"gila, gak waras, mereka pasti pasien rumah sakit jiwa yang kabur dan nyamar jadi murid" kata via di kamar mandi. dia terpaksa mandi di sekolah, sungguh hal yang baru pertama kali ia lakukan. biasanya dia mandi di sekolah saat ada acara yang menginap.
"gimana kalo mereka nyebarin virus gilanya ke gue, terus gue juga jadi gila. mampus" kata via pada bayangannya di cermin.
"oh god gue udah gak betah di hari pertama gue" kata via lagi.
"haaa gue kangen sekolah gue di bandung" lagi lagi via bermonolog.
"papa sih pake acara pindah segala" via mengerucutkan bibirnya kesal saat mengingat papa nya.
"papa nyebelin, coba mama masih ada. tuh kan jadi inget mama. gue heran deh gimana caranya papa bisa ngelupain mama semudah itu. padahal gue harus mati matian buat ngelupain" via menghela nafasnya
"emang gak niat ngelupain sih" gumam via.
via terus bermonolog menumpahkan kekesalannya seraya merapikan penampilannya.
"gue gak siap kembali ke kelas itu" via benar benar enggan untuk kembali, tapi dia bukan lah tipe pelajar yang suka bolos. mau tidak mau dia harus kesana. Dengan penuh rasa enggan ia pun melangkahkan kaki nya ke kelas XI IPS 3 tempat berandal sekolah dan murid dengan nilai di bawah rata rata.
***
Via telah sampai di depan kelas. pintunya terbuka jadi tidak mungkin ada daun yang akan mengguyurnya lagi, dengan ragu ia pun melangkah masuk.
"assalamualaiku" kata via.
"waalaikumsalam akhirnya kamu datang juga" kaya seorang guru bertubuh gemuk yang sedang mengajar di sana.
"perkenalkan nama saya bu tutik guru bahasa indonesia sekaligus wali kelas XI IPS 3, silahkan perkenalkan dirimu" bu tutik berkata dengan ramah.
"perkenalkan nama saya viana putri mahendra" via berkata dengan cepat dan wajah datar tanpa ekspresi bahkan pandangannya dari tadi terarah ke pintu kelas.
beberapa murid saling tatap karena tidak mendengar apa yang di katakan via dengan jelas, tentu saja mereka tidak mendengarnya secara jelas mengingat via yang berkata dengan kecepatan cahaya.
"bisa di ulangi dengan lebih pelan" kata bu tutik yang tidak mendengar perkataan via juga.
"nama saya viana-putri-mahendra" via memperjelas setiap kata yang dia ucapkan.
"what?" teriak cika kaget.
"ada apa cika?" tanya bu tutik.
"eh tidak apa apa bu itu anu tadi ada itu ada... kecoak iya ada kecoak" cika gugup saat meliat tatapan bu tutik yang mengintimidasi.
"ya sudah via kamu duduk di sebelah cika, jaga bangku mu tetap bersih agar tidak ada kecoak" kata bu tutik yang di jawab anggukan oleh via. ia pun berjalan menuju bangku cika.
"mm hai " sapa cika.
"hmmm" via hanya melirik cika sekilas dan bergumam sebagai balasan atas sapaan cika .
Mendengar jawaban via yang super singkat chery dan dista yang duduk di belakang cika dan via menatap cika.
'kenapa' dista menggerakkan mulutnya tanpa suara.
cika hanya mengangkat bahunya tak tau.
'dia marah' kata chery tanpa suara.dan lagi lagi cika hanya bisa mengangkat bahu karna tidak tau.
via melirik teman teman nya yang saling berbicara tanpa suara mirip film bisu. ia pun memilih kembali fokus pada bu tutik yang menerangkan materi di depan.
***
Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Sekarang via berada di dalam kelas yang sepi. Hanya ada satu wanita berkacamata tebal yang tengah membaca buku dan 5 serangkai yang sedang nongkrong di pojok belakang kelas. Entah apa yang mereka bicarakan, mereka terus berbisik bisik.
'gak jelas' batin via.
***
Dista, chery, cika, al dan boni tengah berdiskusi di pojok belakang kelas.
"Dis gimana nih? lo sih gak cari latar belakangnya dulu" kata chery.
"ish gue udah cari latar belakang nya gue tau kalo murid barunya anak pemilik sekolah, iya kan cik?" Dista meminta pembelaan pada cika karna sedari tadi dia terus di pojokkan oleh chery.
"iya kita udah cari latar belakang keluarga dia" cika berkata lirih
"terus kenapa tetep lo kerjain, gimana kalo dia marah terus kita di depak dari sekolah?" chery terus saja memojokkan dista dan cika
"ya kan gue lupa" kata cika
"gimana nih?" chery berkata panik.
"duh kapok gue, nggak lagi lagi gue ngerjai murid baru" kata dista.
"heh para cowok ikut mikir kek diem aja dari tadi. kalian mau di depak dari sekolah?" kesal cika karena dari tadi al dan boni hanya menyimak tanpa mau ikut memberi solusi.
"ish kalian ribet banget sih, tinggal minta maaf aja susah amat" kata al
"iya kalo dia mau maafin kalo enggak?" tanya cika.
"duh cik jangan banyak mikir deh, apa salahnya kita coba?" al beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju bangku via.
Dista, chery, cika dan boni saling pandang dan akhirnya memilih untuk mengikuti al.
"ehm" al berdeham, mau tak mau via menoleh dan menatap nya bingung.
"emm hai gue aldino bagaskara, lo bisa panggil gue al" al mengulurkan tangannya untuk salaman.
"hai gue via, gue udah bilang nama panjang gue tadi" via menjawab dengan malas.
Tau bahwa via tidak menerima uluran tangannya ia pun menarik tangannya dengan canggung.
"ehm soal yang tadi, gue sama temen temen mau minta maaf. emang kita sering ngerjai murid baru tapi gue rasa yang tadi itu... keterlaluan. gue minta maaf" perkataan al di amini oleh teman teman di belakang nya.
"gak masalah, gue dulu juga suka ngerjai murid baru pas di Bandung" via tersenyum ramah.
"jadi.... lo maafin kita?" Dista berkata ragu.
"nggak" via berkata ketus.
"lah tadi lo bilang.. gak masalah?" cika bingung dengan jawaban via.
"iya emang gak masalah" kata via.
"lah kok bingungin sih? plis deh jangan berbelit belit otak gue gak mampu buat mahamin" boni berkata frustasi.
"haha gue emang gak masalah, gue gak maafin kalian karena emang gak ada yang perlu di maafin kalian gak salah kan? buat apa minta maaf?" via berkata sambil menahan tawanya, wajah mereka benar benar lucu saat sedang bingung. via puas sekali bisa membalas kejailan mereka. mereka telah menjaili orang yang salah, karena di sekolahnya dulu via di kenal sebagai ratunya jail .beginilah jadinya jika menjaili orang jail pasti di balas jail juga.
"jadi...? sumpah gue gak faham" cika masih bingung dengan perkataan via.
"teman?" via menjulurkan tangannya. karena masih bingung mereka hanya memandangi tangan via penuh tanya.
"mau jadi temen gue gak? kalo gak mau ya udah pegel nih tangan gue" via berkata kesal karena tak ada yang membalas uluran tangannya.
" eh iya mau mau, kita seneng punya temen baru" cika yang mulai paham pun membalas uluran tangan via.
"Btw nama gue dista"
"gue boni"
"gue chery"
"gue cika"
"gue-" belum selesai al berkata via sudah lebih dulu memotongnya.
"udah tau, albino kan?" tanya via tersenyum jail. di ikuti tawa yang lainnya.
"nambah lagi deh si pendek" kata al
"biarin pendek yang penting imut dan tinggi ilmu dari pada lo tinggi kayak tiang listrik. boleh tuh gue sewa buat manen mangga di rumah gue." kata via.
"dih tinggi ilmu, jangan ngehalu deh kalo lo tinggi ilmu lo pasti masuk ipa bukan ips" kata chery.
"eh sory ya, gue di bandung masuk ipa, pasti ada yang salah makanya gue masuk ips" via mengerucutkan bibirnya kesal kala mengingat bahwa dirinya masuk ips.
"hello via sadar ini jakarta" teriak mereka kompak.
"dih sebel kompak banget bikin orang kesel" via semakin kesal mendengar teriakan teman nya.
tawa mereka pun kembali meramaikan seisi kelas, sementara via semakin kesal mendengar tawa mereka yang menggelegar. ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan mungilnya karena malu.
'dasal temen laknat!👿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments