Sesudah beberapa hari Rara tinggal di rumah mertua. Eka bilang Rara tidak boleh pulang sampai Adam datang menjemput.
Sebenarnya Rara agak ragu, harap-harap cemas juga. Apakah Adam akan datang atau tidak? Jika tidak kan berarti Rara harus lumutan di rumah mertua.
Meski di rumah Eka dia juga bebas, tapi tetep saja tidak seleluasa ketika kita tinggal di rumah sendiri.
Mungkin mama marah-marah sama Adam hingga membuat Eka sampai mengeluarkan ultimatum seperti itu.
Mama dan papa memang syok saat Rangga bercerita apa yang di lakukan Bu Dewi, istrinya Kamal pada Rara.
Dan Syaputra bilang akan mengurus masalah itu lewat jalur hukum jika memang Bu Dewi tidak mau meminta maaf, karena menurut papa apa yang dilakukan istri Kamal itu adalah bentuk penganiayaan dan penyemaran nama baik. Mengingat semua yang wanita itu lakukan hanya berdasarkan katanya, tidak ada bukti nyata yang dapat meyakinkan tuduhan perselingkuhan itu.
Entah ancaman apa yang Rangga dan Syaputra lakukan kepada istri Kamal, sehingga ke esok harinya Bu Dewi datang menemui Rara di rumah mama Eka untuk minta maaf karena sudah bertindak kasar dan melakukan penganiayaan terhadap dia.
Bahkan prempuan itu juga bersedia membayar semua biaya pengobatan atas luka-luka yang Rara derita.
Wanita itu juga meminta Rara tidak melaporkan perbuatannya pada pihak yang berwajib dan menyelesaikan masalah yang terjadi secara kekeluargaan saja. Bahkan Bu Dewi sampai menangis saat mengatakan jika dia tidak mau di penjara karena perbuatannya.
Sebenarnya Rara begitu sangat sakit hati pada ibu tiga anak itu, tapi lagi-lagi logikanya mengalahkan hatinya, karena bagaimanapun juga jika Rara berkeras hati membawa masalah ini ke penjara berarti sama saja Rara tidak ada bedanya dengan Dewi karena membuat anak-anak Kamal yang kecil-kecil akan terlantar karena tidak ada yang urus.
Nalurinya sebagai seorang ibu dan seorang perempuan membuat Rara memaafkan prempuan berusia empat puluh tahun itu.
Mesti kabar istri Kamal melabrak Rara langsung menyebar di mana-mana, dan menghancurkan nama baiknya seketika yang membuat label pelakor melekat di belakang nama Rara.
Bahkan mulut-mulut julid itu selalu berbisik-bisik di belakangnya setiap Rara lewat. Padahal saat kejadian itu berlangsung tak ada satupun tetangga Rara yang datang ke TKP untuk melerai perkelahian mereka kecuali Rangga.
Tapi bagaimana mereka tahu dan bercerita kejadian itu dengan sama persis seperti yang ada di TKP layaknya siaran ulang.
Membuat Rara curiga jika ternyata tembok rumahnya punya mulut dan telinga. Atau jangan-jangan tetangga Rara ngintip di bawah pagar rumah, Rara juga tidak tahu.
Bukan hanya para tetangga yang heboh, teman-teman di sekolah juga ikut heboh akan kejadian yang menimpanya. Semua bertanya tentang benar tidaknya kejadian yang menimpa Rara atau semua berita itu hanya hoax layaknya informasi pemilihan presiden kemarin, dan alasan kenapa hal itu bisa terjadi.
Rara saja sampai bingung, padahal baru semalam, tapi semua orang bisa tahu apalagi kalau sebulan?
Memang benar kalau cepetnya mulut orang itu melebihi cepetnya roket meluncur ke angkasa. Apa lagi yang beredar berita jelek, walah sedetik saja langsung jadi hot topik.
Membuat Rara menjadi risih juga kesal karena harus mengorek-ngorek luka yang di deritanya guna melakukan konferensi pers agar tidak terjadi salah paham, karena bagaimanapun juga nama baiknya di pertaruhkan disini.
Namun Rara cukup bersyukur karena keluarga suaminya percaya jika dia tidak selingkuh dengan Kamal, sehingga membuat Rara bisa bernafas lega saat di rumah.
***
Apa yang di harapkan mama Eka tercapai, dia dapat memaksa putra tercintanya pulang
Entah apa ancaman yang mertuanya berikan, sehingga Jumat sore, selepas asar Adam sudah ada di rumah.
Rara baru saja selesai sholat ketika sang suami menampakkan wajahnya dari balik pintu,
"Baru sampai mas?" Tanya Rara berbisa basi ketika melihat Adam.
"Iya," jawab pria itu singkat.
