POV AUTHOR
Dion kembali duduk di kursi makan sambil menunggu Viena menyelesaikan masaknya. Harum masakan Viena membuat Dion semakin lapar. Viena memang suka memasak sendiri, menuruni keahlian ibunya.
"Sudah matang, yank?" Lagi lagi Dion memanggil Viena dengan panggilan pacaran mereka dulu. Viena kembali berdegup kencang tapi dia berusaha tidak menggubrisnya.
"Sudah, ini hanya chicken noodle, dari kemarin aku mau memasak chicken noodle ini dan tidak ada kegiatan malam minggu ini yang kulakukan, jadi aku menyiapkan bahan bahan chicken noodle ini," Viena meletakan semangkuk chicken noodle dengan mushroom soy bersama kuah dan pangsit rebusnya.
Tanpa banyak bicara, Dion memakan chicken noodle tersebut dengan lahap.
"Kau memang benar benar pintar masak, yank," Dion memuji Viena dengan mie masih dimakannya.
"Makan yang benar jangan panggil panggil panggilan yang tidak ada artinya," Viena mendecak kesal.
Viena melanjutkan makannya tanpa memperhatikan Dion. Viena makin tak karuan dan tidak dapat menahan perasaannya. Dia sungguh tidak menyangka kalau dirinya akan makan bersama dengan Dion lagi. Dion sedikit berbasa basi selama makan malam dan sesekali Viena tersenyum kecil. Dion merasa sangat jauh dengan Viena tapi cukup senang karna malam ini dia bisa berlama lama melihat Viena.
Ddrrtt ddrrtt sesaat ponsel Dion berbunyi. Lagi lagi Viena melirik yang menghubungi Dion adalah Pevi. Dia langsung beranjak membereskan mangkok yang sudah kosong. Dion tidak ijin untuk mengangkatnya, entah apa tujuan Dion.
Percakapan telepon Pevi - Dion
Dion : "Dimana?"
Pevi : "Aku sudah tiba di apartemen, apa yang sedang kau lakukan?"
Dion : "Aku akan ke apartemenmu sekarang,"
Pevi : "Sudah malam, aku juga mau istirahat, besok pagi aku harus ke kota Oriental untuk melihat tanah pembangunan Resort Bos besar,"
Dion : "lalu kapan kita bertemu?"
Pevi : "aku hanya 2 hari disana dan aku akan menemuimu di kantormu ya?"
Dion : "baiklah, terserahmu saja"
Pevi : "terimakasih sayang, aku menyayangimu,"
Dion : "begitu juga denganku"
Panggilan terputus. Viena terlihat sedang mencuci piring. Dia menoleh kearah Dion dan terlihat Dion memancarkan wajah kecewa. Rasanya, dirinya ingin memegang wajah Dion dan mengatakan, semua akan baik baik saja. Viena mengerti kalau Dion merindukan pacarnya itu. Viena mulai menyiapkan satu porsi mie ayam untuk diberikan ke Rika.
"Semua akan baik baik saja, tenanglah, jangan memasang wajah seperti itu," Viena mencoba menenangkan Dion sambil mengemas mie ayam untuk Rika.
"Sudah kuputuskan, lusa kau harus ikut shooting iklan ku bersama team mu di Honolulu, tidak ada penolakan!" Dion menyatukan tangannya dan menumpunya di meja. Dia tersenyum yang membuat Viena terkejut.
"Kau ini aneh! Cepat pulang dan berikan ini pada ibumu!" Tanggap Viena sambil memberikan mie ayam kepada Dion.
"Aku pulang, jangan lupa besok temui ibuku," Dion mengangkat tubuhnya hendak mencium pipi Viena, tapi Viena menghempaskan tubuh Dion dan mendorong Dion ke arah pintu.
"Sampai jumpa," Viena menutup pintu apartemennya dan menyenderkan tubuhnya di balik pintu.
"Aku tidak paham dengan hatimu, Dion," pikir Viena dalam hati.
......
("Kau cantik sekali, Viena, aku sangat mencintaimu"
"Kau hanya menyukai tubuhku?"
"Tidak juga, aku menyukai bahkan mencintai semua yang kau punya,"
"Begitukah?"
"Tentu saja, yank, bisa kita mulai sekarang?"
"Aku mencintaimu Dion,"
"Sama halnya denganku, Vienaku," dan Dion mulai menyatukan diri dengan Viena)
Viena membuka mata. Dia memimpikan Dion. Dia mengingat kejadian dimana dirinya melakukan hubungan indah itu bersama Dion. Viena bangkit dari tidurnya dan duduk. Dia mengusap usap wajahnya, mengapa dia bisa mengingat hal itu lagi?
Dia sudah merelakan apa yang sudah diingkari Dion. Dia rela jika apa yang terindahnya diberikan kepada orang yang dia cintai. Tidak ada pria yang sangat dicintai dirinya selain Dion sampai sekarang. Sudah banyak pria yang mendekati Viena empat tahun ini paska putus dengan Dion, tapi Viena hanya menganggapnya teman.
"Tidak boleh Viena, Dion sudah punya Pevi dan kau tidak boleh sedikitpun baik terhadap Dion, ingat itu! Jika tidak maka kau akan tersakiti lagi!" Gumam Viena.
-LEXA-
Ibu Rika tinggal di Cluster Beauty No 9, tidak tinggal bersama Pak Dion. Hari ini Bapak Jeremy tidak dirumah karna ada survey hotel di Honolulu, aku tahu dari Leon, jadi bisa dipercaya, Miss.
-VIENA-
Thankyou :) sejak kapan kau dekat dengan Leon?
-LEXA-
Ya sejak kita hendak membuat iklan Tuan Dion, kau ini aneh, terlalu berpikir terlalu banyak.
-VIENA-
:)
-LEXA-
❤
Viena tersenyum. Viena cukup senang, akhirnya Lexa bisa menemukan pria yang cocok berkomunikasi padanya. Dia belum pernah sama sekali berpacaran. Dia merasa semua pria hanya bisa menyakiti. Viena bergegas membersihkan diri untuk bertemu dengan Rika.
.......
Next part 11
Like dan komen sungguh membantu
Terimakasih 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
Arin
hemm pas baca bab satu kirain Vienna ini tegas sprti yg penuh sy baca...tpi baca sampe Sini kok mlh Kya cwe gmpngn,maav ya Thor..🙏
2022-05-19
1
Een Bunda Al-fatih
pengen komen yg pedes tapi tidak ada yg salah dengan hati yg salah itu langkah kita yg terlalu jauh sebelum adanya ikatan pernikahan.aku paham bagaimana ketika kita benar2 mencintai seseorang dengan tulus melakukan yg terbaik demi dia yg kita cintai.sayangnya banyak pengecohan iblis melalui hawa nafsu sehingga kita melupakan bahwasannya ada hal yg lebih patut kita cintai melebihi manusia dan viona gagal dalam hal ini🥺😔
2022-05-10
0
Ciripah Mei
aduh Vienna knp msh mau sm Dion yg jelas2 dh mncampakan km
2021-05-29
0