Haruskah Menikah Sekarang?

Allah selalu punya rahasia terindah untuk hamba-hamba-Nya. Rahasia yang kita tidak tahu dan sudah Allah persiapkan. Ibarat kado, ketika saatnya tiba kita bisa membuka dan melihat isinya. Pastinya Allah akan memberikan kado terindah, hanya saja terkadang manusia lalai untuk mengucapkan syukur kepada-Nya atas kado-kado terindah yang telah diterima.

Sehabis hujan pasti ada pelangi, dibalik kesusahan pasti ada kemudahan. Dan badai itu pasti segera berlalu. Demikian lah yang dialami Latifah. Setelah mengalami kegagalan pada proses taaruf yang pertama, dua bulan kemudian Allah menghadirkan seorang Muhammad Azril. Sepertinya Allah tidak mengizinkan Latifah untuk berlarut-larut dalam kesedihannya. Proses taaruf kali ini cukup singkat dan entah kenapa Latifah merasa begitu mantap dengan jawaban dari istikharah yang dilakukannya berulang kali. Azril sendiri – yang lebih akrab disapa Aril – tidak ingin berlama-lama dengan proses ini. Maka, setelah dua bulan, ia pun mengkhitbah Latifah kepada orangtuanya di Padang. Saat itu juga, Aril yang didampingi oleh keluarganya

meminta kepada orangtua Latifah agar prosesi pernikahan diselenggarakan secepat mungkin. Baik Latifah maupun orangtuanya tidak keberatan.

Setelah proses lamaran selesai, Latifah kembali lagi ke Jakarta. Bersama Lani ia sibuk mempersiapkan perlengkapan pernikahannya; baju pengantin, sandal, seprai, dan perlengkapan lainnya yang dianggap perlu. Dengan senang hati Lani menemani Latifah berbelanja semua kebutuhannya. Seminggu sebelum pernikahan ia harus sudah tiba di Padang, begitu pesan orangtuanya.

“Kayaknya Mas Aril ini penganut paham Siapa Cepat Dia Dapat. “ komentar Lani

Latifah tertawa mendengar ucapan Lani. “ Apaan sih? “

“Ya iya lah. Semua mau serba cepat. “

“Ngapain juga lama-lama, ntar malah susah menjaga hati. “

“Kayak lagu aja. Kamu udah jatuh cinta duluan ya sama dia. “

“Terlalu cepat ya kalau jatuh cinta sekarang? Kan nikahnya udah seminggu lagi. “ goda Latifah.

“Ye…” Lani mendorong bahu Latifah. “ Fah, aku senang deh, akhirnya kamu nikah juga. Ternyata ucapanku

dulu benar. “

“Ucapan yang mana? “

“Itu lho; gagal jadi bu dokter, malah jadi ibu dewan. Dulu, aku kan sering ngejekin kamu biar nikah sama anggota dewan." Lani tertawa

Latifah tertawa lagi. “ Oh, iya. Kok bisa ya? “

“Ternyata beneran Allah mengabulkannya. “

Aril memang seorang wakil rakyat yang bermarkas di senayan. Tepatnya nggak jauh-jauh banget dari kontrakan Lani dan Latifah. Lagi-lagi Mbak Atikah yang mencomblangin mereka.

“Jangan-jangan Mas Aril udah pernah lihat kamu sebelumnya. “

“Ah, lihat dimana? Kamu lihat sendiri dong, gedung MPR-DPR tuh dari sini yang kelihatan cuma atapnya doang. Ngaco kamu ah. “

Lani nyengir.

“Gagal dapat Aa’ dapatnya Mas-mas. “ Lani terkekeh.

“Lani, udah deh. Jangan ungkit yang udah berlalu. “

“Iya, sori. Bercanda kok. “

Latifah menutup travel bag yang akan dibawanya ke Padang.

“Rencana balik ke Jakarta kapan? “

“Seminggu setelah pernikahan. Kerjaan Aril kan nggak bisa ditinggal, aku juga begitu. Eh, Lan

beneran ya kamu nyusul ke Padang empat hari lagi. Awas kalau nggak? “

“Iya, iya. Nggak percayaan banget sih. Mana mungkin sih aku nggak datang ke pernikahan kamu. Lagian, aku kan dapat tiket gratis. Sayang dong nggak dipergunakan. “ kata Lani.

“Enaknya dapat gratisan. “

“Ya iya lah. Ntar kan gantian. Kalau aku nikah, aku yang ngasih kamu tiket gratis. “

Latifah tertawa. “Semoga segera menyusul, ya “

“Aamiin. Calonnya udah disiapkan Allah, tinggal menghitung hari. “ jawab Lani kalem.

Latifah tersenyum. “Aamiin. “

Lani memandangi sahabatnya yang sedang sibuk beres-beres dengan mata berkaca-kaca. Seminggu lagi dia akan menikah dan setelah itu akan tinggal bersama suaminya. Ia akan tinggal sendiri, tidak ada lagi masak dan beres-beres rumah bersama, jalan-jalan di akhir pekan, diskusi sampai larut malam, Lani pasti akan sangat kehilangan nantinya. Sekarang aja dada Lani sudah terasa sesak.  Ia buru-buru mengusap air atanya saat Latifah meminta tolong untuk mengambilkan gunting.

...@ @ @...

“Mas, saya mau ke Padang Jum’at besok. “ kata Lani pada Andre.

“Ngapain ke Padang? “

“Menghadiri pernikahan sahabat saya; Latifah. “

“Oh…teman satu kontrakan kamu itu. “

“Dia bukan sekedar teman satu kontrakan. Latifah sahabat saya sejak kuliah. “

“Yeah…” Andre manggut-manggut. “ Dengan orang mana? “

“Orang Solo, Mas. Tapi kerja di Jakarta. “

“Kerja dimana? “

“Pengusaha, Mas. Tapi saat ini sedang menjabat sebagai anggota DPR. “

“Oh…” Andre manggut-manggut lagi. “ Siapa namanya? “

“Aril. Muhammad Azril. Mas kenal? “

“Muhammad Azril, S. IP ya, anggota Komisi IV? “

Lani mengangguk

“Saya pernah bertemu dengan beliau dalam sebuah acara. Ternyata mau menikah sama sahabat kamu ya. Kapan? “

Lani garuk-garuk kepala. Perasaan tadi udah dibilang mau berangkat Jumat, artinya minggu ini dong. Aneh nih si Andre.

“Hari Minggu besok, Mas. Makanya saya berangkat Jumat. “

“Kamu udah bilang sama Pak Tobing? “

“Sudah. “

“Balik kesini? “

“Senin. “

Andre mengerutkan dahinya. Lani mengerti apa yang dipikirkannya.

“Nggak mungkin kan Mas, saya pulang hari Minggu itu juga. Capek banget. “

“Kan naik pesawat. “

“Iya sih. Tapi kan tetap aja capek. “

“Baik lah, asal pak Tobing nggak keberatan aja."

“Beliau nggak keberatan. “

“Oke kalau begitu, kamu selesaikan dulu semua tugas-tugas kamu ya sebelum berangkat. “

“Baik, Mas. “

Lani menghela nafas lega.

“Oh, ya titip salam buat Aril, bilang dari saya. “

Lani mengangguk.

Sepulang dari kantor, Lani berencana akan membelikan Latifah kado pernikahan. Tapi, ia masih bingung mau memberikan apa. Mau beli buku, buku Latifah udah banyak banget, beli seprei Latifah kan udah punya. Beli alat rumah tangga berat banget dibawa ke Padang, apa dikasih disini aja ya? Atau mentahnya aja? Lani tertawa sendiri. Saat sedang asyik berpikir, ponsel Lani berdering. Ternyata dari Papa.

“Jadi, kamu ke Padang Lan? “

“Jadi, Pa. Jumat besok. “

“Nggak mampir kerumah? “

“Aduh…Papa. Lani kan baru pulang lebaran kemarin. Nggak bisa dong Pa. Dari Padang ketempat kita kan makan waktu cukup lama juga. Senin Lani harus udah balik ke Jakarta. “

“Oh…gitu ya. Trus kapan kamu pulang lagi? “

“InsyaAllah kalau ada libur Lani pulang. Papa kangen ya sama Lani? “

“Mama tuh kangen banget. “

Lani tertawa. “Mana Mama? “

“Belum pulang dari sekolah. “

“Ntar malam Lani nelpon yaPa. Lani juga kangen nih sama Mama. “

“Ya deh…assalamu ‘alaikum. “

“Wa’alaikumsalam warahmatullahiwabarakatuh. “

...@ @ @...

Sekarang Lani tinggal sendirian. Setelah menikah, Latifah diboyong oleh suaminya ke komplek perumahan anggota MPR-DPR. Lani benar-benar merasa kehilangan. Sebenarnya ia bisa saja sering-sering main kerumah Latifah. Tapi, tetap saja ada bedanya. Kalau dulu mereka bebas menggunakan waktu mereka sesukanya. Kalau sekarang, Latifah sudah punya seseorang yang harus dia beri waktu juga. Karena itu Lani lebih sering menghabiskan waktunya dengan membaca atau chatting dengan teman-teman SMA dan teman-teman kuliahnya.  Tapi, Lani sering pusing sendiri juga karena pembahasan nggak jauh dari seputar pernikahan; si anu sudah menikah dengan si ini, si itu bulan depan, si inu malah udah mau punya anak. Ujung-ujungnya

mereka akan bertanya, Lani kapan? Uh…sebel. Magang aja belum selesai, masih tersisa waktu enam bulan lagi. Apa aku udah tua banget ya? Ah, kan masih 24. Mama aja dulu nikah umur 25. Kak Lia  juga,  bisik hati Lani. Terus terang hingga saat ini Lani belum memikirkan masalah pernikahan. Bukannya nggak pengen, tapi Lani masih fokus pada magangnya. Orangtuanya aja nggak pernah nanyain tuh. Tapi, kenapa orang-orang pada heboh sih?

Chating-an dengan Ziela, sahabatnya saat SMA:

Ziela : jodoh itu datangnya nggak terduga Lan. Kadang kita bilang belum siap tapi  ternyata Allah ngirimin kita saat itu juga. Kayak aku nih…sebelumnya mana pernah terpikir untuk menikah saat masih kuliah.

Lani : tau ah! Aku belum siap zie…

Ziela : setiap orang akan selalu bilang belum siap. Yang tau kita siap atau belum itu Allah

Lani : Itu sebabnya aku nggak terlalu ngebet mau nikah. Kalau Allah sudah merasa aku siap, Dia pasti akan kirimkan jodohku. Jujur aja, saat ini aku merasa belum siap. Pernikahan juga butuh ilmu Zie. Aku ngerasa ilmuku belum cukup

Ziela : mana mungkin cukup kalau nggak kamu cari. Makanya banyak membaca

Lani garuk-garuk kepala. Selama ini dia memang kurang tertarik dengan bacaan yang bertema pernikahan tapi kalau novel pernikahan mau juga. Kalau teman-temannya menganjurkan membaca buku-buku

pernikahan Lani pasti akan berkilah.

“Dari novel aku juga dapat pelajaran kok? “ ujar Lani

“Pelajaran apa? “ kata Latifah

“Yah…pelajaran tentang pernikahan, mendidik anak. “

“Tapi kan nggak spesifik Lani. “

Lani nyengir.

“Apa sih yang bikin kamu nggak tertarik. “

“Nggak tahu tuh. Belum ada panggilan jiwa kali. “

“Panggilan jiwa melulu alasannya. Kita harus mempersiapkan diri dong dari sekarang. Ntar tiba-tiba tabrakan sama cowok di jalan, trus dia ngajak nikah eh…ilmu kamu belum cukup. Kan rugi. “

“Ye…siapa juga yang mau ketemu orang di jalan trus diajak nikah langsung mau. Lo aja kale…”

“Itu kan kiasan. Maksudku, sedia payung sebelum hujan. “

“Aku ngerasa sekarang belum mau hujan, makanya belum beli payung. “

“Ah, payah ngomong sama kamu. “

“Iya…iya…aku akan banyak belajar, banyak membaca, banyak silaturahim, banyak bertanya. Apa lagi? “

“Nah…gitu dong. Besok kalau pangerannya datang, kan udah siap. “

Lani mencibir. “ Ilmunya sih siap, kalau mentalnya belum sama aja bohong. “

“Kesiapan mental itu lahir dari perasaan. Adanya perasaan kalau menurut aku karena ilmu. Semua akan kembali kesana. “

“Sok bikin teori lo. Nggak nyambung tahu. “

Kalau ingat percakapan dengan teman-temannya, baik melalui WA dan telepon selalu membuat Lani ingin tertawa. Mereka bilang Lani ngeyel. Lani mengakui kalau dirinya memang bandel, dia selalu mengikuti kata hatinya, nggak perduli orang lain mau jungkir balik mendengar keputusannya. Kadangkala keputusannya malah bikin orang jantungan karena kaget. Hingga saat ini memang masih belum kepikiran tentang pernikahan. Sudah beberapa kali tawaran menikah Lani tolak, dengan alasan belum siap. Ia merasa masih terlalu muda untuk menikah.

“Kamu kan suka anak-anak tuh. Ya udah, nunggu apa lagi. Biar punya anak beneran.“ ini percakapannya dengan teman yang lain.

“Ye…kalau suka sama anak-anak sih nggak mesti cepat-cepat nikah. Anak orang kan

bisa disayang juga. “

“Tapi kan lebih asyik kalau anak sendiri. “

Lani tertawa.

“Jangan senang anak-anak aja. Mikir juga dong buat nyari bapaknya. “

“Ah, error lo. “

Chating dengan Syifa :

Syifa : hati-hati Lan. Ntar jadi Pertu lho…alias perawan tua

Lani : aku tuh baru 24 syifa…belum tua-tua amat kok.

Syifa : sekarang 24, tahun depan 25. tahun depannya lagi? Kalau kamu begini terus kapan lagi dong? Umur kan berjalan terus.

Lani : trus, kamu mau aku gimana? Berdiri di pinggir jalan trus nawarin diri gitu?

Syifa : Ih, gila kamu! Ya nggak lah…minta dicariin dong…

Lani : ya udah, sekarang cariin.

Syifa : beneran?

Lani : iya, tahun depan.

Syifa : bener ya?

Lani geleng-geleng kepala. Enak aja dibilang perawan tua. Syifa lupa ya kalau umurnya masih 24, masih imut, masih lucu. Ih…mentang-mentang udah nikah. Tapi, beneran nggak sih Syifa mau nyariin? Ah, mana mungkin Syifa sempat. Dia terlalu sibuk sama bisnis kue nya.

Lani mengirim pesan pada Indah :

Ndah, pusing…masa’ semua org nyuruh aq nikah.

Balasan Indah :

Ha..ha…sabar…sabar…

Lani :

Kayak aq udh tua bgt gitu

Indah :

Yah…mereka blg begitu krn mrk udh.

Lani :

Iya nih…mentang2. btw, kamu kpn Ndah?

Indah :

Aq? Aq sih msh nunggu seorang pangeran berkuda

putih membawa seikat bunga

Lani :

He…he…sok romantis lo. Aku jg sih.

Indah :

Berdoa aja Lan. Mg jodoh qt dimudahkan Allah

...@ @ @...

Lani dan Farah sedang asyik ngobrol, ketika seorang wanita muda memasuki kantor. Wanita itu cantik dan masih muda. Ia memakai blus berwarna merah muda, celana panjang putih dan kerudung yang senada dengan blus yang dipakainya. Sebuah tas dengan merek terkenal tersampir di pundaknya.

“Selamat siang Mbak Farah. “ sapa wanita itu

“Eh, Mbak Davina. Selamat siang. “

Davina? Tunggu…tunggu…otak Lani berputar, bukankah Davina itu nama anak Pak Tobing?

“Udah lama ya, Mbak nggak main kesini? “

“Aku lagi sibuk Mbak, bikin skripsi. “ jawab Davina

“Oh…udah selesai? “

“Minggu depan aku sidang skripsi. “

“Moga dimudahkan sama Allah ya Mbak. “

Davina tersenyum. “Bapak ada Mbak? “

“Ada di ruangannya. “

“Mas Andre ada nggak? “ bisik Davina pelan.

“Nggak tahu. “ Farah menoleh pada Lani. “ Mbak Lani, Mas Andre ada nggak?“

Lho, kok malah nanya aku sih?Pikir Lani.

“Perasaan nggak kemana-mana deh, Fa. Di ruangannya kali. “

“Oh, ya kenalin Mbak Davina. Ini Mbak Lani. Belum pernah ketemu kan? “

Lani mengulurkan tangannya pada Davina. Davina menyambutnya dengan senyum. “Mbak baru ya disini? “

“Nggak baru-baru banget kok, Mbak. Mungkin setiap Mbak Davina kesini, saya lagi keluar bertemu klien. Saya masih magang disini. “

“Oh…” Davina manggut-manggut. “Oh, ya, panggil Vina aja, Mbak. “ ujarnya ramah.

Lani membalas senyuman gadis cantik itu. “Oke, Vina. “

Andre keluar dari ruangannya.

“Siang, Mas Andre. “ Davina menghampiri Andre.

“Eh, Vina.“ Andre terlihat kikuk saat melihat Davina. Sekilas dia sempat melirik kearah Farah dan Lani. “Mau ketemu Bapak? “

“Iya. Sekalian mau ketemu Mas Andre juga. Kita udah jarang bertemu kan. Mas Andre kemana aja sih, kok nggak pernah lagi main ke rumah? Sibuk banget ya. “

“Ya…gitu deh. “

Farah menyikut lengan Lani pelan. Lani menoleh, lalu tersenyum.

“Itu lho yang digosipin bakal jadi calon istri Mas Andre. “ ujar Farah.

“Oo…”

“Makanya Mas Andre belum nikah juga, soalnya masih nunggu Mbak Davina itu. “

“Oo…”

“Kok, Mbak Lani dari tadi ngomong oo…melulu sih. “

“Trus, saya mesti ngomong apa Farah? “

“Kasih komentar apa gitu? “

“Komentar apa? “

“Menurut Mbak Lani, Mas Andre cocok nggak sama Davina? “

Lani pura-pura berpikir. “Cocok kali ya…”

“Tapi, kok saya ngerasa nggak ya. Mas Andre itu cocoknya sama Mbak Lani. “

“Farah…udah deh. Kamu ini! Dari sisi mana nya coba saya cocok sama Andre. Jelas-jelas diantara kita sering

ada konflik. “

“Justru itu, Mbak. Kalau Mbak sama Mas Andre berantem, lucu. Kayak suami istri “

“Farah, cukup ya. Jangan dilanjutkan. “ Lani beranjak dari tempat duduknya.

“Tapi beneran kok Mbak. “ teriak Farah. “ Mbak Lani sama Mas Andre itu….”

Terdengar suara orang mendehem. “ Ehem…ehem. Farah, saya sama Lani kenapa? “

Farah mendongak, ternyata Andre sudah berdiri didekatnya. Farah cengengesan. Dari jauh Lani meleletkan lidahnya. Farah mengepalkan tinju kearah Lani. Lani tertawa puas.

“Em…nggak kenapa-kenapa Mas. Permisi. “ Farah beranjak meninggalkan Andre.

...@ @ @...

