Via berjalan menuju ke parkiran sekolah, setibanya di sana dia melihat Erza sudah siap di atas motor nya.
"udah nunggu lama?" tanya Via.
"banget, lo masih ngapain sih?" kata Erza kesal. pasalnya dia sudah menunggu Via dari bel pulang baru berbunyi sampai sekolah sudah sepi.
"sory gue masih piket tadi" kata via dengan cengiran lebarnya.
"lo piket di arab saudi lama amat" kata Erza.
"gara gara kia nih" kata Via cemberut saat mengingat kejadian tadi. bagainmana tidak kiantiba tiba datang ke kelasnya, dan menggangunya dia piket.
"kiana XI IPA 1?" tanya Erza. Via mengangguk sebagai jawaban
"emang lo kenal dia?" tanya Erza.
"baru kenal tadi" kata via
"Eh za lo kelas XI IPA 1 kan?" tanya via
"iya emang kenapa?" kata Erza.
"ok fine lo resmi jadi rival gue sekarang" kata via
"ha? lo demam ya ngomongnya ngelantur gitu" Erza menyentuh dahi via
"ish apaan sih gue sehat walafiat" via menepis tangan Erza di dahinya
"terus kenapa lo ngomongnya ngelantur gitu?" tanya Erza
"gue pindah ke kelas lo besok, karna katanya lo itu murid paling teladan jadi gue mau saingan sama lo" kata via.
"emang lo mampu?" cibir Erza
"jangan ngeremehin kemampuan gue" kata via
"ok hari besok ada kuis biologi, yang dapet nilai sempurna dia pemenangnya" kata Erza menantang via.
"yang kalah?" tanya via
"ngabulin 3 permintaan yang menang, deal?" kata Erza mengulurkan tangannya
"ok gue setuju" via menjabat tangan Erza sebagai persetujuan.
"siap siap kalah" ejek Erza
"jangan ngeremehin" kata via ketus
"biarin, udah ayo naik" via pun naik ke motor Erza. setelah di rasa pas Erza segera melajukan motornya.
mereka telah sampai di rumah erza.
"vi udah sampek" kata Erza. tidak ada jawaban. via tetap memeluk pinggangnya dan bersandar di punggungnya .
"woy udah sampek" teriak Erza.
"eh iya pak eh bu" via terkejut.
"lo tidur?" tanya Erza.
"ha? apa? lah gue kok di sini" kata via linglung.
"ck turun" kata Erza.
" ini di mana?" tanya via yang masih setengah sadar.
dia sangat lelah alhasil dia ketiduran tadi.
"alam barzah" kata Erza.
"ha? mati dong gue" kata via
"ck ****" Erza mendorong dahi via dengan telunjuknya dan langsung berjalan memasuki rumahnya, meninggalkan via sendiri di halaman rumah.
"heh gue gak ****" teriak via yang baru sadar. ia pun mengejar Erza ke dalam rumah.
"rumah lo sepi banget?" tanya via saat melihat rumah Erza yang sangat sepi.
"papa lagi keluar kota, mama bantuin Alan" kata Erza.
"ih gue pengen bantu juga" via merengek seperti anak kecil.
"gak boleh" kata Erza tegas.
"gue mau bantuin" rengek via lagi.
"gak boleh" kata erza
"gue-" via menghentikan perkataannya saat Erza tiba tiba mendekatkan wajahnya.
"diem bisa? berisik" kata Erza. via hanya mengangguk. detak jantungnya sudah tak terkendali.
'pliss pelan pelan nanti Erza denger' batin via
"good girl" Erza mengusap puncak kepala via.
'gue kenapa?" batin via. ia merasakan desiran aneh di dadanya.
'apa cuma gue yang ngerasa deg deg an pas deket via?' batin Erza.
pandangannya terkunci di mata via begitu pun via. tidak ada yang mau memutuskan kontak mata.
