POV DION
Mengapa Viena bisa dekat dengan Revo? Pikiranku berkecamuk. Aku tidak boleh juga melarang mereka. Tapi aku tidak mau terjadi apa apa pada Viena. Aku hendak menghampirinya tapi aku teringat akan janjiku. Sudah hampir satu minggu aku tidak melihat Viena. Aku hanya menyaksikannya di sosial medianya. Aku sangat merindukannya. Lagi lagi Pevi masih sibuk dengan urusannya. Akhirnya aku hendak pergi dari canda tawa mereka, kalau bukan Revo tidak mengusap ngusap puncak kepala Viena.
"Sedang apa kau disini, Bapak Revolando Andez?" Sapaku dengan tangan disaku. Viena terkesiap melihatku. Aku merasa, dia juga merindukanku.
"Halo, Bapak Dion Eltima Prime, sudah lama tidak bertemu," Revo hendak menjabat tangan tapi tidak kuperdulikan. Dia menarik kembali tangannya.
"Tidak usah basa basi, sedang apa kau bersama Viena?" Tanyaku ketus.
"Sedang apa? Sedang berbicaralah, kau ini siapa?" Revo menyeringai. Cih, aku muak melihat senyum liciknya itu. Aku tak banyak bicara. Aku menarik tangan Viena.
"Ikut aku sebentar," aku meninggalkan Revo yang masih tersenyum licik.
"Kau ini apa? Sakit tanganku!" Viena menghempaskan tanganku.
"Sedang apa kau bersama Revo?" Tanyaku menyandarkan tubuhnya di tembok. Kami berasa di sisi pojok lobby yang tidak dilewati banyak orang.
"Kau ini kasar sekali, aku hanya rekan kerja, memangnya kenapa?!" Jawabnya sambil memegang tangannya yang masih sakit. Aku terlalu rindu dan sudah lama aku tidak merasakannya. Kupegang tangannya yang sakit dengan lembut lalu mencium bibir berlipstik pink pucat itu. Dia terperenjat tapi tidak menolak. Raganya diam saja. Aku menikmati lagi bibir manis itu semanis permen kapas kesukaan wanita ini. Aku seperti kembali ke masa itu. Dimana Viena memberikan seluruh kehidupannya padaku. Namun, aku menghancurkannya. Dan kini, kami sangat jauh. Ciuman ini entah akan membuatnya makin menjauh atau mendekatkan kami. Aku tidak berpikir terlalu banyak. Aku masih punya Pevi dan aku hanya ingin meluapkan rinduku pada wanita anggun ini. Aku terlalu egois, aku tahu.
POV VIENA
Bibir merah itu melekat lagi di bibirku. Rasanya masih sama. Aku berpikir nakal, apa dia tidak pernah berciuman dengan Pevi? Ciuman Dion sungguh lembut, dan seketika sakit tanganku hilang ketika dia memegangnya. Ada apa denganmu Dion? Mengapa kau tidak meninggalkan Pevi untukku? Aih, mengapa aku begitu jahat?
Ragaku diam ketika Dion menikmati kembali bibirku, seketika aku tersadar dan mendorong tubuh gagah itu.
"Viena, aku harap kau tidak terlalu dekat dengan Revo, carilah pria yang terbaik bagimu," pesan Dion dan berlalu. Aku tidak mengerti apa yang dia katakan. Aku tidak menangkah pengaruh jahat dari diri Revo. Dia hanya pria tampan yang sama dengan Dion walau bagiku hanya Dion pria terindah yang pernah kutemui walau dia sudah membuatku menderita.
Dion pergi mencampakanku lagi. Pada akhirnya dia tidak akan memilihku untuk hidupnya dan akan terus mencampakanku. Kupegang bibirku. Masih terasa kelembutan dari bibir Dion. Aku mengusap wajahku singkat dan kembali ke restoran. Sampai kapan perasaanku masih besar padamu, Dion?
....
POV AUTHOR
Viena sudah bersiap dengan gaun formal nya berwarna maroon sampai setengah betis. Gaun dengan garis line membentuk tubuhnya. Tampaklah bokong dan pinggul sintal Viena. Gaun berbahan satin itu sangat cocok untuk Viena dengan rambutnya yang dicepol ke atas dengan poni nya yang jarang jarang menyembul. Viena memadu padankan riasan wajahnya dengan smokey eyes dan lipstick merah menyala.
Revo sudah berada di bawah apartemen. Viena tidak mengijinkan Revo naik ke apartemennya. Viena berusaha untuk tidak membawa laki laki lain ke apartemennya selain Dion. Viena belum siap berkomitmen, dan Viena sudah berjanji pada dirinya sendiri. Viena akan berpacaran lagi jika dia sudah benar benar menemukan pria yang sangat mencintai dia. Dia tidak mau memulai lagi terlalu lama dan pada akhirnya menyakitkan.
Revo menunggunya di lobby apartemen dan dia terkesiap melihat betapa cantiknya Viena. Wajahnya yang dingin sungguh padan dengan lipstick merahnya. Revo meneguk ludahnya dan menyeringai melihat betapa cantik dan seksinya Viena.
"Revo, kau baik baik saja?" Sapa Viena bertanya melihat Revo yang tertegun.
"Viena, kau sungguh cantik, andai saja aku pecarmu, aku tidak jadi mengajakmu ke konser itu," Revo berbicara seperti terhipnotis.
"Revo! Kau ini kenapa?!" Viena menghentak hentakan tubuh Revo. Revo tersadar dan tertawa kecil. Di mengusap ngusap dahinya
"Maafkan aku Viena, aku terhipnotis, ayo kita pergi?" Ajak Revo akhirnya. Viena menghela napas dan mengikuti Revo.
Sesampainya di gedung konser, Revo membukakan pintu mobil dan memperilahkankan Viena turun dengan dibantu tangannya. Viena tersenyum hangat pada Revo yang sangat menawan hari ini. Dia menggunakan tuxedo simple dengan jasnya yang tidak dikancing. Viena merasa melihat Dion kedua. Revo lebih sering senyum dan tertawa membuat hati Viena mencair. Terkadang, Revo juga suka menceritakan hal yang garing. Viena sangat menghargai pendekatan Revo. Tapi, entah mengapa Viena hanya merasa rekan kerja dan teman seperti pria pria yang sempat mendekatinya di Honolulu.
Viena menggandeng lengan Revo sebagai pasangan Revo di konser itu. Semua yang melihat Viena dan Revo tersenyum.
"Itu pacar baru Tuan Andez?"
"Mereka serasi sekali,"
"Bukankah itu CEO Jovancy?"
Bisikan itu menyambut Revo dan Viena masuk ke gedung konser. Sesaat Viena terhenti menahan pergelangan lengan Revo. Viena melihat pundak pria yang dangat dia percaya kalau itu Dion dan disampingnya ada sesosok wanita yang sama anggunnya dengannya. Dia sangat yakin pasti itu Pevi. Revo melihat Viena mengerti kalau Viena terperenjat melihat Dion. Ini saatnya Revo beraksi.
"Selamat Malam Tuan Prime, siapa gerangan wanita cantik di sampingmu?" Revo menyapa Dion. Dion menoleh dan terpaku pada sosok Viena yang menunduk. Dia terkejut ternyata Revo berpasangan dengan Viena. Hatinya salah tingkah pada akhirnya Viena akan bertemu dengan Pevi. Viena tampak anggun dan eksotis. Dion berdehem singkat.
"Perkenalkan, ini Pevi, kekasihku," Dion memperkenalkan Pevi tegas. Pevi berjabatan tangan Revo dan tersenyum. Seketika hati Viena berdegup menderita mendengar Dion memperkenalkan perempuan lain sebagai kekasihnya, bukan dirinya. Viena merasa Dion dangat serasi dengan Pevi. Viena bertaruh, Pevi pasti dari orang berada sehingga mereka begitu serasi.
"Mari ku kenal kan juga wanita cantik yang tak kalah dari wanitamu, Viena," Viena hanya mengangguk ketika Revo mengenalkannya. Pevi hendak berjabat tangan, Viena mengulurkan tangannya dengan terbata.
"Wanitamu sungguh cantik Tuan Andez," puji Pevi pada Viena. Dion menatap Viena lirih. Dia merasa Viena sedih tapi wajahnya tetap terpancar dingin.
"Tentu saja, baiklah Tuan Prime dan Pevi, kami duluan masuk." Ajak Revo mendahului. Dion merasa seperti kedelai yang merelakan Viena bersama pria lain. Dion terus menatap kepergian Revo dan Viena.
"Sayang, kau baik baik saja? Kau mengenal Viena?" Tanya Pevi yang aneh dengan sikap kekasihnya.
"Tidak apa apa sayang, ayo kita masuk," Dion berjalan memasuki ruang auditorium konser. Di dalam konser, Dion terus memandang Viena yang duduk di depan nya bersama Revo. Ada apa dengannya, ada Pevi disampingnya. Dia juga memandang Pevi sesekali. Dari samping, Pevi juga sangat cantik dan dewasa. Tapi, sampai sekarang tak ada tersirat dalam pikiran Dion untuk bersatu dengan Pevi. Dion merasa belum bisa melupakan tubuh indah Viena dan ketulusan Viena. Dion mengusap usap dagunya dan terus berpikir yang tidak tidak terhadap Viena. Dion merindukan tubuh Viena melihat cantik dan seksinya Viena malam ini, tapi dia juga tidak mau menyakiti kepolosan Pevi.
Dan sekarang, Viena sedang bersama Revo. Dion terus mencari cara bagaimana menjauhkan Viena dari Revo.
....
Next part 18
Ada apa dengan Revo?
Plis like dan komen
I need you all
Thankyou
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
wiemay
cemburu menguras hati
2022-01-21
1
Ciripah Mei
wah Dion egois dan serakah
2021-05-29
0
Aulia Nia
dasar dion yg di ingaat tubuh indahnya aja
2021-05-23
0