Andre membuka pintu dan mempersilahkan istrinya masuk. Lani melangkahkan kaki memasuki istana barunya
tersebut.
“Selamat datang di istana kita tuan putri. “
Lani tersenyum.
Andre menarik travel bag dengan tangan kanannya dan kardus berisi oleh-oleh dengan tangan kirinya. Andre memasukkan barang-barang tersebut kedalam kamar diikuti oleh Lani.
“Oh, ya. Mama kan menyuruh kita beli tempat tidur baru, nanti kalau sudah dibeli tempat tidur ini kita
pindahkan saja ke kamar belakang. Jadi, kalau misalnya ada keluarga atau saudara yang menginap bisa tidur disana. “
Lani mengangguk.
“Hmm…sembari menunggu kita beli lemari juga, untuk sementara kamu bisa menyimpan pakaian kamu di lemari saya. Udah saya kosongin bagian atasnya. “
Lani hanya tersenyum. Matanya menyusuri setiap sudut kamar itu; tempat tidur dengan ukuran sedang dibalut
seprai berwarna biru, lemari pakaian besar, satu rak yang terbuat dari kayu dan satu meja kecil ukiran jepara mengisi kamar yang cukup luas tersebut. Lani mulai membongkar pakaiannya untuk dimasukkan kedalam lemari. Saat itu adzan Zhuhur berkumandang.
“Saya ke masjid dulu ya…” Andre berpamitan.
“Ya.“
Sepeninggal Andre, Lani pun segera berwudhu untuk menunaikan shalat Zhuhur.
@ @ @
Andre termangu diambang pintu kamar. Dia terpana melihat sosok dihadapannya. Sosok yang mengenakan gamis hijau dengan rambut terurai sebatas punggung sedang sibuk menata pakaian ke dalam lemari. Cukup
lama Andre memandanginya hingga akhirnya sosok itu tersadar dan…
“Auw…” Lani refleks melemparkan jilbab kaus yang sedang dipegangnya kearah Andre. Andre terkejut.
“ Apa-apaan nih? “ Andre mendekat.
Lani membuka matanya. Sesaat dipandanginya Andre, lalu bibirnya tersenyum. Malu. “ Maaf, Mas. Habisnya
kaget tiba-tiba ada laki-laki yang masuk padahal Lani sedang tidak memakai jilbab. “
Andre geleng-geleng kepala. Apa wanita ini lupa kalau dia sudah menikah.
“Nih! “ Andre menyerahkan jilbab ditangannya pada Lani.
“Maaf ya, Mas. “ Lani menerima jilbab itu dengan perasaan bersalah. “ Jangan marah, ya. “
“Iya, nggak pa-pa. Saya tahu, kamu masih belum terbiasa. “
Lani hendak menggulung rambutnya tapi tangan Andre mencegah.
“Jangan.“
Lani heran.
“Rambut kamu bagus. Aku suka. “ desis Andre lirih.
Wajah Lani memerah. Tangan Andre menyentuh rambutnya perlahan. Membelainya dengan sayang. Akhirnya, bisa lihat semuanya, kemarin cuma anak-anak poninya aja, Andre tersenyum.
“Oh, ya Mas. Kita kan belum makan siang. Kebetulan Mama bawain kita rendang tuh. Lani hangatin dulu ya." Lani beranjak dari tempat berdirinya. Andre mengangguk.
Rumah itu cukup besar, dengan ruang tamu, ruang tengah, tiga kamar tidur, dapur dan garasi. Lani memasuki dapur, disana terdapat satu set meja makan, rak piring, kompor gas, kulkas dan dispenser. Kemudian Lani melangkah ke teras belakang, disana terdapat rak sepatu yang berisi sepatu-sepatu kerja Andre, dua pasang sepatu kets dan beberapa buah sandal. Ada juga rak berisi botol-botol oli mobil yang kelihatannya sudah kosong. Lani bergerak ke halaman belakang yang ditumbuhi rumput jepang. Disana ada jemuran pakaian dan kran air. Iseng Lani memutar kran itu dan air langsung menyembur ke wajahnya. Lani menjerit. Andre datang tergopoh-gopoh ketika mendengar teriakan istrinya. Andre kaget melihat Lani basah kuyup. Ia mendekat lalu terbahak. Lani manyun.
“Ngapain kamu buka kran itu? Makanya nanya dulu dong…kran nya rusak. “
“Kalau rusak kenapa nggak diganti? “
“Belum sempat belinya. Kamu mau ngapain buka kran itu? Kalau mau mandi di kamar mandi lah, jangan disini.
Oh…atau kamu mau syuting film India ya, nari-nari di rumput sambil basah-basahan. “ Andre masih tertawa.
“Ya, nggak lah. Iseng aja. “
“Makanya jangan suka iseng. “
Lani cemberut. “Nyebelin banget sih! “ Lani memukul bahu suaminya.
“Lha, aku malah dibilang nyebelin? Kamu tuh nggak pakai nanya. Gini ya, kamu kan penghuni baru jadi harusnya kamu nanya-nanya dulu sama penghuni lama. “
“Ya, udah. Tutup dulu deh krannya. “
Andre geleng-geleng kepala, lalu dia menunduk untuk menutup kran air tersebut. Tiba-tiba Lani mendorongnya, ia pun terjatuh dan wajahnya terkena semburan air. Lani tertawa sambil melonjak-lonjak.
“Lani!!!! ” teriak Andre geram.
Lani berlari hendak masuk kedalam rumah. Andre bangkit dan mengejar istrinya, masih sempat Lani meleletkan lidah pada Andre. Lelaki itu tambah gemas dan larinya semakin kencang untuk mengejar Lani. Andre berhasil menjangkau tangan istrinya. Lani tertangkap.
“Ayo, mau lari kemana kamu?“
Lani meronta. Cekalan Andre semakin kencang.
“Lepas dong…sakit tahu! “
“Nggak akan. Kamu udah bikin saya jatuh dan basah kuyup. “
“Ih…sakit. Ntar Lani adukan dengan tuduhan kekerasan dalam rumah tangga. “
“Nggak takut. “ Andre memelintir tangan Lani.
“Duh…sakit! “ Lani memukul tangan Andre.
Andre tertawa. Lani menyipitkan sebelah matanya, lalu menendang kaki kanan Andre. Lelaki itu mengaduh kesakitan. Lani menarik tangannya, tapi Andre mencekalnya tambah kencang lalu dengan satu gerakan ditariknya Lani kedalam pelukan.Lani terperangah.
Andre memeluk pinggangnya erat. Lani menengadah menatap wajah tampan sang suami. Mata mereka bertemu, Lani tak kuasa menentangnya, mata itu begitu tajam. Lani menunduk. Andre mengangkat dagu Lani dengan tangan kanannya, lalu mengusap pipinya lembut sambil tersenyum.
“Kamu kuat juga ya…” desis Andre.
Lani tertawa.
“Pernah ikut karate? “ Kali ini tangan Andre menyentuh rambut Lani yang jatuh didahinya.
Lani mengangguk.
“Wow!! Sabuk apa? “ Andre menatap istrinya lekat.
“Coklat. “ jawab Lani lirih.
Alis mata Andre terangkat. “Hebat juga. Pantesan suka ngepalin tinju kalau lagi kesal ya." Andre tertawa lepas."Bisa-bisa saya kena tendangan terus nih. “
“Makanya jangan macam-macam.“
“Berarti saya salah pilih istri dong…”
“Trus, sekarang mau dikembalikan ke Papa, gitu? Ya, udah. Pulangkan saja aku pada ibuku atau ayahku…” Lani menyanyikan sebuah lagu lama.
Andre tergelak. Ternyata Lani suka bercanda juga.
“Nggak mungkin juga, karena saya udah ngeluarin duit banyak untuk bisa mempersuntingnya. Sepertinya hanya
perlu dijinakkan sedikit. “ Andre menyipitkan sebelah matanya.
Lani meleleletkan lidahnya lalu meloloskan diri dari pelukan, Andre melepasnya.
“Lani mau nyiapin makan siang tadi, kok malah syuting film India sih? “ kata Lani sambil tertawa lalu masuk
kembali ke dapur.
Andre menatap punggung istrinya dengan senyum bahagia. Cukup romantis juga momen yang terukir di hari
pertama ini. Andre menghela nafas lalu menyusul istrinya masuk kedalam rumah.
Sehabis makan siang, Andre tidur. Katanya capek banget. Lani kambali mengamati setiap sudut rumah itu. Di ruang tamu ada satu set kursi tamu, di dindingnya tergantung gambar Ka’bah. Sangat sederhana. Lani beranjak
ke ruang tengah; ada TV dan DVD player, sebuah lemari buffet dan meja kecil tempat telepon. Diatas lemari buffet itu bertengger beberapa buah piala, ada juga foto keluarga Andre, foto Andre saat wisuda dan foto Andre dalam setelan jas lengkap.
Lani melangkah ke kamar yang terletak di seberang kamar tidur Andre. Ternyata kamar itu berubah fungsi menjadi ruang kerja. Disana ada 2 rak buku besar yang berisi buku-buku Andre. Lani berdecak kagum melihat buku
Andre yang begitu banyak. Koleksinya juga lengkap; buku-buku hukum, buku-buku islami, buku-buku tentang pengetahuan umum, tentang komputer dan bahasa Inggris, novel, majalah, sampai komik Detektif Conan. Ternyata dia suka Conan juga, sama sepertiku. Bisik hati Lani. Selain dua rak buku tersebut, disana juga terdapat seperangkat komputer dan meja kerja. Lani mendekati meja yang agak sedikit berantakan itu. Kertas-kertas berserakan diatasnya. Lani tergerak untuk membereskannya. Dan…ia terkejut saat melihat ada foto dirinya yang
dibingkai diatas meja itu. Lani mengangkat bingkai foto itu, foto didalamnya adalah foto yang ia berikan pada saat taaruf dulu. Lani meninggalkan ruang kerja Andre sambil membawa foto dirinya.
“Mas…” Lani mengguncang tubuh suaminya.
Andre membuka matanya. “Ada apa Lan? “
Lani menunjuk foto ditangannya. “Lani menemukan ini di meja kerja Mas. “
Andre mengucek-ngucek matanya.
“Itu foto kamu kan, terus kenapa? “
Lani menatap suaminya. “Kenapa Mas bingkai dan Mas taruh diatas meja kerja. “
“Lho, apa salahnya? Kamu kan istri saya, biasa kan seorang suami menaruh foto istrinya di meja kerja. Di kantor
aja semua begitu. “
“Iya, tapi sejak kapan foto ini ada disana? “
Dahi Andre berkerut. “Foto itu kan saya terima saat taaruf dulu. “
“Lani tahu, maksud Lani sejak kapan dibingkai dan ditaruh disana. “
Andre berpikir sejenak, lalu tersenyum. “Curigaan amat sih? “ Andre menowel pipi istrinya. “Saya taruh
disana sehari sebelum saya meninggalkan rumah untuk berangkat ke kampung kamu dan menikahi kamu. Kamu pikir saya membingkai foto itu sejak saya terima dan saya pandangi setiap hari? Ge-er banget sih? “
Lani lega. “Kan cuma nanya.“
“Bilang aja tadi ge-er. “
“Bukan ge-er, justru mau marah. Belum nikah kok udah pajang foto. “
“Beneran aneh nih anak. “ Andre geleng-geleng kepala. “ Rugi dong saya pajang foto kamu yang notabene saat
itu belum apa-apanya saya. Mending juga majang foto Nabila tuh, ponakan saya. Dia lebih cantik dari kamu. “
Lani manyun.
“Saya sengaja majang itu buat ngasih surprise ke kamu. Bukannya senang, malah ge-er. Payah! “
Lani akhirnya tersenyum.
“Kamu pikir, saya udah lama jatuh cinta ke kamu dan bahagia banget waktu dapat foto kamu, terus saya pajang
dan saya pandangi setiap hari. Ibaratnya saya ini secret admiror kamu, gitu? Rugi banget jadi pengagum rahasia kamu.“
Lani mengepalkan tinjunya tepat didepan muka Andre.
“Udah, ah. Saya mau tidur lagi. “ Andre kembali merebahkan tubuhnya.
Lani mendesah. Lalu tangannya bergerak membelai rambut suaminya yang dipotong pendek. Andre sempat sedikit
kaget, tapi akhirnya dia menikmati belaian tangan istrinya.
“Trus, kapan dong jatuh cinta sama Lani? “ tanya Lani manja.
“Tunggu punya anak dulu baru saya jatuh cinta sama kamu. “ canda Andre.
Lani menjewer telinga suaminya.
“Eh…enak aja jewer-jewer.“
Lani memonyongkan mulutnya.
“Kamu sendiri, kapan jatuh cinta sama saya? “
“Sekarang. “ jawab Lani pelan.
Ada perasaan bahagia menyusupi hati Andre saat mendengar ucapan Lani barusan. Hatinya berbunga-bunga. Perempuan itu sangat jujur dalam mengungkapkan isi hati dan perasaannya. Lani juga apa adanya, yah…sejak mengenal perempuan itu, ia memang menemukan kepolosan dalam diri Lani. Bicaranya ceplas ceplos namun tetap
sopan. Sedikit banyaknya Andre menyenangi sifat Lani.
“Seberapa besar cintanya? “
“Nggak bisa diukur dan nggak bisa diungkapin dengan kata-kata. Pokoknya Lani cinta sama Mas Andre sekarang
dan untuk selamanya. “ Lani menatap langit-langit kamar.
Hati Andre seperti tersiram air dingin mendengar penuturan Lani. Apa semua perempuan Batak terbiasa berkata
jujur tentang perasaannya ya? Pikir Andre.
“Mas cinta nggak sama Lani?“
Andre pura-pura tidak mendengar pertanyaan Lani.
“Mas”
“Hmmm…” Andre menggumam.
"Mas..."
Lani melirik suaminya. Yah…matanya udah terpejam. Nggak sopan banget, sih? Padahal sebenarnya Andre pura-pura tidur. Lani mengecup dahi suaminya membuat Andre semakin bahagia. Dalam hati Andre berkata; Lan…aku juga cinta sama kamu. Malah mungkin aku lebih dulu merasakannya daripada kamu. Aku jatuh cinta sejak kamu menyatakan bersedia untuk menjadi istriku didepan keluarga kita, di hari lamaran itu. Aku jatuh cinta saat mendengar jawaban ‘ya’ dari mulutmu, jawaban yang disertai uraian air mata sama seperti setelah aku mengucapkan ijab Kabul di hari pernikahan kita. Saat itu aku benar-benar yakin bahwa kamu adalah belahan jiwaku, kamu adalah bidadari yang telah diturunkan Allah untukku. Andre tersenyum dan melanjutkan tidurnya.
@ @ @
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Anni Zakiyani
swit bgt si
2021-09-13
0