"jangan sedih vi, kalo lo ada masalah cerita ke gue" via terkejut mendengar suara Erza yang begitu lembut.
"gue tau lo ada masalah lo bisa cerita" kata Erza lagi.
"gu..gue..gak papa" kata via gugup.
"gue tau di balik kata gak papanya cewek pasti ada apa apa" kata Erza.
"gue gak papa" via berkata lirih.
"ya udah gue gak maksa lo cerita, sekarang lo bikin makanan gue laper" kata Erza.
"balik lagi deh nyebelinnya" gumam via
"apa lo bilang?" tanya Erza yang mendengar gumaman via
"eh nggak " via segera meletakkan tasnya di sofa dan berlari ke arah dapur.
'mungkin bikin via kesel bakalan jadi hobi baru gue'
***
seorang wanita dengan seragam putih birunya berjalan ke luar gerbang sekolah dengan sebuah raport di tangannya. saat tiba di depan gerbang via bingung, pasalnya tadi mamanya bilang akan menunggu di depan gerbang, namun sekarang mamanya tidak ada.
"mama mana?" via celingukan mencari mamanya.
"itu dia" kata via saat melihat mamanya yang sedang menyebrang jalan via pun berlari ke pinggir jalan.
"mama" teriak via dangan senyum yang mengembang lebar.
BRAAAK
"mama" lirih via. senyum nya memudar. dia mematung di pinggir jalan, matanya terasa panas.
"mama" teriak via histeris. mamanya sekarang tengah tergeletak bersimbah darah di tengah jalan. via baru saja menyaksikan mamanya di tabrak di hadapannya. rasanya
sakit
via menangis histeris. dia memeluk mamanya, dia tidak peduli meskipun seragamnya di penuhi oleh darah. beberapa waktu setelahnya ambulan datang. mama via segera di larikan ke rumah sakit.
via bergerak gelisah di depan ruang UGD. tangannya memegang sebuah handphone. sekarang dia tengah menelpon papanya.
'papa mana' batin via saat telponnya tidak di angkat oleh papanya
triiiiing.
telponnya berbunyi nyaring dengan segera dia mengangkat telepon itu.
"halo pa" kata via di sela isak tangisnya
"ada apa vi?" tanya hendra khawatir
"pa mama kecelakaan" kata via lirih
"kamu ada di mana sekarang?" tanya hendra
"di rumah sakit eka mulya" jawab via
"nanti papa kesana, sekarang papa ada meeting" hendra memutuskan sambungan teleponnya.
'lebih penting meeting ya dari pada mama' batin via.
bang zuko sedang ada study tour ke jepang sekarang jadi sangat tidak mungkin untuk menyuruh kakaknya itu pulang
"dengan keluarga pasien" kata seorang dokter yang baru keluar dari UGD.
"saya keluarganya" via mendekati dokter itu.
" luka di tubuh pasien cukup parah, dia banyak kehilangan darah. dan pasien akan koma dalam waktu yang tidak bisa di tentukan" kata dokter itu.
via terkejut mendengar penuturan dokter.
"sekarang saya akan memindahkan pasien ke ruang rawat inap" dokter itu berlalu pergi.
'separah itu kah' tubuh via terasa lemas, dia terduduk di salah satu kursi di depan ruang UGD.
'ma mama harus sembuh' air mata via terus mengalir. otak nya di serang oleh berbagai pikiran negatif. via memegang dadanya yang terasa sesak.
via memilih untuk pulang sebentar. tubuh nya terasa sangat lengket. sesampainya di rumah dia langsung mandi dan makan.
"pak taksi" setelah selesai makan via langsung menuju ke rumah sakit lagi.
saat tiba di dekat ruangan mamanya ia melihat papanya sedang tertunduk lesu di kursi depan ruangan.
"pa ada apa?" via mendekati papanya. perasaannya tidak enak saat melihat mata papanya yang berair.
