Andre terkejut saat melihat seseorang yang duduk di kursi tamu sambil menggendong Faiz, putra ketiga Mbak Andini yang baru berusia dua tahun. Orang itu tak kalah terkejutnya.
“Kamu, kok bisa ada disini? “
“Saya…saya emang sering main kesini. Mas Andre sendiri ngapain kesini? “
Andre tidak menjawab, dia segera masuk ke ruang tengah mencari Mbak-nya. Nabila, putri sulung Mbak Andini langsung menghambur kearah Andre.
“Eh, ada Om Andre. Kok jarang main kesini sih?"
“Om sibuk banget sayang. Ummi mana? “
“Tuh, di dapur bikin minuman buat Tante Lani. Ummi!! Ada Om Andre nih. “ teriak Nabila
“Sst…teriakannya kencang banget sih. “ Andre menutup telinganya.
Nabila tertawa. “Bawa oleh-oleh nggak? “
Andre mengeluarkan sebatang coklat dari saku jaketnya. “Nih buat kamu. “
“Makasih ya, Om-nya Nabila yang paling ganteng. Oh, ya buat Dik Fauzan dan Dik Faiz mana? “
“Oh, iya Om lupa. Kamu kasih ya sama mereka."
“Buat Dik Faiz Om aja deh yang ngasih, kan Dik Faiz didepan tuh sama Tante Lani. “
“Kamu aja deh. “
Nabila menurut.
Andini muncul dari dapur dengan baki berisi tiga gelas minuman dan satu toples keripik pisang.
“Mbak pikir kamu nggak jadi datang. “
“Gimana nggak datang, dipaksa-paksa juga. “
Andre mengekor Andini ke ruang tamu.
“Lani, ini nih adik Mbak yang Mbak bilang kemarin. “
“Kalau yang ini sih udah kenal, Mbak. “ sahut Lani
Dahi Andini mengernyit.
“Saya kan magang di kantornya Mas Andre ini dulunya. “
“Oh…gitu. Kok bisa kebetulan banget ya. “ Andini tertawa. “ Berarti bagus, dong. Jadinya kan lebih gampang. “
“Maksud, Mbak? “
“Ya…Mbak pengen kalian kenalan lebih dekat. Siapa tahu bisa berlanjut nantinya. “
Lani terkejut. Jadi, orang yang akan disodorkan pembimbingnya ini, Andre? Lutut Lani langsung lemas.
Andre diam saja, sekilas dia melirik kearah Lani yang wajahnya pucat pasi.
“Kok pucat gitu Lan? Jalani aja dulu proses nya, kalau cocok bisa lanjut kalau nggak kan bisa mundur. “
Lani merasa ditodong. Ia menggigiti ujung kuku lalu refleks menghentikannya saat menyadari bahwa disana ada orang lain. Lani jadi malu kebiasaan buruknya diketahui oleh orang lain.
“Gimana Ndre? “
Andre gelagapan. Bingung mau menjawab apa.
“Lani, gimana? “ Kali ini Andini menatap Lani.
Lani menarik nafas dalam-dalam. “ Yah…gimana ya Mbak. Beri saya waktu untuk berpikir dan istikharah ya, Mbak. “
Andini berpikir sebentar. “Tentu saja. Mbak akan hubungi kamu lagi. Kalau jawaban kamu iya, kita lanjutkan proses taarufnya. “
Lani mengangguk pelan.
“Kamu juga pertimbangkan ya, Ndre. “
“Hmm…”
“Oh, ya masih perlu tukaran biodata nggak? Kan udah saling kenal. “ Andini tertawa.
“Terserah Mbak aja. “ Lani pasrah.
...@ @ @...
“Menurut kamu Lani itu gimana Ndre? “ tanya Andini saat Lani sudah pulang.
Andre menarik nafas panjang. “Jadi itu calon yang menurut Mbak, kalau aku lihat bakalan langsung kuterima.
