POV VIENA
Aku keluar lift dengan mencari cari keberadaan Revo. Dia berada di sofa lobby pojok sedang menunduk. Dia sangat lucu dengan gelagaknya yang begitu dan perawakannya yang gagah.
"Kau kenapa Revo?" Tanyaku akhirnya menegakan kepalanya.
"Kau ini lama sekali Viena, kau tahu banyak wanita yang ingin berkenalan denganku," dia percaya diri sekali.
"Sudahlah jangan banyak membual, jadi makan tidak?" Kataku langsung berlalu. Revo mengikutiku.
"Benar Viena, maka dari itu, sebaiknya kau jadikan aku kekasihmu secepatnya sebelum diambil wanita lain," candanya lagi berbisik. Aku tidak habis pikir dengan pikiran si Revo ini. Hanya ada kata kata gombal dan gurauan garing.
"Aku tidak perduli!" Tanggapku ketus dan terus jalan sampai keluar. Mobil Revo sudah terparkir di depan pintu masuk gedung kantorku. Revo membukakan pintu mobil. Kami melaju menuju cafe dekat gedung kantorku itu. Aku tidak bicara apa apa. Aku memikirkan keadaan mom. Apa sekarang dia sudah sadar. Besok aku harus mengunjunginya lagi. Aku terus tertunduk sampai tangan kekar Revo memegang tanganku.
"Ada apa Viena?" Tanyanya tersenyum. Aku tersadar dan langsung menghempas tangannya.
"Tidak apa apa. Ayo aku lapar," aku tidak mau terjalin perasaan apa apa dengan Revo. Di hatiku masih ada Dion.
Apa yang ku pikirkan, mengapa aku memikirkan pria yang sudah tidak menggangguku belakangan ini lagi? Sampai sampai aku melihatnya di depan mataku. Tidak. Aku tidak membayangkannya. Dia benar benar ada di depan mataku dengan menyeruput kopi bersama? Pevi. Pasti itu Pevi. Pevi sedang makan dan Dion memandangnya. Pemandangan macam apa ini, apa yang harus kulakukan? Cara satu satunya hanya pura pura tidak melihat. Aku juga tidak mau membahas Dion bersama Revo dan tidak menunggu Revo bertanya.
"Kita duduk di pojokan jendela itu saja ya, aku mau sambil melihat keluar," tawarku memutar bola mataku. Revo mengangguk tersenyum.
POV DION
Aku memandangi Pevi makan siang. Dia lebih nafsu makan ketimbang hari hari debelumnya. Aku senang karna dia akan lebih berisi seperti Viena. Viena? Hah, lagi lagi aku memikirkan Viena selagi bersama Pevi. Ini karna mamaku selalu menanyai Viena, bagaimana aku tidak mengingatnya terus?
Dan wanita itu melewatiku. Aku terkesiap memperhatikan wanita itu. Aku seperti mengenalnya. Perawakannya sangat ku tahu yang begitu seksi dan menawan dengan setelan kemeja dan rok sesuai bentuk bokongnya. Dia berjalan di depan seorang pria yang sangat kubenci dan ku curigai. Benar itu Viena. Dia semakin dekat dengan Revo.
"Sayang, kamu lihat apa?" Tanya Pevi membuatku terbatuk. Aku menggeleng sambil menyeruput kopiku lagi. Pevi kembali makan dan aku memperhatikan Revo dan Viena lagi. Revo seperti terus berbicara dengan Viena tapi wajah Viena agak murung. Apa Revo membuatnya kesal? Sesaat hatiku memanas melihat pemandangan yang tidak kusukai. Kalau itu bukan Revo mungkin aku tidak apa apa. Apa Viena tidak menangkap hawa hawa kelicikan Revo kah? Ahh, aku tidak mau memikirkan, biar bagaimanapun aku tidak boleh mengganggu Viena. Kalau Revo bisa membuat Viena bahagia, aku juga harus merelakannya.
Aku merasa harus membasahkan kepalaku dulu sejenak agar bisa berpikir jernih ketika bersama Pevi. Aku mau memikirkan Pevi saja.
"Sayang, aku ke toilet sebentar ya?" Ijinku yang dibalas anggukan oleh Pevi.
Kulajukan kakiku ke toilet. Sesaat aku melihat Revo meninggalkan Viena menuju toilet juga hendak mengangkat panggilan ponselnya.
"Ada apa?! -- aku sedang sibuk -- nanti aku hubungi lagi ya? -- tenanglah Isa, dia bukan siapa siapa ku -- iya aku hanya mengikuti arahan Marcel -- kau jangan dengarkan Marcel, hanya kau yang ku cinta -- sudah dulu ya nanti dia curiga -- love you, muah"
Jantungku tersentak ketika mendengar semua kalimat itu. Tidak sempat kurekam karna penasaran. Sudah kuduga dibalik kedekatan Revo ada Marcel. Kedua pria itu tidak akan bisa berubah
Ku umpatkan diriku di balik tembok dekat toilet dan Revo berlalu. Aku memasuki toilet dan membasahi wajahku. Bagaimana ini? Viena dalam bahaya. Pasti Marcel mau berbuat sesuatu dengan meminta bantuan Revo.
"Leon, selidiki wanita bernama Isa di agency Marcel dan pantau pria bernama Revo!" Pintaku pada Leon. Aku harus berbuat sesuatu.
.....
POV AUTHOR
Revo kembali dari toilet dengan tersenyum. Viena masih tampak murung dan hanya membolak balikan buku menu. Revo bingung apa yang harus dilakukan, pasalnya Viena terus saja membungkam. Revo agak bernapas lega karna Viena tidak curiga sedikitpun.
"Viena, kau kenapa? Apa yang mau kau pesan?" Tanya Revo hendak memegang dahi Viena tapi Viena tertegak lebih dulu.
"Aku pesan mie ayam saja," jawab Viena menyodorkan buku menu.
"Baik, aku juga, kau menyukai mie ayam?" Tanya Revo lagi kemudian karna kebetulan Revo juga menyukai makanan pasta itu. Viena hanya menggangguk singkat.
"Viena, kau ini kenapa, daritadi kau hanya mengangguk, tersenyum kecut, gelang, kau kenapa?" Revo bingung sampai memberanikan diri mengelus puncak tangan Viena agar Viena lebih rileks. Viena terkejut dan menarik tangannya. Viena cukup berdegup. Elusan tangan Revo begitu menghangatkan.
"Aku tidak apa apa, jadi kau juga menyukai mie ayam?" Viena mengalihkan.
Begitulah Viena, sejak keluar dari pusat rehabilitas kejiwaan, dia agak tertutup, apalagi dengan teman pria. Dua pria yang sangat dia percaya hanya ayah dan kakaknya.
"Iya aku sangat menyukainya, kau bisa memasaknya?" Revo memulai berdekatan lagi. Viena berdehem kecil sambil memainkan kedua alisnya.
"Viena, sebenarnya, ada apa denganmu?" Kini Revo melembut dan kembali memegang tangan Viena. Di sebrang sana ada pasang mata lagi yang geram melihat pemandangan itu. Ingin sekali mantan terindah Viena itu membuka kedok Revo.
...
Next part 20
Permainan dimulai 😊
.
Plis like dan komen thankyou 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
Arin
ya blikan ngga mslh klo Dion ngga pnya cwe lain...ini smlhny Dion aja pnya cwe lain dan dia juga bisa mesra"an gtu jdi rsny ngga rela bngt klo Vienna msih mau tergoda
2022-05-19
1
Een Bunda Al-fatih
sepertinya si pefy kearah hamidun sama orang lain yah🤔
2022-05-11
0
Sudut_Baca
pevi hamil ya
2021-05-16
0