Episodes
1 Merantau
2 Kalau Jalan, Pakai Mata Dong
3 Donat Untuk Lani, Mukena Untuk Bu Niar
4 Sate Padang
5 Geletar Aneh di Hati Lani
6 Bukan Keanu Reeves, Tapi Andre Crepes.
7 Damai
8 Kebenaran Pasti Akan Menang
9 Akhirnya...
10 Bebas
11 Istri Dari Hongkong?
12 Tak Sengaja Bertemu
13 Haruskah Menikah Sekarang?
14 Melangkah Menuju Hari Baru
15 Andre Maulana Razif
16 Biodata
17 Nazhor
18 Lamaran
19 Hari Pernikahan
20 Jatuh Cinta Padamu
21 Masakan Pertama
22 I Love You, Honey.
23 Rival
24 Tersinggung
25 Kemenangan Kasus Pertama
26 Berita Bahagia
27 Ngidam
28 Memori Masa Lalu
29 Kirana
30 Tentang Kamu; Maylani
31 Pariban
32 Cepat Sembuh, Sayang
33 Saifullah Akbar Maulana
34 Saat Ujian Mulai Datang
35 Foto-foto Itu
36 Balada Lipstik Merah Menyala
37 Pecah Perang
38 Bila Kau Tak Disampingku
39 Selalu Cinta walau Kau Tak Disampingku
40 Gagal Move On
41 Hampa Tanpamu
42 Jangan Ada Kata Berpisah
43 Hidup Harus Terus Berjalan
44 Pe-Ja-Bat
45 Gara-Gara Warisan
46 Kasih Ibu Sepanjang Jalan, Kasih Anak Sepajang Galah
47 Mengalah Untuk Menang
48 Memuliakan Tamu
49 Konsultan Pernikahan
50 Kamu Berhak Bahagia
51 Cinta Tak Akan Menyakiti
52 Misi Berhasil
53 Angkat Aku Jadi Manajermu
54 Ngidam?
55 Ternyata Oh Ternyata
56 Terjebak
57 Bertahan dalam Luka
58 Mauliate Hasian
59 Kepergian Arinda
60 Bila Waktu Tlah Memanggil
61 Kedatangan Keluarga Satria
62 Jagalah Cinta Ini
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Merantau
2
Kalau Jalan, Pakai Mata Dong
3
Donat Untuk Lani, Mukena Untuk Bu Niar
4
Sate Padang
5
Geletar Aneh di Hati Lani
6
Bukan Keanu Reeves, Tapi Andre Crepes.
7
Damai
8
Kebenaran Pasti Akan Menang
9
Akhirnya...
10
Bebas
11
Istri Dari Hongkong?
12
Tak Sengaja Bertemu
13
Haruskah Menikah Sekarang?
14
Melangkah Menuju Hari Baru
15
Andre Maulana Razif
16
Biodata
17
Nazhor
18
Lamaran
19
Hari Pernikahan
20
Jatuh Cinta Padamu
21
Masakan Pertama
22
I Love You, Honey.
23
Rival
24
Tersinggung
25
Kemenangan Kasus Pertama
26
Berita Bahagia
27
Ngidam
28
Memori Masa Lalu
29
Kirana
30
Tentang Kamu; Maylani
31
Pariban
32
Cepat Sembuh, Sayang
33
Saifullah Akbar Maulana
34
Saat Ujian Mulai Datang
35
Foto-foto Itu
36
Balada Lipstik Merah Menyala
37
Pecah Perang
38
Bila Kau Tak Disampingku
39
Selalu Cinta walau Kau Tak Disampingku
40
Gagal Move On
41
Hampa Tanpamu
42
Jangan Ada Kata Berpisah
43
Hidup Harus Terus Berjalan
44
Pe-Ja-Bat
45
Gara-Gara Warisan
46
Kasih Ibu Sepanjang Jalan, Kasih Anak Sepajang Galah
47
Mengalah Untuk Menang
48
Memuliakan Tamu
49
Konsultan Pernikahan
50
Kamu Berhak Bahagia
51
Cinta Tak Akan Menyakiti
52
Misi Berhasil
53
Angkat Aku Jadi Manajermu
54
Ngidam?
55
Ternyata Oh Ternyata
56
Terjebak
57
Bertahan dalam Luka
58
Mauliate Hasian
59
Kepergian Arinda
60
Bila Waktu Tlah Memanggil
61
Kedatangan Keluarga Satria
62
Jagalah Cinta Ini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!