Gitu? “
“Iya. Emang kenapa? “
“Kenapa Mbak berpikiran seperti itu? “
“Menurut Mbak, kalian itu cocok. Apalagi profesi kalian sama. Wanita yang baik itu kan dilihat dari agamanya, Ndre. Dan sepanjang yang Mbak tau Lani adalah seorang wanita yang bagus agamanya, bagus akhlaknya. Wajahnya juga cantik. Lalu, apalagi? “
“Nggak semua orang yang profesi nya sama bakalan cocok kan Mbak? Mbak sih nggak tahu. “
“Nggak tahu apanya? “ Andini menatap adiknya penuh selidik.
"Sudah berapa lama Mbak mengenal Lani?"
“Kurang lebih tiga bulan. Maksud kamu tadi, nggak tahu apanya? Diantara kalian pernah terjadi sesuatu? “
“Mbak nih apaan sih? Ya nggak lah. Justru sebaliknya, aku dan Lani itu sering banget berantem. Kita berdua nggak cocok. Sama-sama emosian. “
“Kamu baru tahu sekelumit aja, Ndre. Belum semua nya. Dan kalau menurut Mbak, sifat itu bisa berubah kok
seiring dengan berjalannya waktu. “
Andre menghela nafas. “Nggak ada yang lain apa Mbak? Kenapa harus dia, sih? “
“Ndre, ini baru taaruf tahap awal. Jalani aja dulu, ntar kalau nggak cocok ya berhenti. Gitu aja kok repot.
Lagipula kamu mau yang gimana lagi? Jangan terlalu sombong dong jadi orang. Kamu juga harus berkaca pada diri kamu sendiri, kamu itu pantasnya dapat orang yang seperti apa. “
“Astaghfirullahal adzim, Mbak. Kok jadi marah gitu? “
“Habisnya Mbak kesal sama kamu. Semua yang disodorin nggak ada yang mau. Mbak pusing!! Kamu nggak kasihan apa sama Bapak dan Ibu? “ Andini merajuk.
“Dirasa nggak cocok, gimana dong? Masa harus dipaksain. “
“Semua nggak cocok. Kamu itu terlalu merasa diri kamu hebat, jadinya semua orang kamu anggap kurang hebat. “
“Bukan begitu, Mbak. Selama ini aku nolak karena memang aku belum merasa sreg. Panggilan jiwa itu belum
datang, Mbak. Bukan karena merasa hebat“
“Mbak bosan dengar kata-kata kamu." Andini merengut.
Andre tersenyum lalu merangkul bahu Mbak tersayangnya itu. “ Oke, kali ini aku nurut sama Mbak. Aku pertimbangkan“
“Beneran? “ wajah Andini berubah cerah.
Andre mengangguk. “Aku percaya sama. Mbak. Tapi kalau misalnya jawaban dari istikharahku nggak, Mbak jngan marah ya? “
“Iya. Masa Mbak harus marah, jawaban istikharah itu kan dari Allah. Kita cuma bisa berusaha, semua tetap kembali pada Allah. “
“Aku sayang sama Mbak…”
“Mbak juga. Makanya Mbak pengen lihat kamu segera menikah. Addina aja tuh udah punya anak, masa kamu Mas nya belum. “
“Padahal diantara kita berlima, aku yang paling cakep ya Mbak. “
“Ih, ge-er banget sih kamu.“
Andre tertawa.
“Oh, ya. Nih biodata Lani. Ntar biodata kamu, kirim aja langsung ke e-mail nya. Alamatnya ada didalam
biodata itu. “
Andre mengangguk.
...@ @ @...
