Wijaya berteriak-teriak setelah mendengar kesaksian Surip. Dia langsung diamankan oleh polisi, sebab posisinya sekarang telah berubah dari saksi menjadi tersangka. Saat itu juga Wijaya langsung ditahan. Bu Niar tak kuasa menahan air matanya. Senyum kemenangan tersungging di bibir Andre.
“Terima kasih atas kerja samanya Bung Gunawan. “ Andre menjabat tangan Gunawan.
“Sama-sama. Keadilan memang harus ditegakkan. “ Gunawan tersenyum. “ Saya yakin, di alam sana Amalia akan
tersenyum bahagia karena pembunuh sebenarnya telah tertangkap. “
Surip langsung meminta maaf kepada Bu Niar. Bu Niar tersenyum bahagia, beliau telah memaafkan Surip karena
beliau tahu Surip merasa terpaksa melakukan hal tersebut.
@ @@
Lani mengurut-urut dahinya. Sejak semalam dia demam, flu berat menyerangnya. Pagi ini demamnya sudah mulai turun tapi flu-nya masih belum reda juga. Semalaman Latifah kerepotan mengurusnya; mengompres, mengambil air minum dan menungguinya.Ia jadi tidak enak hati dan berkali-kali menyuruh Latifah untuk tidur tapi sahabatnya itu menolak.
“Kita ke dokter ya hari ini.“ kata Latifah
Lani menggeleng. “Aku udah nggak pa-pa kok, tinggal minum obat flu pasti beres. “
“Jangan sembarangan minum obat. “
“Nggak sembarangan kok. Kan cuma minum paracetamol dan antibiotik. “
“Ke dokter aja lah. “
“Kalau hari ini nggak reda juga baru deh besok kita ke dokter. Kamu berangkat aja, sana. “
“Kamu itu ya…emang dasar bandel. “
Lani cengengesan. “Sana buruan. Ntar telat lagi. Aku bisa kok sarapan sendiri.”
“Tapi kan masih pusing. “
“Udah nggak pa-pa kok. Yah, padahal hari ini sidang putusan Bu Niar, aku kan pengen lihat. “
“Nggak mungkin kan kamu kesana, ntar tumbang. “
“Iya. Makanya aku kecewa.“
@ @ @
Tangan Lani menggapai-gapai sementara matanya masih terpejam. Suara dering ponsel membangunkannya dari tidur. Ia menguap, tanpa melihat nama yang tertera di layar, Lani langsung mengangkat telepon itu.
“Halo…”
“Lani!!! “ suara laki-laki berteriak memanggil namanya.
Lani tersentak dan langsung terduduk begitu mendengar teriakan yang sangat kencang.
“Lani, kamu kok nggak datang ke pengadilan? “
Andre? Kesambet ya tuh anak, teriak-teriak di siang bolong begini.
“Maaf Mas, saya sakit. “
“Hah?! Sakit? Orang kayak kamu bisa sakit juga ya. “
Maksudnya?
“Ada berita apa ya Mas? “
“Bu Niar bebas dan Wijaya sudah ditahan. “
Lani mengucap syukur. “Alhamdulillah."
“Beliau nyariin kamu tuh.“
“ Oh, ya? “
“Saya akan urus kepulangan Bu Niar. Jangan lupa kamu harus temui beliau ya saat keluar nanti. Bu Niar bilang, beliau akan pulang kampung. “
“Baik, Mas.“
Andre menutup teleponnya. Lani menarik nafas lega.
@ @ @
Lani mencium tangan wanita tua dihadapannya dengan takzim. Bu Niar tersenyum.
“Terima kasih ya, Nak Andre dan Nak Lani sudah berhasil membebaskan Ibu. “
“Semua karena Allah, Bu. Kita cuma perantara saja. “
“Anugerah ini sangat tidak ternilai harganya. Ibu sudah sempat putus asa tidak akan bisa bebas. “
“Allah itu tidak pernah tidur Bu. Dia Maha Melihat. Dia juga akan terus bersama hamba-Nya yang selalu mengingat-Nya. Allah tidak akan menzhalimi hamba-hamba-Nya, karena itu Dia tidak akan memberi cobaan diluar batas kemampuan kita. “
“Saya sudah memesan tiket kereta api untuk Ibu pulang ke kampung. “ Andre menyerahkan tiket kereta api kepada Bu Niar. “Untuk berangkat nanti sore. “
Bu Niar menerimanya dengan haru.
“Jangan lupa, sekali-sekali hubungi kita ya, Bu. “ pesan Lani.
“InsyaAllah. “
“Oh, ya. Saya minta alamat Ibu di kampung.“
Bu Niar menyebutkannya dan Lani langsung mencatat di buku kecilnya.
