"vi lo kenapa?"
Erza terkejut melihat via menangis. via menoleh menghadap erza.
"gue gak papa. kita pulang" via beranjak dari sana. dia tak sanggup melihat papanya dan wanita itu sedang tertawa bersama.
"oh ok" kata erza.
Erza berjalan menyusul via. ia menggandeng tangan via berjalan menuju tempat di mana motornya di parkir. entahlah kenapa Erza melakukan itu, begitu pun via ia terkejut ini sudah ke dua kalinya Erza menggenggam tangannya.
"naik" kata Erza. ia sudah siap di atas motornya. via bingung bagaimana ia akan memposisikan duduk nya di atas motor. pasalnya dia memakai rok sekarang. akhirnya dia memilih duduk menyamping.
"sudah?" tanya erza melirik keadaan via dari kaca spion motornya.
"sudah" kata via.
Erza pun melajukan motornya membelah keramaian kota jakarta. setelah beberapa lama mereka berkendara akhirnya motor itu berhenti.
"loh kok bukan rumah gue? ini di mana? bagus banget" via heran pasalnya dia sekarang tengah berada di sebuah pantai. dia terkagum melihat keindahan pantai di malam hari. beribu ribu bintang bertabur di langit, sangat indah. air laut tampak tenang.
"gue rasa lo butuh ketenangan" kata Erza ia berjalan pelan menuju bibir pantai.
"makasih" kata via lirih. ia mengikuti langkah Erza.
"buat?" tanya erza.
"semuanya, makasih lo udah nemenin gue tadi. makasih lo udah ngajak gue kesini, ini bagus banget" kata via.
"gak masalah" kata erza datar
"za gue rasanya familiar sama suara dan gaya bicara lo" via mendongak untuk menatap erza, erza lebih tinggi dari via jadi untuk menatap wajahnya ia harus mendongak.
"masa sih?" tanya erza.
"ia gue ngersa pernah ketemu sama lo tapi di mana" via mengetukkan jarinya di dagu. berusaha ngingat sesuatu tantang erza.
"lo lupa sama gue ternyata" kata erza.
"emang lo siapa?" tanya via.
"gean erzao verdinata. lo gak inget?" tanya erza.
"gean erzano verdinata... gean erzano.. gean. gean?" via ingat sekarang. cowok di hadapannya adalah gean sahabat kecilnya dan Alan dulu. orang yang sering ia jaili. cowok es yang menyebalkan.
"lo gean?" via benar benar terkejut. Erza hanya mengangguk.
"lo cowok es yang nyebelin banget itukan. lo satu satunya cowok yang takut laba laba itukan?" kata via antusias.
"ck gak usah ngejek napa? dari pada lo takut ulat" erza mendorong dahi via dengan jarinya.
"biarin gue kan cewek wajar dong" via mengerucutkan bibirnya kesal.
"yuk pulang" erza melangkah menuju motornya di ikuti oleh via di belakangnya.
Erza bingung bagaimana ia bisa berbicara begitu banyak pada via. Entahlah dia merasa nyaman saat bersama via.
mereka telah sampai di depan rumah via.
"makasih" kata via dan hanya di balas anggukan oleh Erza.
"lo mau mampir dulu?" tanya via.
"gak usah" kata erza. Erza pun melajukan motornya cepat.
via memasuki rumahnya, saat tiba di ruang tengah via melihat kakak nya sedang menonton TV. ia pun menghampirinya.
"kakak nyebelin" via menghempaskan tubuhnya di samping kakaknya.
"apaan sih?" tanya erza.
"kakak jahat ninggalin via sendiri di masar malem" kata via kesal.
"loh kan kakak udah nyuruh Alan buat nemenin lo? gue ada urusan tadi" kata zuko sewot
"gak alan gak dateng" kata via
"masa? wah gak bener nih Alan. jadi lo sendiri di sana?" tanya zuko.
"ngak gue di temenin sama Erza" kata via.
"Erza siapa?" tanya zuko.
"sahabat via" kata via.
"sahabat apa sahabat?" goda zuko.
