POV DION
Viena kembali menarik tangannya karna aku tidak mau menjabat tangannya. Aku masih mau berlama lama dengannya. Biarlah Pevi menunggu sebentar, karna biasanya itu juga yang kulakukan padanya. Ketika dia asik sendiri dengan dunia kerjanya, aku selalu dibuat menunggunya. Sekarang aku menemukan Viena lagi yang selalu menurutiku. Sebenarnya, Viena dan Pevi memiliki kesamaan yang cukup banyak. Tapi sepertinya Viena masih dikatakan lebih baik hati. Aku benar benar merindukan Viena. Mengapa aku baru mengetahui perusahaan iklan Viena ini? Mengapa tidak jauh sebelum mengenal Pevi, pasalnya perusahaan iklan ini sudah berdiri 1 tahun yang lalu?
Viena tidak memperdulikan sikapku. Ia berdiri dan sungguh aku benar benar terkejut. Ia begitu seksi. Dulu tubuhnya kecil walaupun cukup tinggi. Tapi, semua yang dimiliki rata, hanya tangan dan kakinya yang berisi sedikit karna ia menyukai olahraga basket. Namun, yang terpampang sekarang, ia memiliki tubuh yang sangat seimbang. Sama seperti Pevi, tapi paha dan dada Viena lebih berbentuk dan kencang. Aku ingin memeluknya. Viena benar benar sempurna.
"Aku tidak punya banyak waktu untuk berbasa basi seperti ini, Dion. Aku akan membayar pesanan kita. Hari ini aku yang traktir," Viena melangkah pergi. Aku tidak tau apa yang ia bicarakan. Ia memang sedikit lebih tegas dan tajam. Ia berjalan dengan anggun dan penuh kedewasaan. Dia wanita ku dulu. Dia memang benar benar mantan terindahku. Perasaan apa ini? Cinta lama bersemi kembali? Apa nafsu semata melihat perubahannya yang sangat membuatku ingin menyukainya lagi?
"Dion, kau ini kenapa? Aku tidak perduli berapa lama lagi kau ada disini. Kalau kau memesan lagi, bayar sendiri. Aku pergi, dasar aneh!" Viena mengambil tas nya dan berlalu. Aku berdecak kagum. Kamu sangat hebat Viena.
Aku mengikuti kemana Viena berjalan jalan membeli belanjaannya. Dia mengitari sekitar mall dan dia masih ceroboh seperti dulu. Ia berjalan dengan tatapan terus kedepan seperti mencari cari suatu toko. Dia tidak melihat bahwa akan ada barisan troley yang akan menabraknya. Secepatnya aku menghindari tubuhnya. Aku memeluknya dari samping dan menatapnya tajam.
"Bagaimana kau ini? Dimana telingamu tidak mendengar ada troley yang berjalan kearahmu?" Marahku seperti pacarnya saja. Viena menatapku lelah. Dia seperti menyukainya. Namun, tak lama tersadar.
"A-aku tidak dengar, maaf, lepaskan aku," Viena tersadar dan menghindari ku secara buru buru. Apa segitunya Viena tidak ingin kusentuh?
"Mengapa kau disini? Kau mengikutiku?" Hardik Viena kemudian.
"Ya, aku juga mau berbelanja, tidak boleh kita belanja bersama?" Aku menggaruk garuk kepalaku.
"Pulang temui pacarmu, kau yang bilang jika sudah selesai kau ingin ke apartemennya. Jangan membuatnya menunggu!" Balas Viena menunduk. Sepertinya dia cemburu.
"Aku mau bersamamu dulu, aku takut besok aku tidak bisa menemuimu lagi. Aku mohon kali ini jangan menolakku. Hari ini sudah berapa kali kau menolakku?" Aku merangkulnya dengan paksa dan membawanya berjalan. Dia menurut dengan wajah memerah.
"Dulu kau tidak pernah menolakku, Viena. Mengapa sekarang kau seperti ini?" Viena tidak menjawab. Dia terus berjalan dan membiarkan aku merangkulnya. It's better.
"Aku mau ke tempat pakaian dalam, tapi tempat langgananku sepertinya sudah pindah," Viena mengalihkan pembicaraan tapi masih menunduk.
"Mengapa tidak bilang daritadi? Kau memang jarang ke mall? Bukannya banyak toko pakaian dalam disini?" Yaa, akhirnya aku mengalah tidak berani melanjutkan masa lalu yang sepertinya hendak ia lupakan.
"Tidak, aku tidak suka keramaian lagi, terlalu bising dan membuatku pening. Biasanya aku beli lewat online atau menyuruh Lexa," sekarang Viena menunjukan wajahnya kedepan. Aku sedikit meliriknya. Aku semakin penasaran. Viena yang dulu dan sekarang sungguh berbeda. Banyak perubahan sangat banyak. Kalau dulu dia selalu senang ke mall, katanya mall bisa cuci mata dan menghilangkan penat, tapi sekarang malah membuatnya pusing.
"Viena, bukannya dulu kau senang sekali ke mall?" Aku mengintrgogasi.
"Semua karna kamu!" Dia melepas rangkulanku dan berjalan cepat.
POV AUTHOR
Dion terpaku melihat Viena yang berjalan cepat. Dia merasa sangat bersalah. Dia yang menghilangkan semua keceriaan Viena. Dia merasa harus berbuat sesuatu. Dulu, Dion juga sempat dibuat penasaran ketika di bangku SMA. Tapi, sejak Dion mendapatkan Viena, Viena benar benar adalah sosok periang, penurut tapi tidak manja. Dion ingin mencari tahu apa yang terjadi, walaupun salah satu penyebabnya adalah dirinya. Dion kembali mengejar Viena dan berusaha membuat netral.
"Viena, maafkan aku. Apa kamu masih mau mencari toko pakaian itu?" Dion berusaha tidak mengungkit masa lalu LAGI! Viena menggeleng.
"Aku lelah, aku mau pulang saja. Aku minta tolong padamu Dion, jangan mengikutiku lagi, kita akan bertemu jika kerjasama kita memungkinkan untuk bertemu," sambung Viena berhenti dari langkahnya. Dia menatapku lekat lekat.
"Aku akan mengan..," Dion mencoba ramah.
"Tidak usah. Aku naik mobil sendiri. Sampai jumpa lagi, salam buat pacarmu," Viena berlalu dan membuat hati Dion ditampar dengan kalimat singkat Viena.
.......
Next part 5 ayoo makin seru, makin buat deg degan
plis like and komen 😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
scarlet
dlu kan pacaran,, klo skrg bkn siapa2
2023-03-23
0
Ptangg💐
WOW seru bgt ceritany😭✌🏻
2023-03-03
0
Ricky Pangestu
Yes semangat Vienna buat dia menyesal....
2022-08-23
0