Sabtu sore Rara membawa Ali ke bandara. Entah apa yang terjadi pada Adam yang jelas suaminya itu mengizinkan dia untuk ikut liburan dan Adam bersedia menjaga putranya selama Rara pergi.
Kata Adam mereka akan bertemu di bandara, sehingga Rara membawa serta pakaian anaknya dalam sebuah koper kecil.
Kini mereka sudah menunggu diruang keberangkatan penumpang, tapi Adam belum juga menjemput Ali, padahal sebentar lagi Rara harus masuk pesawat.
Kegelisahan sangat tampak di wajah Rara, berkali-kali dia melihat ponselnya, siapa tahu ada panggilan atau pesan dari Adam, namun nihil ponsel sepi senyap, membuat perasaan Rara semakin tak menentu. Antara berharap, cemas, takut dan kecewa campuran jadi satu.
Duh mas Adam dimana sih kok belum datang juga? pikirnya.
Sekali lagi dia melepon suaminya namun tetep saja tak ada jawaban dari pemilik nomor tersebut, hanya ada suara operator yang terdengar, membuat Rara makin emosi.
Kamu dimana sih mas, Kenapa dihubungi gak di angkat? Batin Rara, sebenarnya kamu bisa jemput Ali atau tidak sih?
Saat Rara sedang kalut dengan ponselnya, Bu lina menepuk bahu Rara.
"Ayo Ra, itu rombongan kita sudah naik."
Bu Lina memberi tahu ke Rara bahawa sudah ada himbauan jika penumpang pesawat boing TG73 harus menuju ke awak kabin karena mereka akan segera terbang.
"Duluan saja bu Li, saya nunggu mas Adam dulu," Jawab Rara pada temannya.
"Buruan nyusul ya Ra? Jangan sampai ketinggalan!" Ujar Lina.
Rara tersenyum, yang arti senyumnya tidak jadi.
Dalam hati dia bersumpah jika perjalananya kali ini gagal, dia akan pulang dan langsung minta cerai sama Adam.
"Suami mu belum datang bu Rara?" Tanya pak Burhan kepala sekolah Rara.
"Belum pak," Jawab pelan, menahan sedih.
"Tunggu saja sebentar lagi. Pasti dia datang!"
Pak Burhan yang tahu Rara cemas mencoba menenangkan hati, memberi sedikit harapan.
Jika memang Adam tidak bisa menjaga Ali kan Rara bisa membawanya liburan, karena dia sudah meminta izin ke teman-teman yang lain kalau Rara tidak mungkin meninggalkan Ali di rumah sendiran sedang dirinya bersenang-senang.
Dan teman-teman sekantor Rara juga setuju dengan apa yang dia minta, dan tiket perjalanan Rara juga bisa cair cuma separo. Maksudnya Rara tidak jadi dapat gratis Pulang- pergi tapi harus pilih salah satu mau pulangnya saja atau perginya saja dan biaya perjalanan Ali juga harus di bayar full untuk satu orang.
Rara menyanggupi syarat tersebut karena bagi dia yang terpenting adalah bisa liburan bersama putranya.
Apalagi mereka memang tidak pernah pergi liburan selama ini dan sekarang Ali juga sudah sekolah, tentu Rara ingin memberikan momen yang berbeda untuk putranya saat sedang libur sekolah begini. Sehingga ada cerita yang bisa bocah itu bagi keteman-teman saat masuk sekolah nanti.
Tapi sepertinya kenyataan tak seindah harapan Rara, karena Adam memberi kabar jika suaminya ingin lebih dekat dengan Ali dan bersedia menjaga putranya selama seminggu.
Tentu saja Rara memprioritaskan hubungan ayah dan anak Ketimbang membawa Ali pergi. Karena hal itu yang Rara harapan bertahun-tahun lamanya, Adam perduli pada putranya. Dan Adam bilang akan menjemput Ali di bandar.
Tapi nyatanya janji hanyalah tinggal janji.
Tiba saatnya hari H seperti ini, Adam hilang bagai di telan bumi. Jika seperti ini yang gagal liburan bukan cuma Ali saja, tapi Rara juga gagal karena tidak mungkin dia terbang ke Yogjakarta dan meninggalkan Ali sendiri di bandara.
Rara sudah putus asa karena barusan saja dia mendengar pengumuman jika sepuluh menit lagi pesawat akan take off sehingga para penumpang harap segera masuk ke dalam kabin.
Rara mengandeng Ali dengan perasaan sedih. Pupus sudah harapan dia untuk pergi kali ini. Setitik air mata jatuh di pipinya namun cepat-cepat dia menghapusnya. Meski hatinya perih dia tidak ingin terlihat lemah di depan putranya.
"Ma, kita tidak jadi pergi jalan-jalan ya?" Tanya Ali pada sang mama begitu bocah itu tahu arah mereka menuju jalan untuk pulang.
Rara menoleh, nematap putranya, "Kita jalan-jalanya besok saja bareng sama papa ya? Sekarang kita pulang dulu." Rara mencoba berbohong.
"Kenapa sih papa tidak datang ma? Harusnya kan kita bisa pergi naik pesawat. Ali kan tidak pernah naik pesawat ma? Kenapa kita mesti nunggu papa segala ma? Apa kita tidak bisa pergi sendiri? Ali sama mama saja tidak usah ngajak papa? Kenapa kita tidak nagajak om Rangga saja? Kita perginya tidak usah sama papa. Kalau sama om Rangga pasti kita sudah naik pesawat dari tadi. Om Rangga kan tidak pernah bohong sama Ali?" Tanya bocah itu yang tampak jelas dia kesal karena liburan nya gagal.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
nyesek ngrbacanya thor😭😭😭😭😭😭😭
2022-08-10
0
firdaus kaharudin
nyesek Thor karena apa yg dirasakan Rara dan Ali aku dan anak ku pernah rasakan 😭😭
2022-05-20
0
Benazier Jasmine
keterlaluan kamu adam, mau gue bogem smpk bonyok loe
2021-12-23
0