Rara langsung beralih mengambil tas kerja suaminya dan mencium punggung tangan Adam seperti biasa saat mereka bertemu.
Di taruhannya tas hitam dari bahan kulit itu di atas meja rias. Sedang Adam membuka jas dan dasinya kemudian menyerahkan ke Rara untuk di gantung dengan hanger seperti biasa.
Rara melihat wajah letih Adam yang habis menempuh perjalanan hampir tiga jam dengan kendaran pribadi dari kantor menuju rumah, lumayan jauh bukan? Jika ashar begini Adam sudah sampai di rumah kemungkinan besar sang suami dari kantor setelah jam istirahat usai.
Adam adalah seorang CEO sebuah prusahaan kontruksi terbesar di kotanya. Agak sia-sia mungkin, dengan gelar cumlaude universitas ternama di Inggris tapi harus bekerja di perusahaan sekecil milik Adam sekarang.
Tapi mau bagaimana lagi. Perusahaan kecil itu saja sudah membuat suaminya jarang pulang apalagi kalau perusahaan besar yang ada di kota besar sana, mungkin Adam bakal kawin lagi.
Huss....khilaf deh Rara. Jangan sampai dia dapat madu yang rasa racun begitu.
Adam menggulung lengan kemeja putihnya hingga batas siku sehingga menampilkan otot-otot lengannya yang kokoh, membuat Rara ingin memeluk lengan itu seraya bersandar pada bahunya, bermanja-manja ria pada sang suami layaknya istri-istri sungguhan. Namun sayangnya itu cuma imajinasi Rara yang jablay, karena nyataannya semua itu tidak akan pernah terjadi.
Kemudian sang suami duduk di tepi ranjang sambil membuka beberapa kancing atas kemejanya.
"Mas mau di bikinkan teh hangat?" Rara menawarkan, karena Adam itu unik jika dia tidak pengen gak bakal mau minum, jadi bagus di tawarkan dulu mau teh atau kopi atau air putih biasa biar tidak mubazir gula dan tenaganya.
"Tidak usah aku tadi sudah minum," jawabnya seraya merebahkan diri diatas kasur untuk istirahat.
"Mas capek, mau Rara pijitin?" Tanya Rara sambil mendekati Adam.
"Boleh," jawab Adam.
Rara langsung melancarkan aksinya memijit kaki suaminya penuh sayang layaknya istri-istri Sholihah.
Adam memang tipe lelaki idaman, selain wajahnya yang ganteng tubuhnya juga sixpack dengan tinggi 183 yang membuat dia terlihat sempurna. Pria itu juga selalu rapi dan wangi membuat Rara betah berlama-lama di sisihnya.
Selain semua kelebihan yang Adam miliki, yang membuat Rara selalu kesal adalah sifat dingin dan cuek Adam yang nauzubillah, belum lagi sombongnya yang gak lebih tinggi dari tugu Monas membuat Rara kadang ingin menyumpahi suami sendiri, belum lagi kata-kata Adam yang setajam silet kalau ngomong.
Duh Rara khilaf lagi. Malah ngebongkar keburukan suaminya.
Gak jadi lanjut guys. Adam itu baik, duitnya banyak dan dia juga gak pelit kalau sama Rara dan Ali. Gak tahu kalau sama yang lain.
Pada dasarnya Rara sama sekali tidak tahu apa-apa tentang suaminya selain kelebihan fisik yang terlihat nyata. Karena selama hampir tujuh tahun pernikahan mereka hubungan kedua tidak terlalu dekat satu sama lain.
"Gimana sekarang hubungan kamu dengan laki-laki itu?" Tanya Adam tiba-tiba sambil menatap lurus Rara yang duduk bersimpuh di dekat kakinya.
"Laki-laki yang mana?" Tanya Rara bingung mendengar pertanyaan suaminya yang rada aneh.
"Laki-laki mana lagi, tentu teman kerjamu yang istrinya marah-marah itu?" Tanya Adam dengan suara datar.
Rara tersenyum, oh berarti mas Adam pulang lantaran mama ngadu masalah Rara padanya. Atau suaminya di marah mama gara-gara kejadian itu, batin Rara.
"Ya mau gimana lagi. Namanya habis berantem pasti jaga jarak dan saling diam."
Kenyataan memang seperti itu, hubungan Rara dengan Kamal langsung merenggang puluhan kilo meter mesti teman Rara itu malam harinya langsung minta maaf lewat WA dan paginya secara langsung, tapi semua itu tidak membuat hubungan mereka langsung membaik seperti semula lagi.
"Makanya sih kamu jadi perempuan itu jangan keganjenan biar gak bikin orang cemburu. Gak usah sok cantik."
Rara menghentikan aksinya memijat kaki Adam. Menatap suaminya dengan ekspresi bingung.