Andre menatap kertas berisi biodata yang diketik rapi dengan huruf Arial Narrow 14 ditangannya. MAYLANI IFFANA AZRA HUTABARAT, SH. Lahir pada tanggal 8 Mei 1997. Suku Batak. Anak kedua dari dua bersaudara. Nama Ayah Drs. Azhar Pardamean Hutabarat, Ibu Rahayu Herawati Sihotang, S. Pd, nama kakak Aprilia Maharani Azra Hutabarat, S. Pd. Tinggi badan 167 cm dengan berat 50 Kg. Golongan darah B. Penyuka warna biru. Makanan kesukaan coklat, mie ayam dan semua yang berbau ayam. Andre geli membaca biodata itu. Komplit. Kemudian di lembaran berikutnya ada visi dan misi serta pandangan singkat Lani tentang pernikahan. Ada juga sehelai foto close-up ukuran postcard. Kalau Lani tahu bahwa biodata itu akan diberikan kepada Andre, tentunya dia tidak akan melampirkan foto tersebut. Karena untuk apa? Mereka toh sudah saling kenal.
Andre membuka laptop nya lalu mulai mengetik biodata yang akan dikirimkannya untuk Lani. Kali ini Andre akan membuat yang baru, tidak seperti selama ini biodata yang dikirimkannya adalah biodata yang itu-itu juga – yang sudah sekian tahun tersimpan di laptopnya – kali ini Andre ingin tampil beda. Setelah selesai mengetik, Andre mengirimkannya ke alamat lani_ivaz@gggh.com. Terkirim. Andre tersenyum, lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Dia memang sudah mengenal Lani, tapi kenapa ya dia merasa seperti belum kenal.
Sementara Lani di tempat yang berbeda – kebetulan sedang nge-net juga – masih merasa bingung dengan kejadian hari ini, kok bisa ya dunia begitu sempit. Ia tidak menyangka kalau ternyata Andre adalah adik dari Mbak Andini.
Lani melihat ada e-mail masuk; dari andremaulana_adv@ggghh.com. Ia menunggu e-mail tersebut terbuka. Setelah terbuka, Lani membacanya dengan hati-hati. Ada kalimat pembuka disana.
Nggak nyangka dunia begitu sempit. Nggak nyangka juga kalau
kamu kenal Mbak ku. Oh, ya ini biodata saya (sebenarnya masih
perlu nggak ya, kita kan sudah saling kenal).
Lani tersenyum.
ANDRE MAULANA RAZIF, SH. Lahir di Yogyakarta tanggal 23 Desember 1991. Anak keempat dari lima bersaudara. Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Pekerjaan advokat. Hanya sampai disitu. Selanjutnya visi dan misi hidupnya juga pandangannya tentang sebuah pernikahan.
Tiba-tiba Lani ingat sesuatu, bukannya Andre sudah dijodohkan dengan Davina anaknya Pak Tobing. Lalu, kenapa Andre malah setuju dengan proses taaruf ini. Apa mungkin batal ya? Tapi kenapa? Beribu pertanyaan memenuhi benaknya. Tampaknya mereka sudah sangat dekat. Lani menggigit kuku jari telunjuknya. Sopan nggak ya kalau nanya Andre langsung.
...@ @ @...
Di kantin kantor…
Andre memandangi Mardin yang sedang menyantap mie goreng dengan lahapnya. Mie itu tinggal separuh sementara makanannya dari tadi belum tersentuh sedikit pun.
“Kenapa kamu,Ndre? “
Andre tersenyum.
“Beberapa hari ini aku perhatikan kamu aneh, deh. Jadi pendiam gitu. “
Andre menghela nafas. “Aku lagi bingung. “
“Bingung kenapa? Ada kasus yang sulit kamu tangani? “
Andre menggeleng.
Mardin mengernyitkan dahinya. “Lalu apa? “
Cerita nggak ya sama Mardin? Kira-kira pantas nggak ya buat diceritain. Tapi, dia benar-benar butuh seseorang untuk berbagi sekarang. Dengan ustadz Rasyid, gurunya memang sudah diceritakan dan Ustadz Rasyid menyarankan untuk istikharah. Andre tetap saja butuh teman sebaya untuk berbagi, dan dia sangat dekat dengan Mardin.
“Hei, kalo ada masalah cerita dong. Katanya aku saudara kamu. “
“Oke, aku akan cerita dan kamu bantuin aku cari solusi nya ya. “ Andre memperbaiki posisi duduknya. “Begini, Mbak Andini nyomblangin aku sama Lani. Kamu tahu Lani kan?“
“Maylani? Yang pernah magang disini? Kok dia bisa kenal Mbak mu sih? “
“Ya…gitu deh. Malahan mereka dekat. “
“Jadi, apa masalahnya? Lani kan cantik, baik lagi. Udah gitu sholehah. Cocok banget deh sama kamu yang alim ini.“
“Tapi, kebayang nggak kamu kalau aku sama dia? Aku kan sering berantem sama dia. Kita berdua
sama-sama emosian. Dan coba kamu lihat, kita berdua nggak punya kesamaan. “
Mardin tertawa. “ya iyalah kamu sama dia beda. Kamu laki-laki, dia perempuan. Kamu anak Jawa, dia anak Batak. Umur kalian juga pasti beda. “
“Jangan bercanda dong…”
“Ndre, kamu pikir dua orang saling mengikat janji alias menikah semua karena ada persamaan? Nggak juga kali. Justru akan lebih indah jika ada dua perbedaan lalu disatukan. Setelah itu kita cari titik temunya. Kalau udah menikah itu pasti akan terjadi peleburan dua sifat. Apa yang dia suka bakal kamu suka juga, begitu sebaliknya. Aku sama istriku juga begitu. Dulu aku nggak suka minum susu tiap pagi, tapi karena setiap pagi dia selalu menyediakan susu di meja makan jadinya aku suka. Awalnya sih karena merasa segan aja, ntar dia pikir aku nggak menghargai usahanya. Tapi akhirnya jadi terbiasa. “
Andre manyun.
“Oke deh, kamu mau cari persamaannya kan? Aku bantu ya. Persamaannya adalah; kalian sama-sama sarjana hukum, memiliki profesi yang sama, sama-sama muslim dan punya semangat untuk memperbaiki diri, trus…” Mardin berpikir sejenak. “Hmm…itu, kamu mungkin nggak pernah merhatiin ya, kalian kalau pakai jam tangan sama-sama di tangan kanan. “
What?Mardin sampai memperhatikan hal-hal kecil begitu? Refleks Andre melirik jam tangannya. Kok aku nggak pernah merhatiin ya? Tiba-tiba Andre tertawa. “Gila kamu, nggak penting banget itu. “
“Eits, jangan salah. Setiap orang pasti punya alasan tertentu mengapa berbuat begini dan begitu. Orang memilih mengenakan jam tangan di kiri atau kanan pasti juga punya alasan tersendiri. Kamu deh, kenapa pakai jam tangan di kanan? “
“Tangan kanan adalah tumpuanku, pusat dari segala aktivitasku jadi aku lebih mudah melihatnya. Misalnya sambil menulis aku nggak perlu mengangkat tangan yang sebelah lagi karena aku kan menulis dengan tangan kanan, jadi ya tinggal melirik aja. Karena kalau mengangkat tangan yang sebelah lagi akan menghabiskan
waktu juga, aku harus menghentikan sejenak aktivitas menulisku. “
“Nah…itu alasan kamu. Aku rasa setiap orang yang memakai jam tangan disebelah kanan, alasannya nggak jauh-jauh beda sama kamu. Berarti pola pikir kalian sama. Apa itu bukan sebuah persamaan? “
Benar juga, pikir Andre.
“Dari segi nama aku rasa mirip juga. Nama kamu Andre Maulana dia Maylani. Maulana dan Maylani.
Cocok kan? Ha…ha…ha…” Mardin terbahak-bahak sampai mengundang perhatian seluruh pengunjung kantin.
Andre memukul lengan Mardin. “ Apaan sih? Lihat tuh, semua orang jadi melihat kesini. Dasar anak Batak lo. “
“Peduli amat. “ Mardin masih tertawa. “ Gimana, benar kan yang aku bilang. “
“Itu sama sekali bukan persamaan. Nggak ada mirip-miripnya juga. “
“Mirip lho…Lana dan Lani. Kayak anak kembar. “
“Maksa banget. “
“Biarin. “
Andre terdiam.
Mardin merangkul bahu Andre. “ Bro, semua persamaan-persamaan itu sebenarnya nggak terlalu
penting. Yang penting adalah persamaan iman. Semuanya akan baik-baik saja jika dilandasi dengan keimanan. Aku rasa kamu lebih paham dong dengan hal ini. Kamu kan ustadz. “
Andre tersenyum. Seorang Mardin aja mengembalikan semuanya pada hal yang prinsip. Lalu kenapa
dia masih memikirkan ego?
“Makasih ya Bro.“
“Emang kamu nggak ada rasa sedikit pun sama Lani? “
“Rasa apa? Rasa cinta? “
“Iya. “
Andre menggeleng.
“Aku pikir kalian saling menyukai, habisnya sering berantem sih…”
Andre tertawa. "Aku malah suka kalau berhasil membuatnya kesal."
Mardin menjentikkan jarinya. "Itu rasa suka. Di hatimu ada sedikit rasa suka."
Andre tertegun.
“Nah, sekarang masalah kamu selesai. Lanjutkan perjuangan ya! “
“Belum. Masih ada satu masalah lagi. “ Andre kembali serius. “ Ini masalah Davina. “
“Kenapa dia? “
“Kemarin Pak Tobing terus terang memintaku jadi menantunya. Sebelum aku menjawab apa-apa, beliau langsung menyuruhku untuk memikirkannya. Kamu kan tahu aku orangnya susah menolak. “
“Dasar anak Jawa. Itu lah masalahmu, jadi nya orang salah tanggap. Kalau misalnya kamu nggak tertarik kan bisa langsung bilang tidak. “
Andre garuk-garuk kepala. “ Aku segan. “
“Kenapa harus segan sih? Katakan saja langsung. Atau sebenarnya kamu tertarik sama Davina. “
Andre menggeleng.
“Soalnya aku perhatikan kamu cukup dekat dengannya. “
“Aku hanya menghormati orangtuanya. Aku juga tidak tega menolaknya secara langsung. “
“Dan karena itu pula dia mengira kamu punya perasaan juga padanya. “
“Itu lah yang bikin aku pusing. “
“Kenapa harus pusing. Katakan saja TIDAK “ ujar Mardin menirukan gaya Deddy Mizwar dalam film
lawas Nagabonar Jadi 2, film favoritnya itu.
Andre tersenyum.
“Kalau boleh aku memberimu saran, kamu pilih Lani saja. Dia lebih cocok untukmu. Davina itu manja kelihatannya. Nanti kamu kerepotan. “
“Bukannya cewek manja itu asyik. Jadinya kita merasa selalu dibutuhkan. Benar-benar merasa menjadi pelindungnya. “ kelakar Andre.
“Tapi kalau berlebihan bikin pusing juga. “
Andre manggut-manggut.
@@@
Di sepertiga malam terakhir…
Andre terpekur diatas sajadahnya. Dia meminta petunjuk untuk langkah yang akan diambilnya. Ia menyerahkan sepenuhnya pada Allah siapa yang terbaik untuknya. Sungguh, ia tak ingin memilih atas dasar hawa nafsu atau masalah duniawi. Andre tahu bahwa Allah akan memilihkan yang terbaik menurut-Nya. Saat ini dia benar-benar bingung, tidak tahu harus bersikap bagaimana. Di waktu yang sama, di tempat yang berbeda, Lani melakukan hal yang sama. Ia menangis, memohon petunjuk pada Allah.
...@ @ @...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Abu Yub
aku datang lagi thor./Pray/
2025-04-06
0
Abu Yub
mbak
2025-04-06
0
Anni Zakiyani
mqn seru nich
2021-09-13
0