"apaan sih kak" pipi via bersemu merah karena malu.
"abis ngapain aja jam segini baru pulang?" zuko terus menggoda adiknya satu ini. setaunya via tidak pernah dekat dengan cowok selain Alan.
"gak ngapa ngapain kok" kata via kesal.
"cieee abis nge date ya sama gebetan" kata zuko.
"ih kakak nyebelin. tau ah via ke kamar dulu" via beranjak dari duduknya. dan pergi menuju kamarnya.
sementara zuko dia tertawa puas. ia senang karena berhasil membuat adiknya kesal.
***
via telah sedang mengikat tali sepatu olah raganya. sekarang dia siap untuk melakukan rutinitasnya di hari minggu, lari pagi.
setelah meneguk habis susu buatannya via pun melangkah keluar dari rumahnya. dia menghirup udara pagi yang sangat menyegarkan.
"selamat pagi mentari" lirih via saat sinar matahari menerpa wajahnya.
ia pun berlari menuju taman di komplek nya. seperti perkiraannya taman ini cukup ramai. banyak anak muda yang lari pagi seperti dirinya, selain itu ada juga keluarga yang sedang berjalan jalan disana menghabiskan waktu bersama. via menghentikan langkahnya didekat penjual air mineral setelah mengelilingi taman beberapa kali. nafas nya tidak teratur. via pun membeli sebotol air mineral. ia duduk di salah satu bangku taman. dalam sekali teguk air yang dia pegang sudah tinggal setengahnya. via menelusuri setiap sudut taman tersebut. tanpa sengaja netranya menangkap sosok yang sangat di kenalnya, ia pun berjalan mendekati sosok itu.
"hai" sapa via membuat orang itu tersedam minuman yang di minumnya karna terkejut.
"eh sory sory gue gak maksud" kata via khawatir.
"ck ada apa?" kata orang itu dingin.
"lo tu ya dingin banget tau gak?" kesal via.
"ck bacot" ketus orang itu yang tak lain adalah Erza.
"lo sama siapa?" tanya via.
"sendiri" ketus Erza.
"za?" panggil via.
"apa?" kata Erza
"itu di bahu lo ada laba laba" kata via santai.
"jangan bercanda" wajah Erza berubah pucat.
"beneran" kata via
"ambilin" kata Erza.
"ogah, emang lo siapa?" kata via ketus.
"ck ambilin via" Erza meninggikan suaranya. dia sudah benar benar takut.
"dih minta tolong tapi marah marah" kata via.
"via plisss ambilin lo kan baik" Erza memohon pada via. Erza rela melakukan apa pun asalkan laba laba itu enyah dari bahunya.
'kena lo sapa suruh jadi cowok nyebelin banget'batin via.
via berusaha menahan tawanya. namun gagal via tertawa sangat kencang.
"hahaha sumpah muka lo gak nguati tau gak sumpah lucu banget" via tertawa dengan keras. dia senang karna berhasil menjaili Erza.
"maksud lo" tanya Erza bingung.
"hahaha gue bohong gak ada laba laba di bahu lo. sumpah muka lo pas ketakuyan lucu banget" via masih terus tertawa puas.
"gak lucu" ketus Erza. ia berbalik meninggalkan via yang masih ayik tertawa.
"eh za tunggu" teriak via saat menyadari erza pergi meninggalkannya.
" gue cuma becanda elah ngambekan lo kek cewek" cibir via saat berhasil menyusul langkah erza.
"becanda lo gak lucu" kata erza.
"iya iya sory gak lagi lagi gue ngejailin lo" kata via.
"bacot gak percaya gue paling ntar lagi juga jail lagi" kata erza.
"gak gak bakal gue janji" via menjulurkan jari kelingking nya di hadapan erza. karna erza tidak membalasnya via pun menarik tangan erza dan mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingkaing erza.
"janji" kata via
"lo mau pulang?" tanya via.
"gak" kata erza.
"terus lo mau kemana?"
"beli bahan buat proyek yang lo ancurin"
"gue ikut ya" via berpindah posisi ke hadapan erza. membuat langkah erza terhenti.
"gak" erza kembali melangkah namun via mencegatnya lagi.
"plisss gue kan udah bilang mau bantuin lo" via memasang wajah memelas dengan puppy eyes nya.
"terserah" ketus erza.
"yes" via bersorak senang.
via pun mengikuti langkah erza. mereka sampai di sebuah rumah yang cukup besar.
"ini rumah lo?" tanya via. erza hanya mengangguk sebagai balasan.
"katanya mau beli bahan kenapa malah ke rumah lo?" tanya via.
"gue mau mandi" kata erza
"lah terus gue?" via bingung apa yang harus dia lakukan. pulang? tapi dia takut erza meninggal kannya.
"bukan urusan gue" ketus erza.
via mencebik kesal, akhirnya ia memilih untuk mengikuti erza masuk ke dalam rumah.
via sempat terkagum saat melihat sebuah taman yang ada di halaman rumah itu. ada sebuah ayunan di sana. suasananya sangat damai.
via masuk ke dalam rumah Erza, di sana ia melihat seorang wanita paruh baya yang sedang menonton TV.
"Ma erza pulang" kata erza dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
sementara via ia bingung apa yang harus ia lakukan. ia memilih untuk menghampiri mama erza- wanita yang tadi menonton TV.
"assalamualaikum tante" sapa via, ia menyalami tangan mama erza.
"waalaikum salam. kamu temen nya erza?" tanya mama erza- Rika.
"iya tante saya via temen nya erza" kata via ramah.
"loh kamu via anak Adel kan?" tanya rika terkejut.
"eh iya tante kok tau?" tanya via heran.
"saya sahabat mama kamu tante rika" kata rika.
"tante rika" gumam via dia mencoba mengingat nama itu.
"tante rika yang dulu suka ngasih kue itu?" akhirnya via mengingatnya. dia adalah tante rika sahabat mamanya yang sering mengantarkan kue kerumahnya.
"kamu inget sekarang" kata erza.
"tante.. via kangen banget sama tante" via memeluk rika erat.
"kangen sama tante atau sama kue tante?" tanya rika.
"hehe dua duanya tante" via tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya.
"pas banget tante baru aja buat kue, mau cicipin?" tanya rika.
"mau tante mau" kata via antusias. di benar benar merindukan rasa kue buatan rika yang super enak.
sekarang via tengah bercanda tawa dengan rika sembari menikmati kue buatan rika.
"ma erza mau keluar bentar" kata erza yang baru turun dari kamarnya. dia terlihat lebih segar sekarang. Erza mengenakan celana jins hitam dan kaos putih polos di lengkapi dengan jaket bomber berwarna navy.
ganteng
satu kata ada di pikiran via saat melihat erza. via terpesona dengan penampilan erza sekarang. matanya terus menatap erza.
"betah banget ngeliatin gue" via tersadar dari lamunannya saat mendengar perkataan erza.
"eh" pipi via bersemu merah karena malu.
"eh via pipi kamu kenapa?" tanya rika jahil.
"eh nggak tante gak papa" kata via malu.
"ma erza berangkat" kata erza ia bersalaman pada rika dan berjalan keluar rumah.
"eh za tunggu gue ikut" teriak via. setelah bersalaman pada rika ia segera menyul erza keluar rumah.
"sapa suruh lo naik" ketus erza saat via hendak menaiki motor erza.
"lah kan kita mau beli bahan buat proyek kimia?" tanya via.
"lo naik taksi" kata erza.
"kenapa gak bareng aja?" tanya via.
"lo yang maksa ikut bukan gue yang ngajak. jadi lo berangkat sendiri" setelah mengatakan itu erza segera melajukan motor ninjanya.
"eh erza tunggu" teriak via namun erza sudah berlalu cukup jauh.
"ck erza nyebeli " via mencebikkan bibirnya kesal.
akhirnya via memilih untuk kembali kerumahnya.pasal nya dia tidak tau erza akan pergi ke toko mana. so dia tidak bisa mengejar erza.
'nanti malam aja gue ke sini' batin via.
ia pun melangkahkan kaki menuju rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments