POV AUTHOR
"Viena, i found you!" Gumam Dion dengan seringaian senyumnya ketika sekertarisnya memberikan berkas perusahaan iklan yang sedang naik daun saat ini.
Dia sangat yakin ini Viena, mantan kekasihnya yang selalu menurutinya dan tidak pernah manja, karna Dion tidak suka perempuan manja. Dia bergidik ngeri ketika mengingat air mata wanita itu turun diimbangin sesenggukannya ketika Dion berkata selesai. Dia tidak pernah melihat Viena sesedih itu, tapi ia harus melakukannya. Dion memantapkan diri memilih perkataan ayahnya. Namun kenyataannya dia hancur tanpa Viena. Dia merasa kesepian dan mencari sosok seperti Viena.
Dan ketika ia kembali mencari Viena, bahkan sehelai rambut Viena saja tidak terlihat lagi di kota Legacy. Dan sekarang, Viena kembali lagi. Apa ini takdir? Pikir Dion dalam hati dan mengambil kunci mobilnya menuju kafe Gili bertemu dengan Viena.
POV DION
Viena. Apa kabarmu sekarang? Apa masih seperti dahulu? Dengan rambut hitam menjuntai sepunggung. Dengan tatapan kecil dan senyum tipis dan tawanya tergelak ketika aku memberikan gurauan garing. Dengan tangan putih pucat dan jari memerah. Dengan poninya menutupi dahinya yang sedikit lebar. Aku merindukanmu Viena. Apa kau juga sama?
Sudah seluruh sudut kota ini aku mencari keberadaanmu tapi nihil. Sampai ada seseorang yang ku anggap itu dirimu tapi bukan. Aku terus memikirkan perawakanmu yang sekarang sambil melajukan mobilku. Aku memijit mijit daguku. Berpikir, apa dia membenciku? Dia sudah berhasil sekarang. Ingat dulu ia mengatakan akan menjadi CEO sebuah perusahaan iklan seperti jurusan kuliah yang dia ambil. Dan, ternyata ia menjadi CEO sekaligus pemilik perusahaan itu.
Sebenarnya dia pergi kemana? Mengapa dia pergi? Apa karna hubungan kita berakhir? Fotonya tidak terpampang di profil perusahaan. Kata Leon, Viena adalah CEO paling misterius yang sebenarnya sangat sulit untuk ditemui untuk meeting meeting biasa. Dia lebih sering menyuruh asisten kepercayaannya, Lexa yang menghadirinya. Viena juga tidak mau terekspos maupun terlihat di media bisnis manapun. Dia hanya memperlihatkan punggung atau bibirnya saja. Sangat terbalik dengan kepribadiannya yang ku tau dulu.
Apa yang sebenarnya terjadi? Apa pertemuan awal ini dia datang? Atau, mengutus asistennya? Tapi, sejauh apapun dia menghindar, aku akan menemuinya.
Aku memasuki ruangan depan Cafe, ada resepsionis yang menyapaku mengatakan Nyonya Viena ada di meja belakang nomor 13. Aku melangkahkan kakiku, dan aku yakin ini Viena.
Dia juga pasti ingin menemuiku. Dan kulihat punggung itu lagi. Punggung yang kecil tapi berisi dengan rambutnya yang dikuncir bulat ke atas. Kulitnya masih seputih dulu, aku sering mencium leher belakangnya, dan dia juga menyukainya. Aku berdiri terlebih dahulu di beberapa seberang meja memandangnya sebentar sebelum ia menyadarinya.
Sepertinya, bentuk tubuhnya makin berisi tapi berbentuk. Kupastikan jika ia berdiri akan seperti gitar spanyol, biasanya orang menyebut wanita langsing seperti itu. Dia semakin dewasa dengan ukuran dada yang juga semakin berisi. Perawakan wajahnya dari samping sangat cantik dengan dandanan yang tipis tapi merona. Oh tidak, aku semakin terbuai, aku tidak boleh seperti ini. Aku harus memposisikan diriku netral. Bukan Viena tujuanku sekarang, tapi Pevi.
Kulangkahkan kakiku mendekatinya, menepuk punggung cantik itu. Dia sedikit tersentak. Mata itu, mata dimana dia masih mengagumiku. Bibir itu, bibir yang selalu kurasakan, apa masih terasa manis? Tapi di sekitar dahi dan tulang pipinya yang sempurna, ia seperti memendam kekecewaan. Aku merasa karnaku.
"Halo, Dion, lama tidak bersua." balasnya dan mengulurkan tangannya untuk menjabatku, apa apaan ini? Benar benar seperti bertemu dengan klient.
Aku tidak hanya menjabat tangannya tapi aku juga menarik tangannya lalu memberikan ciuman pipi ke pipinya yang ku pastikan dia langsung memerah. Dia langsung mempersilahkan kan ku duduk.
"Sudah lama sekali, Viena, aku merindukanmu, kemana saja kau?" Aku mencairkan suasana, wajahnya masih memerah. Dia menyeruput kembali kopinya.
"Aku ada, baik baik saja, bagaimana mamamu? Dia sehat?" Sautnya pelan sambil terseyum. Senyumnya masih seperti dulu, sangat hangat.
"Kau tidak menanyaiku? Mamaku baik baik saja."
Balasku tidak terima sambil mengambil kue yang sudah ia pesan.
"Aku tau, kau pasti baik baik saja, ya kan?" Senyumnya lagi. Kali ini senyumnya benar benar manis.
"Ya begitulah, tapi aku merindukanmu, Viena." kutundukan badanku dan berkata berbisik. Dia tercengang salah tingkah dan melihat berkas di ipadnya.
...........
Next part 3
Siapa Pevi? Pacar Dion sekarang?
Jangan lupa like dan komen, saran kalian sungguh membantu 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
Lala Al Fadholi
baru baca udah lihat kata pevi kok sy langsung ilfiil...
2022-12-09
1
zura sweet
ehh... mantan jngan sok akrap yee
2021-05-02
0
Cireng Pedas
jangan genit woii,, mantan
2021-04-28
0