“Sekarang Ibu mau kemana? “
“Saya ke rumah Samin dulu, dari sana saya berangkat ke kampung. “
“Kita antar kesana ya Bu. “
“Ndak usah, Samin akan menjemput saya. Nah, itu mereka datang. “
Pak Samin dan istrinya berjalan kearah mereka.
“Kita berangkat sekarang Bu?“
Bu Niar mengangguk. “Saya permisi ya Nak Lani, Nak Andre. Sekali lagi terima kasih. “
Lani memeluk Bu Niar.
Entah kenapa, ada rasa kehilangan di hati Lani.Rasa kehilangan terhadap seorang ibu. Bu Niar sudah begitu dekat di hatinya sejak mereka menangani kasus pembunuhan tersebut. Sepertinya Andre merasakan hal yang sama juga, dari tadi lelaki itu hanya menunduk, menahan sesak di dadanya.
“Kamu sedih? “ tanya Andre memecah keheningan diantara mereka setelah Bu Niar dan Pak Samin meninggalkan
kantor polisi itu.
Lani menoleh. “Ya.“
Andre mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya. “Oh, ya ini buat kamu.“ Andre menyodorkan sebuah
bungkusan.
Lani menatap bungkusan di tangan Andre.
“Ambil.“
Lani menerimanya dengan penuh keheranan.
“Nggak usah heran begitu.“ kata Andre. “Itu mukena, sebagai ucapan terima kasih saya karena kamu telah
membantu saya menangani kasus ini sekaligus mengganti mukena yang sudah kamu berikan pada Bu Niar. “
Lani terperangah.
“Kok malah melongo? “
“Seharusnya nggak perlu, Mas. Saya kan sedang belajar juga. Seharusnya saya yang mengucapkan terima
kasih karena Mas telah memberikan saya pelajaran yang berharga. “
“Nggak usah banyak basa-basi. Itu belum seberapa kok. Terima aja.“
Lani merengut. Laki-laki ini selalu saja mencoba membuat mood nya buruk lewat kata-kata.
"Kamu nggak suka dikasih hadiah?"
“Saya suka, Mas. Terima kasih banyak. “
“Saya pulang dulu. Assalamu ‘alaikum. “
“Wa’alaikum salam.“
@ @ @
Setibanya di rumah, Lani membuka kado dari Andre. Sebuah mukena biru berbahan katun, dengan renda di pinggirannya. Manis sekali warna birunya. Lani tersenyum, lelaki itu tahu warna kesukaannya. Eh, tapi jangan ge-er dulu, ucap Lani dalam hati. Mungkin saja karena mukena yang diberikan Lani kepada Bu Niar juga warna biru, lalu Andre menggantinya dengan warna yang sama. Lani tertawa sendiri. Kenapa juga harus ge-er ya? Itu kan hal yang sangat mudah ditebak. Lani istighfar. Jangan sampai mengotori hati dengan hal-hal begini, ucapnya dalam hati. Yang pasti, satu hal yang Lani sadari, walaupun galak, ia tahu sebenarnya Andre berhati baik.
Latifah mendekat, ia heran melihat sahabatnya tersenyum.
"Ehem, kenapa nih senyum-senyum sendiri."
"Nggak pa-pa, Fah."
"Kado dari siapa tuh?"
"Dari Andre."
"Cie,,pakai kado-kadoan segala. Aku jadi curiga nih."
"Curiga kenapa?"
"Kenapa Andre ngasih kamu kado? Dia suka sama kamu? Hati-hati ya Lan, jangan sampai kemana-mana perasaan kamu nantinya."
"Hush, kamu ini langsung overthinking. Ini ganti mukena yang aku kasih ke Bu Niar, sekaligus hadiah karena kami berhasil membebaskan Bu Niar."
"Syukur lah kalau begitu. Tapi, sebagai sahabat aku mengingatkan sekali lagi. Jangan sampai baperan. Hati-hati menjaga hati. Setan selalu mengikuti dan membisiki kita untuk mengikuti jalannya. Tiap hari ketemu dengan makhluk kece begitu, kamu harus kuat-kuat."
Lani tergelak. "Kamu ngakuin Andre kece?"
"Faktanya kan begitu. Dia pasti banyak yang suka. Jangan sampai kamu juga ikut-ikutan. Seringnya berjumpa bisa menimbulkan rasa. Iya kalau rasanya diarahkan kepada yang tepat, kalau salah, kan jatuhnya dosa."
"Siap, Ustadzah Latifah, saya akan ingat petuahnya." Lani merangkul sahabatnya.
@@@
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Abu Yub
lanjut thor nanti aku datang lagi/Ok/
2025-03-29
0
almira.gumaisha
ahaaaaiii..dikasih kado sama om pengacara
2025-03-03
0
Anni Zakiyani
seneng bgt bacanya...bnyk belajar disini
2021-09-09
2