"mama udah gak ada vi" lirih hendra.
via terkejut mendengar perkataan papanya, tubuhnya terasa kaku, lidahnya tersa kelu. hanya air matanya yang dapat menjelaskan bagaimana perasaannya sekarang. airmata via terus mangalir dengan deras di pipinya.
"mama" via berlari menghampiri mamanya yang telah terbujur kaku di atas brankar
"ma jangan tinggalin via, mama kan udah janji mau ajak via jalan jalan setelah via naik kelas. mama kan udah janji mau ngasih via hadiah kalo via peringkat satu lagi. via peringkat satu ma. ma via mohon bangun ma" via terus memeluk tubuh mamanya erat. ia sangat enggan berpisah dengan mamanya.
"ma mama bilang mama gak bakal ninggalin via. mama bilang mama akan selalu jaga via. tapi kenapa mama pergi" lirih via. dia merasa tubuhnya sangat lemas. tubuhnya merosot ke lantai. tangisnya belum bisa berhenti.
"vi ikhlaskan" kata hendra.
jenazah mamanya pun di bawa pulang untuk di antar ke tempat peristirahatan terakhirnya.
via duduk bersimpuh di dekat sebuah gundukan tanah yang masih basah. matanya tak lagi mengeluarkan air mata namun tetap memancarkan ke sedihan yang mendalam.awan mendung menutupi langit. membuat suasana semakin terasa pilu.
"ma..." suara via bergetar. tenggorokannya sakit karna menahan tangis, dia hanya ingin terlihat kuat di depan papanya. namun sekarang dia sendiri.
"mama..." via memeluk batu nisan bertuliskan nama Vriska Adelina-mamanya. dia benar benar hancur, tubuhnya benar benar rapuh.
"ma... mama" tak ada kata yang dapat di ucapkannya selain 'mama'. lidahnya terasa kelu. rasa sedih yang dia alami terlalu banyak hingga tak bisa di ungkapkan oleh kata kata. tetes tetes hujan mulai membasahi bumi. menemani via bersama kesedihannya. via terus menangis air matanya tak bisa di bendung lagi. semuanya tumpah ruah membasahi pipi. satu yang dia rasakan
sakit
"awwww" via menjerit karena tangannya terkena pisau. sedari tadi dia melamun.
"lo gak papa vi" kata Erza khawatir.
"gak papa" kata via.
"kenapa lo nangis?" tanya Erza saat melihat air mata di pipi via.
"gue gak nangis" elak via
"jangan bohong, terus ini apa kalo lo gak nangis?" Erza mengusap air mata via.
"gue cuma kangen mama" kata via lirih
"gue gak nyangka papa bakal nikah lagi, padahal belum lama mama meninggal" kata via, air matanya kembali mengalir. erza menarik via ke dalam pelukannya. dia mengusap punggung via dan berusaha menangkannya
"gue tau perasaan lo, lo pasti kecewa sama papa lo. yang harus lo lakuin sekarang cuma menerima dan ikhlas. lo harus kuat via bagaimana pun dia papa lo, lo harus terima apa pun keputusan dia" kata Erza lembut.
"gue gak bisa.dari dulu gue nanggung semua kesedihan gue sendiri, gue gak kuat.waktu mama meninggal gue bener bener sendiri. gue butuh sandaran, tapi pas gue nyari Alan ternyata dia pergi tanpa kabar entah kemana. sekarang dia udah punya tunangan. gue bener bener sendiri sekarang" kata via di sela isak tangisnya
"lo masih punya gue. gue akan selalu siap jadi sandaran lo, kapan pun lo butuh" kata Erza.
"makasih" kata via
"buat?" tanya Erza
"udah mau jadi sandaran di saat gue rapuh" kata via. dia merasa nyaman di pelukan Erza. rasanya hangat, dia ingin seperti ini untuk sementara waktu.
'tuhan aku mohon hentikan waktu sebentar saja. biarkan aku merasakan pelukan ini lebih lama'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments