POV DION
Viena menyetujui naik ke mobil ku. Aku sempat melihat dia datang turun dari mobil online, jadi kuputuskan pulang bareng dia ketika dia keluar. Sewaktu ia menaiki panggung aku sudah memperhatikannya. Wajahnya merah seperti kepiting, dia seperti tidak suka ketika mengharuskan diri naik ke panggung. Pasti ada hubungannya dengan Marcel, dan si tua Jacob itu demi uang yang tidak terlalu banyak mau saja menuruti Paman Samuel. Aku tidak mau ikut campur dulu selama Viena masih baik baik saja.
"Mengapa kau datang reuni? Bukannya masih lusa kau kembali?" Kata Viena memulai pembicaraan ketika menggunakan seat belt. Aku cukup terkejut, Viena mau ikut bareng bersamaku. Apa dia masih trouma dengan kejadian pelecehan Marcel?
"Sudah selesai, aku berusaha mengikuti reuni untuk bertemu denganmu. Tidak sengaja melihatmu sudah mau pulang." Sambungku berbohong. Sebenarnya pekerjaan ku di Honolulu hanya memotong pita pengesahan motel dan hostel lalu bisa pulang. Selanjutnya kuserahkan pada Leon asistenku. Hanya pada acara ini aku bisa menemui Viena dengan tidak sengaja, hohoho. Mengingat, dari kemarin dia menolak bertemu denganku.
"Oh, kau tidak menemui pacarmu?" Lanjut Viena bertanya.
"Dia ada meeting, jadi tidak bisa menemaniku," jawabku sedikit melemah. Viena ini kenapa sih, selalu membahas Pevi. Aku agak bingung dengan Pevi ini. Sudah sebulanan ini dia sibuk sekali. Percuma membahasnya, dia hanya bisa diam jika aku bertanya.
"Ohh, tolong antarkan aku ke kantor ya, untung kau bilang meeting, aku jadi ingat ada meeting dengan orang kantor," sambung Viena.
"Segera tuan putri," aku menyeringai. Begini saja aku sudah senang. Hari ini Viena begitu cantik. Dengan bajunya yang pas dengan lekuk tubuhnya. Rambutnya menjutai digerai dan harum tubuhnya. Masih seperti dulu, wangi tapi tidak menyengat.
"Mengapa kau sudah pulang? Karna meeting dikantor?" Aku kembali bertanya memulai percakapan.
"Sedang tidak mood, kau kenapa sudah pulang?" Katanya cemberut. Viena lucu sekali. Aku ingin sekali mencubit pipinya.
"Sudah makan siang, lagian tidak ada yang enak dilihat, yang enak dilihat sekarang ada disampingku," godaku membuat dia melihatku tersipu.
"Apa apaan kau ini, mengemudi dengan benar jangan banyak bicara," cetus Viena angkuh, tapi masih tersisa wajahnya yang memerah.
POV VIENA
Apa apaan Dion ini. Dia tidak tahu apa, hari ini dia begitu menawan. Dengan setelan kemeja lengan panjang tapi di gulung bagian tangannya. Memperlihatkan lekuk otot tangannya. Aku sangat menyukai tangannya yang gagah itu. Dia terus menggodaku sampai aku tidak tahu, apa lagi yang harus ku katakan. Aku merasa dia sengaja datang ke reuni ini untuk menemui ku. Aku sempat melihat dia masuk, ketika sebelumnya aku sudah bersama Greta. Dia memasuki ruang aula dengan gagah, dengan senyumnya menyapa penerima tamu. Saat itu jantungku berdetak. Mengapa dia disini? Bukankah dia di Honolulu? Seketika aku merasa dia datang untuk menemuiku. Apa perasaan ku masih berlabuh dihatinya? Seperti sekarang, Dion terus menggodaku. Apa perasaannya masih ada untukku? Tapi dia sudah berdua. Pernyataan itu yang membuatku tetap sedingin ini pada Dion.
"Viena, aku suka melihatmu dengan dress ini, kau tau, kau terlihat seksi," Dion menyeringai sambil berbisik. Dia hendak membuatku mengingat apa yang sudah kita lakukan. Hal ini juga yang membuatku sulit melupakannya. Semua janjinya tidak ditepati. Dia meninggalkanku begitu saja tanpa memikirkan perasaanku, tanpa memikirkan kejiwaanku. Sudahlah, diingat kembali semakin sakit walaupun indah.
"Kau jangan terus menggodaku nanti kau bisa menyukaiku lagi," aku mencoba netral dan sedikit menggoda.
"Aku selalu menyukaimu Viena," senyum Dion merekah.
"Jangan mempermainkan perempuan, cukup aku saja, kasihan pacarmu," aku masih menanggapinya.
"Sebenarnya aku sudah mencarimu, Viena," Dion seperti hendak menjelaskan, tapi perasaanku sudah terlalu sakit dan tidak mau lagi bermain hati dengannya.
"Sudahlah Dion, tidak usah dibahas, aku juga tidak perlu penjelasanmu." Ketusku sambil melihat luar jalan. Dion menghentikan penjelasannya dan menyalakan musik. Sepertinya dia tau apa yang ku maksud.
"Baiklah Viena, aku hanya mau berhubungan baik denganmu, tidak seperti musuh, aku tidak akan merusak suasana karna aku benar benar ingin bertemu denganmu." Lanjut Dion mengerti. Aku melirik sedikit wajahnya, ada rasa kekecewaan namun sedikit senang bertemu denganku.
"Aku turun di pintu utama saja, langsung sampai lift kantorku," jelasku ketika mobil Dion hendak memasuki pintu masuk gerbang gedung perusahaan. Dion menyetujui dengan deheman pelan dan tersenyum padaku. Senyuman Dion sungguh menghangatkanku.
"Viena, bisa kita bertemu lagi?" Tanya Dion ketika mobilnya sudah berhenti dan aku hendak melepaskan seat belt.
"Entahlah, karna kau sudah mengantarku, akan ku cari waktu traktir makan siangmu," aku membuka pintu mobil dan mengucapkan terimakasih. Aku berlalu menuju lift kantor untuk memulai meetingku. Sebenarnya aku berharap tidak akan bertemu Dion lagi, karna semakin sering aku bertemu, semakin banyak perasaan, kasih, dan sayang untuk nya.
POV AUTHOR
Dion melajukan mobilnya ke basemen gedung perusahaan Viena. Dia hendak menunggu Viena meeting dan mungkin bisa makan malam bersamanya. Hari ini merupakan moment langka untuk bisa berlama lama dengan Viena. Karena, pikirnya hari ini hari sabtu, harusnya dia bermalam minggu dengan Pevi tapi Pevi sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan Viena, hari ini dia tidak mengendarai mobil, pasti dia sangat membutuhkan tumpangan, walau mengingat masih ada asisten Viena. Tapi jika Viena tahu, Dion menunggunya, pasti Viena tidak akan tega dengannya. Dion merasa, Viena masih sangat menyayanginya. Dion mengusap usap wajahnya, dia menyesal karna tidak dengan setia menunggu dan yakin akan bertemu dengan Viena lagi. Dia juga menyesal menuruti semua perkataan ayahnya yang berujung pada penipuan. Dia menyetujui perjodohannya dengan anak dari kolega ayahnya, supaya perusahaan hotelnya mendapatkan asupan dana dan promosi yang baik. Tapi, nyatannya, ketika mereka mengadakan pertunangan, ditemukan anak koleganya itu hamil dengan pacarnya. Dion merasa dipermalukan dan semua keluarga ayah dan ibu Dion mengucilkannya. Dion merasa direndahkan, akhirnya dia yang memegang kendali atas hotel yang sedang dikembangkan ayahnya. Dia bekerja keras, minta bantuan pada temannya, belajar saham untuk membuat maju usaha hotel ayahnya. Dan terbukti, hanya 2 tahun, Dion membuat hotel ayahnya itu maju, bahkan sudah berdiri sekitar 5 hotel di kota Legacy dengan nama keluarganya. Hotel Prime.
Setelah keberhasilan Dion, barulah dia mencari Viena, tapi Viena sudah pindah. Selama 1 tahun, Dion terus mencari Viena, tapi nihil. Pada akhirnya, dia berkenalan dengan Pevi yang meminta kerjasama dengannya. Pevi seorang wanita yang sangat mirip dengan Viena dengan kelembutan dan keceriaan yang membuat Dion tidak jenuh. Dion memutuskan untuk melupakan Viena dan berdua dengan Pevi.
..............
Next part 8
Harap bersabar ya sebenernya udah buat update an terus tapi kepotong signal jadi susah update. Terimakasih like dan komennya, thor smangat kasih kisah yang baik dan mengejutkan 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
Arin
semoga aja Vienna ngga blikan lagi sama dion
2022-05-19
1
Kurnit Rahayu
males ah jdiy...ceweky g tugas....mntan th buang k tmpat smpah ccoky.bukn d pngut ge
2022-01-23
0
Heny Ekawati
lelaki kayak dion gk pantas dicintai
2021-04-19
1