Andre menghempaskan tubuhnya ke sofa. Hari ini sangat melelahkan. Ia baru saja melakukan investigasi tentang sebuah kasus yang sedang ditanganinya. Sekilas ia melirik jam tangan; pukul 23.00 WIB. Setelah melepas dasi, sepatu dan kaus kakinya, Andre menuju dapur, mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin kemudian meneguk isinya sampai habis.
Andre Maulana Razif. Seorang laki-laki berusia 30 tahun yang berprofesi sebagai advokat atau pengacara itu adalah anak keempat dari lima bersaudara. Ketiga kakaknya sudah menikah, bahkan adik perempuannya telah mendahuluinya. Sebagai seorang advokat, karir Andre tergolong bagus. Dia sudah mampu membeli rumah dan mobil sendiri. Kedua orangtuanya sudah berkali-kali mendesak Andre untuk segera menikah. Bahkan kakak-kakaknya senewen melihat adiknya itu masih tenang-tenang saja di usia 30.
Dari segi fisik, ia tergolong tipe orang yang banyak digandrungi kaum hawa, dengan tinggi 180 cm dan berat badan yang ideal membuat Andre sepertinya lebih cocok menjadi seorang aktor. Wajahnya juga tampan dengan hidung mancung, alis tebal dan mata yang tajam. Apalagi dipadukan dengan kulitnya yang putih, Andre benar-benar lebih cocok menjadi seorang aktor. Ia juga pintar dan taat beragama. Dengan semua kelebihan yang dimiliki, wajar saja kedua orangtuanya merasa heran karena hingga saat ini ia masih betah sendiri. Kalau disinggung masalah pernikahan, biasanya Andre akan menjawab :
“Tenang aja Pak, Bu. Suatu hari nanti Andre akan bawa calon menantu yang hebat untuk Bapak dan Ibu.
“Iya, tapi kapan Ndre? Nunggu Bapak sama Ibu mati dulu? Kami tidak butuh manantu hebat, cukup sholehah saja." Kata Bapak
“Bapak kok ngomong begitu sih. “
“Habisnya kamu itu susah kalau dibilangin. Apa sih kurangnya kamu, *mosok ndak *ada satu pun perempuan yang mau sama kamu. “
“Ya, pasti lah Andre punya kekurangan, Pak. “
“Iya, apa? “
Andre garuk-garuk kepala. "Banyak."
“Pokoknya Ibu ndak mau tahu. Tahun depan kamu harus sudah menikah. Ingat, umur kamu bertambah terus. *Mosok* mau begini selamanya. Lihat, adek kamu aja udah duluan. “
“Doain aja ya Bu. “
“Kerja ya kerja. Tapi, masa depan jangan dilupain. Kamu ini ngeyel banget. “
Andre merebahkan tubuhnya diatas kasur. Mencoba menghilangkan rasa penat. Nyamannya kasur membuat ia tertidur. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara ponsel yang berdering. Mbak Andini?
“Ya, Mbak. Ada apa? “ tanyaAndre setelah mengucap salam.
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Udah tidur, Ndre? “
“Baru mau tidur. Ada apa sih Mbak, kok nelponnya malam banget. “
“Kamu dari tadi dihubungi susah banget, nggak aktif terus. Kenapa sih? “
“Oh, tadi aku lagi di jalan, dan tiba-tiba baterainya habis Mbak. Ini baru di cas. “
“Besok kan hari libur. Kamu main ya ke rumah. “
Andre menghela nafas, rencananya besok dia mau tidur seharian.
“Ndre, kamu dengar Mbak kan? “
“Iya, iya Mbak. Emang ada perlu apa, sih. Kelihatannya maksa banget gitu dari nada suaranya. “
“Ini penting untuk masa depan kamu. “
Pasti membicarakan calon istri lagi, keluh Andre dalam hati. “Mbak mau jodohin aku lagi sama 'adik-adik' Mbak itu ya? “
“Ya iyalah. Sekarang Mbak punya calon yang lain dari biasanya. Pasti kamu bakal langsung terima. “
“Emang dia bagus banget ya, Mbak. Sampai Mbak yakin banget aku bakal langsung terima."
“Insya Allah. Makanya kamu kesini dulu. “
“Mbak kirimin aja deh biodatanya ke alamat e-mail aku. “
“Mbak bosan kirim-kirim biodata, ntar ujung-ujungnya kamu bakal bilang ‘nggak’ sebelum kamu lihat orangnya. Sekarang, kamu langsung lihat dulu, urusan biodata belakangan. Itu soal gampang. “
Andre garuk-garuk kepala.
“Ya, Ndre? “
“Kok main langsung-langsung aja sih Mbak? Mbak udah bilang belum sama orangnya? Ntar dia kaget lagi. “
“Itu urusan Mbak? Bukan urusan kamu. Yang penting, kamu datang. Titik. “
“Iya, iya aku datang. Maksa banget sih. “
“Kamu emang harus dipaksa. Kalau nggak, selamanya nggak bakal jadi. Umur kamu itu sudah 30, tahun depan 31. Betah banget sih melajang terus. Nggak susah apa menjaga hati. "
“Aku nggak merasa berpenyakit hati tuh. “
“Ah, sudah lah. Kamu harus datang. Oke? Assalamu ‘alaikum. “
Andre menjawab salam lalu meletakkan ponselnya diatas meja. Mbak Andini adalah kakak Andre yang nomor tiga. Beliau seorang guru SMA dan suaminya, Mas Galang seorang pemilik perusahaan properti. Andini paling dekat dengan Andre, dan beliau juga lah yang paling getol mencarikan adik kesayangannya itu jodoh. Mas Aldi dan Mbak Amara paling hanya mengompori, soalnya yang tahu persis keinginan Andre tentang calon istri idamannya cuma Andini. Kalau dihitung-hitung sudah ada sepuluh calon – sejak Andre punya pekerjaan tetap – yang disodorkan Andini padanya, tapi tak satu pun yang berkenan. Belum lagi yang ditawarkan oleh teman-teman ataupun ustadz yang dekat dengan Andre. Andre memang payah. Hingga akhirnya orang-orang yang berniat mencarikannya calon istri jadi malas dan mundur teratur melihat sikapnya.
Rasa ngantuk yang tadi menyerangnya menguap begitu saja. Sekarang malah jadi tidak bisa tidur. Ia memandangi langit-langit kamarnya. Yah…saat ini di hati kecilnya memang ada sedikit rasa. Rasa yang tiba-tiba hadir padahal tidak diundang. Rasa ingin dicintai dan mencintai, juga rasa bosan hidup sendiri. Andre merasa saat ini dia seperti sebuah kapal yang mencari pelabuhan. Ia ingin berlabuh dari semua penat yang dirasanya. Apakah panggilan jiwa itu sudah datang?
Andre tersenyum sendiri membayangkan ada seseorang yang akan menungguinya setiap hari, menyiapkan segala kebutuhannya. Seseorang yang bisa diajaknya berbagi tentang masalah yang dihadapinya, seseorang yang bisa menenangkan jiwanya setelah seharian berkutat dengan dunia luar. Tentunya Andre akan menempatkan orang itu di tempat yang paling istimewa di hatinya dan memperlakukannya seperti seorang permaisuri. Dulu dia tidak terlalu ambil pusing saat teman-temannya bercerita tentang istri masing-masing – apalagi Mardin yang baru menikah – namun sekarang ada rasa iri, Andre belum punya seseorang yang bisa diceritakannya.
Tiba-tiba terbayang wajah Lani, bagaimana kabar gadis itu sekarang? Sejak pindah, mereka tidak pernah bertemu ataupun sekedar bertukar kabar lewat pesan. Pasti gadis itu sekarang sudah sibuk dengan pekerjaannya, pikir Andre. Ia terkenang masa-masa bekerja bersama. Beberapa kali ia membuat Lani kesal, marah, bahkan menangis. Entah kenapa ada rasa senang kalau melihat gadis itu kesal. Andre tertawa sendiri, mengingat betapa jahilnya ia. Lani kalau marah wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Ia juga akan spontan mengganti sebutan dari Mas menjadi Bapak. Andre terkekeh mengingatnya. Sedetik kemudian ia istighfar,kenapa malah jadi membayangkan Lani ya, keluhnya. Andre mengusap wajahnya kasar.
...@ @ @...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
almira.gumaisha
cieeee...mulai ada rasa yeee
2025-03-04
0
Abu Yub
Lelah
2025-04-06
0