berarti masih ada waktu dua hari lagi untuk Alvin mengajak Tiara berkeliling kota.

Haruskah Alvin juga mencari waktu untuk bisa menemui dan berbicara dengan Ghea di sisa waktu liburnya tersebut?

.

.

.

Jadi ini sambungan dari adegan Alvin dan Tiara mengunjungi kafe Analogy di "Jodoh Emily" bab 79.

Yang merasa bingung, aku jelasin lagi.

Jadi paragraf yang dicetak miring itu adalah kejadian masa lampau, atau flashcback, ya!

Sengaja nggak aku kasih keterangan flashback dan hanya aku cetak miring saja karena nanti kedepannya bakal banyak yang flashback yang nyelip-nyelip begitu.

Yang udah biasa baca karya aku kayaknya udah paham model dan gaya penulisanku, ya 😆

Yang reader baru mungkin masih sedikit bingung, jadi setelah membaca penjelasan ini semoga paham dan tidak bingung lagi.

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***