Hati Viena berdegup pelan. Lagi lagi Revo memegang tangannya. Viena merasa hati Revo tulus ingin mengetahui masalahnya. Tapi, Viena masih belum mau berpacaran atau membuka hati untuk pria manapun. Di hatinya masih ada Dion yang sulit dia lupakan.
Viena hendak bercerita tapi tertahan dan sangat sulit diutarakan. Tidak ada gunanya juga mengumbar masalah ke siapapun. Pada akhirnya dia hanyalah sendiri.
"Revo, aku tidak apa apa, kapan kapan aku akan memasakan mie ayam untukmu," jawab Viena lagi lagi menarik tangannya. Revo sedikit kecewa. Revo merasa Viena belum tertarik padanya. Keras juga hati wanita ini, pikir Revo. Revo mengusap ngusap dagunya. Sampai kapan dia bisa menguasai hati Viena, pasalnya dia sudah mulai tertarik pada Viena walaupan ada Isa kekasih sahnya. Karena perbedaan Viena dan Isa sangat berbeda 360 derajat. Viena yang dingin dan sulit untuk diajak berteman. Sedangkan Isa yang ceria dan manja. Revo akan berusaha bersabar untuk terus berdekatan dengan Viena.
.....
Sore itu hujan turun. Viena menjadi enggan untuk pulang. Selain, hujan yang turun semakin deras, hari ini mobilnya masih di bengkel. Viena meniduri kepalanya di atas meja kacanya. Dia terus memikirkan keadaan ibunya. Tante Anne sudah menghubunginya dan mengatakan selang oksigen sudah dilepas tapi kondisi ibunya masih lemah. Dokter mangatakan harus terus diberikan asupan vitamin. Dan, jika sekali lagi dadanya terasa sesak, ibunya harus menggunakan alat bantu pernapasan. Seketika, Viena menitikan air mata mengingat perkataan tante Anne yang terus terngiang. Viena baru bisa terbang besok pagi karna semua penerbangan sore ini di non aktifkan karna cuaca yang tidak memungkinkan. Cuaca sore ini sungguh menggambarkan perasaan Viena.
Viena menegakan kepalanya untuk mencari cari suara kericuhan di luar ruang kantornya.
"Viena, aku ingin bertemu denganmu, apa benar benar tidak bisa?!" Tiba tiba Dion menyeruak masuk ke ruangan Viena. Viena berdiri terkejut. Seketika, jantungnya berdegup sangat kencang karna melihat pujaan hatinya muncul disaat dia sedang bersedih. Tapi, Viena menahannya sampai kesesakan itu muncul.
"Viena, sekertarismu tidak mengijinkan ku masuk," kata Dion lagi membenarkan jasnya.
"Aku yang menyuruhnya untuk tidak menerima tamu," jawab Viena pelan dan kembali duduk.
"Lucy tidak apa, tutup pintunya dan jangan terima tamu lain, bilang Lexa untuk menyiapkan mobil, aku mau pulang, beri kabar padaku jika Lexa sudah siap," lanjut Viena lirih.
"Baik bu," Lucy menundukan badannya dan berlalu.
"Viena, kau menangis? Ada apa?" Tanya Dion duduk di sebrang Viena.
"Mengapa kau menggangguku lagi?" Lanjut Viena ketus. Viena menopang dahinya dengan tanggannya yang bersatu
"Apa Revo menyakitimu?" Lanjut Dion mencari cari wajah Viena yang menunduk lemas.
"Kalau kau mau membahasa Revo, tidak usah dilanjutkan, kami berdua sudah nyaman dan dekat, jangan mengarang ngarang cerita!"
"Tidak ada yang kukarang Viena, aku mendengar sendiri dia punya kekasih bernama Isa!" Dion menjelaskan dengan menggebu gebu.
"Aku tidak peduli dia punya kekasih atau tidak, kami hanya berteman, sudahlah bapak Dion, pergilah dari sini, aku mau pulang," Viena mulai beranjak dari bangkunya dan memberesi perlengkapannya ke tas.
"Bilang Lexa, tidak usah menyiapkan mobil, biar aku antar," Dion menawarkan sambil menghampirinya. Sesaat Viena terkejut karna Dion sudah memegang pergelangan tangannya.
"Kau sedih kenapa, Viena? Sudah kubilang, jauhi Revo, dia tidak baik untukmu," kali ini Dion menegakan Viena dengan memegang dagu Viena. Viena menatap Dion kalut. Viena memperhatikan setiap panca indera Dion yang sangat menawan. Sampai sampai Viena ingin membelainya dan mencium nya satu persatu. Sungguh wajah yang sempurna, pikir Viena.
Viena tersadar dan menggelengkan kepalanya. Dia bukan lagi miliknya. Viena menarik wajahnya dan kembali memberesi tas.
"Aku mau pulang," Viena berjalas kearah pintu yang diikuti oleh Dion.
"Lucy, besok sampai 3 atau 4 hari kedepan, suruh Lexa yang memimpin semua rapat, aku akan berada di Honolulu, ingatkan Lexa untuk memberitahuku jam check in bandara besok," suruh Viena pada Lucy sekertarisnya. Dion yang mendengarnya bertanya tanya mengapa Viena harus ke Honolulu lagi.
-VIENA-
Lexa, aku pulang bareng Dion saja, besok aku harus ke Honolulu
-LEXA-
Ada apa lagi kau dengan Dion? Jangan bermain api madam
Viena tersenyum melihat pesan dari Lexa. Mobil Dion melaju agak pelan karna jalanan licin. Viena terus memandang keluar. Sesekali Dion menatap Viena, sepertinya bukan karna Revo. Ada masalah lain yang dihadapi Viena. Dion lagi lagi tidak punya kuasa untuk merasuki kehidupan dan permasalahan Viena. Dan lagi pula, Viena sama sekali tidak memberitahunya. Saat ini, Viena benar benar tertutup. Dion hanya bisa menenangkannya saja tanpa tahu permasalahan Viena. Dion mencoba menggenggam tangan Viena.
"Viena, semua akan baik baik saja, jangan lepaskan, aku hanya mau meringankan kesedihanmu." Viena menatap Dion dan Dion tersenyum. Viena benar benar terjebak pada perasaannya. Dilemanya tidak bisa ia kalahkan. Di satu disi dia menginginkan Dion untuk memanjakannya, tapi di sisi lain, Dion sudah punya kekasih.
"Kau tahu Viena, menurut para ahli, sentuhan dari orang terdekat itu bisa meringankan tingkat frustasi kita lho," lanjut Dion. Viena berdeham dan kembali melihat keluar.
"Sudah lepaskan tanganmu dan supir mobil ini dengan benar," Viena menarik tangannya. Dion hanya tersenyum, setidaknya dia berhasil membuat wajah Viena memerah.
"Akhir akhir ini kau suka bertemu mamaku ya? Sepanjang hari setiap aku bertemunya, dia selalu membicarakanmu," lanjut Dion memulai obrolan karna Viena terasa sangat dingin dan jauh baginya.
"Oh ya? Hati hati, mamamu akan menyuruhmu menikahiku, maka suruhlah mamamu untuk menemui pacarmu, bukan aku!" Viena menjawabnya dengan sangat ketus. Viena tahu kalau Dion sedang mengajaknya bercakapan tapi Viena sedang tidak ingin. Dia hanya hendak ketenangan. Ocehan Dion malah makin membuatnya makin menginginkan Dion. Dion berpikir sejenak. Dia mengingat ngingat setiap pembicaraan mamanya memang kearah yang dikatakan Viena. Dion jadi mengingat Pevi. Kalau hal ini sampai terjadi, dia pasti menyakiti Pevi. Dion menjadi dilema atas perkataan Viena. Dion merasa harus memperingati ibunya.
......
Dion mengantar Viena sampai masuk ke apartemen Viena. Viena tidak berbicara sedikitpun ketika keluar dari mobil Dion. Viena merasa pening dan merasa butuh seseorang untuk mendengarkan tangisnya. Viena tidak menyangka kalau Dion terus mengikutinya. Ketika pintu apartemen tertutup Viena merebahkan diri di sofa besarnya dan pecahlah tangisnya.
Wanita anggun itu menangis yang membuat Dion sangat terkejut. Dion langsung menghampiri Viena, memeluk dirinya dalam dada bidangnya. Viena terus menangis sambil menutup wajahnya. Tangisnya sangat memilukan membuat Dion bingung untuk melakukan apa.
"Aku tidak mau kehilangan dia, aku tidak mau merasa sendiri lagi, aku takut penyakitku timbul lagi, aku -- aku --" kata Viena sesenggukan masih dalam tangis.
Suara hujan diluar menemani tangis Viena yang belum kunjung berhenti.
"Siapa yang mau pergi Viena? Sebenarnya semua orang itu akan pergi pada yang kuasa, kau tidak boleh seperti ini Viena, banyak orang yang mencintaimu," kata Dion mencoba menenangkan. Dia mengingat ibunya, apa ibunya kurang sehat, karna setau Dion, salah satu orang yang dekat dengan Viena adalah ibunya.
"Tapi kau tidak mencintaiku, kau sudah punya orang lain, kau sudah pergi meninggalkanku, sekarang aku hanya punya keluargaku, jadi aku tidak rela jika salah satu dari mereka pergi, mengapa bukan aku yang diciptakan Tuhan untuk meninggalkan, mengapa selalu aku yang ditinggalkan!" Viena masih menangis dan menatap Dion lekat lekat.
Tanpa sadar, karna kesedihan Viena yang mendalam, Dion mencium bibir Viena. Dion mencium dengan sangat rakus. Viena tidak tinggal diam, Viena mengimbangi ciuman Dion. Viena seperti kehilangan akal, begitu juga dengan Dion.
"Jangan berhenti, Viena, aku akan menenangkanmu," kata Dion lembut dan kembali mencium bibir seksi Viena.
....
Next part 21
Up up up
.....
Like n komen plis 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
Kurnit Rahayu
cih amit2 kw gw ogah blik GE ma mantan yg klakuan nya Kya lelaki murahn
2022-01-23
1
mynda yusnitasrtg
lama2 benci juga nengok sikap viena ga bisa tegas
2021-08-20
0
Ciripah Mei
viena benar2 lemah
2021-05-29
0