POV DION
Aku sudah tiba di bandara bersama Leon dan Ben. Leon sedang berusaha menghubungi Lexa, asisten Viena, karna waktu check in sudah dimulai. Tak lama kemudian, Lexa datang bersama dua pria dan dua wanita. Aku tidak melihat keberadaan Viena. Aku mencari cari keberadaannya tapi nihil.
"Selamat sore Pak Dion. Maaf atas keterlambatan kami. Mari kita check in," Lexa menjabat tanganku, Leon dan Ben.
"Tunggu! Dimana atasanmu? Bukankah sudah jelas kemarin, kalau Ibu Viena tidak ikut, kami akan mengakhiri kerjasama," sanggah Ben selaku manager marketing. Aku sudah menyuruhnya untuk mengatur semuanya.
"Kalian tenang saja, Ibu Viena sudah di dalam, dia tidak pernah mengingkari janji dan dia tidak pernah telat." Lexa tersenyum ramah. Aku tidak menunggu basa basi lagi, aku lebih dulu jalan menuju mesin check in bandara.
Aku menyusuri jalan menuju kursi tunggu pesawat landing. Aku melihat Viena sedang duduk mendengarkan musik dengan mata terpejam. Aku langsung menghampirinya dan menatapnya. Dia mengenakan setelan kemeja dan rok yang pas pada lekuk tubuhnya. Aku memang sudah tidak waras. Dua hari ini, setelah Viena menyetujui ikut shooting bersamaku, aku terus mengingat kejadian pertama kali dia memberikan hal terindahnya padaku. Dia begitu tulus dan mencintaiku. Memang dosa besar aku meninggalkannya. Dan aku mengingat liburan kami ke Honolulu sewaktu kami masih bersama.
"Sudah lama menungguku, yank?" Bisikku langsung membuatnya tersentak.
"Aku tidak menunggumu, aku menunggu team ku dan orangmu yang ikut shooting ini," ketusnya duduk tegap.
"Viena, mengapa sekarang kau setiap hari terlihat cantik?" Pujiku ikut duduk disampingnya.
"Kau! Kalau kau terus menggodaku, aku tidak perduli lagi kau mau membuat iklan bersamaku atau tidak!" Balasnya tegas. Dia merapikan kemejanya dan memperlihatkan dadanya yang membusung ke depan. Aku menelan ludahku. Sebenarnya siapa yang menggodanya? Dia atau aku? Aku tersenyum menyeringai. Aku mengusap ngusap daguku dan tidak melepas pandanganku padanya. Sampai para teamku dan teamnya berada di depan kami. Aku mengalihkan pandanganku ke ponsel Viena yang berbunyi. Viena mengangkatnya tanpa meninggalkan tempat.
"Halo, mam? Apa kabarmu? -- iya, aku akan terbang sekitar satu jam lagi -- pasti, aku pasti akan menemuimu -- APA?!"
Seketika Viena berdiri panik. Wajahnya sangat khawatir.
"Mengapa bisa seperti ini, dad? Baik, sesampai bandara sana aku akan menjenguknya. Suruh dia makan dan beristirahat sampai aku tiba." Viena mematikan ponselnya. Viena kembali duduk dan mengambil tysu di tasnya.
"Ada apa? Semua baik baik saja?" Tanyaku lirih. Kalau saja di ruangan ini hanya ada aku dengannya, aku akan langsung memeluknya. Viena menggeleng dan menegakkan wajahnya lalu tersenyum. Aku sangat yakin ada yang tidak beres.
Kami sudah memasuki pesawat. Pesawat yang kupesan, pesawat eksklusif yang hanya berisi 15 bangku penumpang. Satu baris berisi 2 bangku. Viena lebih dulu duduk di pojok bangku. Ketika Lexa hendak duduk disampingnya, aku berdehem memberi kode. Sepertinya, Lexa mengerti apa yang kuinginkan dan sepertinya Lexa tau masa lalu kami. Viena memang bukan orang bisa menyimpan kesakitannya sendiri. Dia akan berbagi untuk meredakan kesedihannya. Lexa menyingkirkan tubuhnya menuju kursi depan dan tiba tiba Leon menerobosku lalu mendorong Lexa untuk duduk bersamanya.
"Apa apaan kau ini, Leon? Aku wanita bukan gorila, kasar sekali!" Kata Lexa kesal.
"Maafkan aku my lady, duduk bersamaku ya?" Ampun Leon sambil memegang pundak Lexa. Sejak kapan Leon bisa selembut itu dengan perempuan. Sejak cintanya kandas karna perselingkuhan sekitar dua tahun yang lalu.
"My Lady kepalamu?!" Lexa berdecak kesal dan membuat Ben dan team Viena lainnya tertawa. Viena hanya tersenyum kecil. Viena terlihat sedang bersedih.
"Semua akan baik baik saja, bersandarlah di pundakku dan tidurlah, sekitar tiga jam kau akan tenang, jangan bersedih." Kataku menenangkan dan menarik wajahnya untuk bersandar di pundakku.
"Terimakasih Bapak Dion yang terhormat, aku tidak butuh pundakmu." Dia mengusap ngusap pundakku dan memalingkan wajahnya melihat ke arah luar. Aku tidak perduli dia akan menghempasnya atau tidak, kurangkulkan tanganku ke pundaknya.
"Jangan sungkan seperti itu, Viena. Aku yakin kau membutuhkan dadaku kan?" Lanjutku merangkulnya erat dan menyandarkan wajahnya ke dadaku.
"Dion, kumohon, jangan seperti ini, semua orang yang ada disini tahu kau sudah berdua, jangan sampai isu tersebar di kuping pacarmu," dan benar, Viena menolakku lagi. Dia lalu memasangkan earphone di kupingnya dan mendengarkan lagu. Aku menyerah untuk menenangkannya. Aku memang bukan siapa siapanya lagi. Tapi, aku meraih tangannya dan menggenggamnya. Dia melirik kearahku kesal tapi aku tersenyum dan memejamkan mata. Akhirnya, dia juga menyerah menuruti apa yang kuinginkan.
Tiga jam berlalu kami terbang. Viena sudah tidur bersandar di pundakku. Begitu juga denganku yang bersandar pada kepalanya dan menggenggam tangannya. Ketika pesawat landing, Viena tersentak dan membuka matanya.
"Dior.." panggilnya lirih.
"Kau sudah bangun?" Balasku sambil mengelus wajahnya.
"Sudah kubilang Dion, jangan seperti ini padaku, lepaskan tanganmu!" Viena menarik dirinya menjauh dariku. Dia mengipas ngipas tangannya.
"Hampir copot tanganku kau genggam, untung hanya tiga jam, bagaimana kalau lebih?" Lanjutnya lagi cemberut. Aku hanya tersenyum membuatnya salah tingkah.
Setelah pesawat mengijinkan kami semua untuk turun, Viena lebih dulu jalan keluar tergesa gesa.
"Viena, apa kau tidak bisa menungguku?" Aku hendak mengikutinya. Dia terhenti. Dia mencari sesosok perempuan yang menjadi kepercayaannya.
"Lexa, beritahuku nomor hotelku, aku mau pergi sebentar," Viena tidak menanggapiku dan dia berlalu sangat cepat. Ketika aku hendak mengejarnya, kupastikan itu Lexa menahanku.
"Saya mohon maaf, Pak, jangan ikuti Ibu Viena. Dia hanya mau sendiri. Tolong, mengertilah," kata Lexa hormat. Aku menatap kepergian Viena dengan sedih. Kalau dulu, dia selalu menghadirkanku dalam setiap masalah kecil sekalipun. Sekarang, dia sendiri tanpa perlindungan, hanya keyakinannya yang melindunginya. Maafkan aku, Viena.
.........
Next part 13 rahasia Viena terbuka sedikit demi sedikit
Plis like komen 😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
Kurnit Rahayu
c Dion Kya lelaki murahan
2022-01-23
1
Bunga Tarigan
laki laki tak brani tanggung jawab ngapain msih dtangwpin
2021-06-27
0
Ciripah Mei
Thor aq kasian sm vieona jngn sm Dion yg SDH mernggut kesucian y to g mau tnggng jawab untng vieona g hamil
2021-05-29
0