Lelah menangis Rara meletakkan handphonenya di atas nakas, merebahkan tubuhnya di sebelah Ali, memeluk putranya yang selama ini menjadi kekuatan untuk nya menjalani hari.
Namun saat Rara mulai memejamkan mata, mencoba untuk menjemput mimpi HPnya kembali berbunyi.
Nada dering yang di setinggi dengan volume full menusuk telinganya. Takut Ali bangun karena suara berisi itu maka tangan Rara lekas meraih handphone itu kembali guna mengutuk orang yang tidak punya sopan santun karena menelponnya di tengah malam begini.
Kemarahan Rara seketika sirna ketika melihat nama Rangga muncul di layar ponselnya.
Ada apa? Kenapa Abang menelpon tengah malam begini? Apa ada masalah atau sesuatu? Tanya hati Rara.
Karena tidak biasanya Rangga menelpon malam-malam begini, terlebih lagi posisi adik iparnya sedang di Singapura.
Pikiran buruk tiba-tiba masuk di kepala Rara, membuat ibu satu anak itu cepat-cepat mengeser ikon berwarna hijau dari handphone nya sebagai tanda panggilan masuk di terima.
"Hallo Assalamu'alaikum!" Sapa Rara pada sang penelpon.
"Walaikumsalam Ra, sedang apa?"
"Baru siap-siap mau tidur bang. Abang sendiri sedang apa? Ada apa telpon tengah malam begin?"
"Gak ada apa-apa, Abang cuma lagi susah tidur saja, jadi iseng telpon kamu. Abang gak ganggu waktu istirahat kamu kan Ra?"
Bohong Rangga karena sedari tadi dia memang tidak bisa tidur. Entah kenapa setelah pertemuan nya dengan mantan Adam siang tadi membuat pikiran Rangga penuh dengan sosok Rara dan Ali sehingga membuat pria itu tidak dapat memejamkan mata.
Daripada suntuk sendiri iseng Rangga menelpon Rara, berharap Ali belum tidak sehingga mereka bisa bercanda seperti biasanya.
"Gak bang, Rara juga belum tidur kok, jadi Abang santai saja."
"Hm, makasih ya Ra?"
"Sama-sama."
Lama keduanya saling diam, tidak tahu apa yang mau mereka bicarakan, keduanya sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing sampai akhirnya.
"Ra!"
"Bang!"
Kedua saling memanggil secara bersamaan.
"Abang saja dulu."
"Lady first!" Rangga memberi perintah.
"Kapan Abang pulang?"
"Kenapa? Rara dah kangen sama Abang?" Goda Rangga.
"Bukan cuma tanya saja."
"Oh...Abang pikir kamu kangen. Kurang tahu, kalau gak Senin ya Selasa. Nunggu semua teman-teman selesai mengerjakan tugasnya baru kita pulang. Sabar ya, kalau kangen di tahan dulu."
"Aku gak kangen bang, Abang jangan geer."
"Buka kamu tapi Ali yang kangen sama aku. Kalau kamu sih aku percaya gak bakal kangen."
Sebenarnya aku juga kangen bang, tapi terlalu malu untuk mengakui, kata hati Rara.
"Ra!" Panggil Rangga lagi ketika tidak terdengar suara Rara.
"Iya bang, Rara masih di sini," jawab Rara memberi tahu.
"Bagaimana nilai akreditasi nya? Kemari kamu bilang Minggu ini nilainya keluar bukan?"
"Alhamdulillah bang, sekolah Rara dapat nilai A+. Makasih ya bang," tulus Rara.
"Sama-sama, itu semua kan hasil kerja keras kalian. Oh ya, kata ibu liburan ini kamu mau jalan-jalan kemana?"
"Gak jadi bang," ujar Rara sedih.
"Loh kenapa? Kok gak jadi?" Rangga terkejut mendengar nya.
"Ali gak ada yang jaga di rumah, jadi aku milih gak pergi."
"Lho Ali gak ikut apa?"
"Gak, syarat nya jalan-jalan kali ini gak boleh bawa kelurga. Mana aku dapat tiket gratis PP karena team ku sebagai team terbaik dan terkompak saat akreditasi kemarin, eh malah gak bisa pergi."
Terdengar nada suara Rara yang begitu sedih dan kecewa.
"Kenapa gak minta mas Adam buat jaga Ali sementara waktu, selama kamu gak ada?"
Rara pun bercerita jika Adam tidak bisa menjaga Ali karena pekerjaan nya banyak dan tidak bisa di tinggal kan. Sehingga dia meminta Rara untuk di rumah saja jika Ali memang tidak ikut.
"Ya sudah Ra, Ali kamu bawa saja, biar sekalian dia jalan-jalan liburan sekolah."
"Ih Abang kan udah di bilang syarat gak boleh bawa keluarga," Rara memberi tahu lagi.
"Emm...coba kamu bilang gini sama kepala sekolah dan teman-teman kamu, kalau hadiah tiket perjalanan kamu itu di ganti dengan memperbolehkan Ali ikut serta dalam liburan sekolah kalian. Abang yakin pasti mereka setuju."
"Jadi tiket Rara itu hangus gitu ya?"
"Ya, sebagai gantinya Ali boleh ikut."
Rara mengangguk mengerti mesti Rangga tidak tahu itu.
"Gak masalah kan kalau tiket perjalanan mu tidak cair, yang penting kan Ali bisa ikut liburan bareng kamu. Kalau kamu keberatan biar tiketnya Abang yang ganti deh. Abang yang belikan tiket kamu dan Ali PP."
"Gak usah bang. Rara gak masalah kok tiket Rara gak cair. Yang penting Rara bisa pergi bareng Ali. Toh kalau masalah uang insyaallah Rara ada kok."
Karena nyatanya uang gaji Rara semenjak dia menikah hingga sekarang, hampir tujuh tahun itu utuh tidak di pakai. Karena segala kebutuhan hidup Rara dan rumah tangga mereka di cukupi oleh Adam, sehingga gaji Rara utuh.
Paling berkurang karena di dia kirim untuk ibu dan THR keponakan Rara, itupun tak seberapa banyak.
"Ya, coba saja kamu rembukkan masalah itu sama mereka. Mereka kan rata-rata punya anak dan keluarga pasti bisa memahami posisi kamu."
"Iya bang, besok Rara coba Ngomong sama mereka."
"Ngomong-ngomong kamu liburannya kemana?" Tanya Rangga.
"Ke Yogjakarta bang."
"Oh ya udah nanti kalau Abang pulang, biar Abang langsung ke Yogya buat jemput Ali biar gak ganggu waktu kamu dengan teman-teman kamu yang lain.
Jadi kamu bisa seneng-seneng dengan teman-teman kamu dan aku bisa jalan-jalan sama Ali."
"Iya, maksih ya bang. Makasih udah selalu nolongin Rara."
"Sama-sama Ra. Abang akan selalu ada buat kalian berdua, jadi gak usah kwatir."
Rara mengangguk lagi.
Setelah bercerita dengan Rangga perasaan Rara menjadi lebih tenang ketimbang tadi.
Rangga memang selalu bisa memberikan solusi yang pas saat hati Rara sedang bingung dan ada masalah.
****
Beda Rara dan Rangga beda pula dengan Adam yang ada di apartemen nya.
Katanya mau tidur tapi nyatanya matanya tak mau terpejam.
Kata-kata Rara mengganggu pikirannya membuat kantuk enggan menyapa. Adam hanya berguling ke kiri dan ke kanan di kasur king size miliknya.
Apakah aku memang sebegitu kejam pada istri dan anak ku? Apakah selama ini aku begitu egois pada mereka? Tanya Adam dalam hati.
Sebenarnya Adam juga tidak ingin menjalin hubungan seperti ini. LDR dengan sang istri. Bagaimana pun juga dia lelaki normal, kebutuhan biologis nya kerap kali menyapa tiba-tiba apalagi saat menjelang subuh, sungguh sangat menyiksa.
Namun bagaimana lagi, hatinya belum bisa menerima kehadiran Rara. Dia masih mencintai Maelin, pacaranya ketika di Inggris dulu.
Perbedaan agama yang membuat Eka menentang hubungan mereka hingga berakhir perjodohan Adam dan Rara.
Adam tidak ingin dekat dengan Rara karena dia tidak mau memberi harapan lebih terhadap wanita itu, sehingga tidak terlalu sakit jika suatu saat mereka akan bercerai. Begitu pun juga dengan Ali putranya.
Karena bagaimanapun juga Adam masih mengharapkan suatu saat Maelin akan menjadi istrinya, ibu dari anak-anaknya dan pendamping hidupnya sebagaimana janji yang telah mereka ucapkan dulu saat di pusat kota London.
Mungkin terdengar begitu jahat, tapi itu adalah kenyataan. Dan sekarang setelah tujuh tahun menunggu Maelin tak pernah satupun membalas email yang Adam berikan, membuat pria itu ragu.
Apakah Maelin masih mencintainya seperti dia mencintai gadis itu atau sang pujaan hati sudah menikah dengan pria lain seperti halnya Adam menikah dengan Rara.
Atau memang sudah tiba saatnya Adam harus membuka sedikit hatinya untuk lebih dekat dengan Ali. Menjalin hubungan ayah dan anak layaknya orang lain?
Saat adam bingung harus bagaimana, tanpa sadar jemarinya sudah mengetik pesan kepada Rara, prihal masalah Ali.
"Ais, apa yang barusan aku lakukan."
Panik Adam saat melihat pesannya sudah terkirim.
Cepat-cepat dia mencoba menghapus tulisan itu, namun gagal karena pesannya lebih dulu terbaca oleh Rara.
Pria berusia tiga puluh tiga tahun itu mengacak-acak rambutnya frustasi. Mengutuki kebodohannya yang telah dia lakukan.
****
Siapa yang setuju Rara dan Adam bercerai?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Tuminah tuminah
mendingan bercerai dr slng tersakiti kasihan rara
2023-06-12
0
Maulana ya_Rohman
setujuuuuuuuuuu thor✋✋✋✋✋✋✋✋✋✋✋✋✋✋✋✋✋✋✋✋✋✋
2022-08-10
0
Yuni Shopia
lebih baik adam sama rara pisah, biar rara bahagia sama rangga dn anknga
2022-06-29
0