Kok bisa dia malah nyalahin aku begitu, batin Rara.
"Kok mas jadi nyalahin Rara gini? Bukanya membela malah ikut nyalahin gitu," Rara protes, "itu semua salah mas juga, karena gak pernah pulang ke rumah, makanya ada kambing tetangga yang datang," Rara berkilah, "kenapa sih mas gak cari kerja di dekat-dekat sini saja, kan disini juga banyak proyek."
"Kamu jangan ngaco deh Ra, perusahan ku itu perusahaan besar yang karyawannya banyak. Kalau aku ngambil proyek kecil-kecil gitu mau dikasih makan apa anak istri mereka nanti."
"Makan nasi lah, emang mau makan apa lagi?"
"Mana ada untungnya kalau proyek kecil, di bagi juga gak rata."
"Ya habis mas gitu."
"Udah ah, ngobrol sama kamu bukanya bikin aku seneng malah tambah pusing, bikin aku tambah dongkol," ujar Adam marah.
"Rara lagi yang salah," guman Rara pelan.
"Sudah mijitin nya aku mau tidur dulu, kamu pergi sana!" usir Adam pada Rara tanpa rasa terimakasih.
Dengan perasaan dongkol hingga ubun-ubun Rara pergi dari kamar suaminya dan meninggalkan Adam sendiri istirahat di sana.
****
Jika tidur pulas begini Adam menjadi imut seperti Bayi., Rara suka melihatnya. Wajah ganteng itu begitu tenang dan lucu.
Dia ingin membiarkan suaminya tetap terlelap terbuai mimpi, tapi sekarang sudah sore dan sebentar magrib. Menurut orang Jawa pantang kalau magrib-magrib begini tidur, nanti bisa gila katanya.
Mesti hubungan tidur sore sama gila sangat jauh dan menurut Rara juga agak tidak nyambung. Maklum saja lah Rara kan orang matematika jadi segala sesuatu harus bisa di nalar dengan logika, bukan asal saja. Meski begitu untuk membantah juga dia tidak berani, takut kena omel sama mertua.
"Mas bangun sudah sore," Rara membangunkan suaminya, dia mengoyang-goyang bahu lebar itu.
"Ah....aku masih ngantuk," Ucap Adam tetep merem, sambil mengubah posisi tidurnya dari terlentang menjadi miring.
"Mas, ini sudah mau magrib, bangun! Gak boleh tidur magrib-magrib gini," Rara kekeh.
Adam tidak menjawab.
"Bagun heh. Nanti mama marah loh kalau lihat mas Jam segini masih tidur," Rara memberi tahu, "Mas bangun terus mandi. Itu air hangat nya sudah aku siapkan di ember."
"Aku masih males," Jawab Adam mesra.
Adam memang gitu kalau suruh bangun tidur jadi mesra, biar Rara ikut tidur lagi sama dia. Tapi sekarang kan Rara lagi gak tidur dan dia juga tidak mau tergoda dengan rayuan Adam saat ini. Apa lagi sekarang waktunya gak pas, Mau magrib.
"Ya sudah kalau mas gak mau bangun. Tapi jangan salah kan Rara kalau mama sama papa marah ya!" Ancam Rara.
Sambil berjalan menyiapkan baju ganti yang akan Adam gunakan sore ini.
Rara memang begitu, selalu menyiapkan baju ganti untuk suaminya, hal itu diajarkan oleh sang ibu untuk menyiapkan baju ganti bagi suaminya sebagi bentuk bakti suami pada sang istri seperti hal nya ibu yang selalu menyiapkan baju ganti bagi sang ayah.
Kemudian Rara keluar kamar, meninggalkan Adam yang masih tertidur. Dia kembali ke dapur membantu mama mertuanya memasak menu makan malam mereka nanti.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
eza
ya Rata nya juga terlalu naif. kalo udah jadi istri mnfapain pake naik .mobil berdua, makan berdua, kan gak baik.
2022-05-23
0
Reader
ga relaaate ama cewe yg mampu 'makan ganteng', maksudnya bertahan ama suami yg emang good-looking tp lainnya mines (Adam materipun ooooke siiih)...scr bagi umumnya cewe tuu lebi penting kelakuan, fisik oke bgt tp timpang ama kelakuan ogah bertahan...klo cewe bisa dibodohi laki2nyg kerap bermulut manis/ romantis thdnya, tu bs relate krn tu kelemahan umumnya perempuan
2022-05-11
0
Reader
laaagi sok baik, mikirin anak org engga mikir anak sendiri!Laaa kan nanti resiko kena imbas, ibunya diomongin!klo Si Dewi kesetanan itu dipenjara, scr hitam-putih hukum kan tertegaskan bhw gosip itu salah jg gada yg berani menggosipkan!
2022-05-11
0