Siang ini, Rara mengajak putra nya Ali berkunjung ke rumah mama Eka. Karena sudah seminggu Rara tidak main kesana dan Eka sangat merindukan cucunya.
Kemarin saat video call Eka bilang, kalau Rangga ada di rumah dan pria itu punya banyak oleh-oleh untuk Ali sehingga membuat anak Rara tidak sabaran untuk datang ke rumah sang nenek.
Berujung begitu Rara pulang sekolah langsung di seret Ali, diajak pergi ke rumah keluarga Syaputra yang berada di kecamatan sebelah.
"Assalamu'alaikum!" Rara dan Ali sama-sama mengucap salam bersamaan saat keduanya sudah berada di depan pintu rumah mama Eka.
"Walaikumsalam," jawab suara dari dalam rumah, yang bersamaan dengan munculnya sosok tampan dari balik pintu kuning gading itu.
"Om... Rangga," ujar Ali langsung memeluk Rangga yang ada di depan mereka.
"Apa kabar boy!" Sapa Rangga balas memeluk Ali.
"Baik om, sehat," ucap bocah itu, "om apa kabar?"
"Om juga baik dong boy," balas Rangga seraya mengendong keponakannya, membawa masuk ke dalam rumah dengan diselingi canda dan tawa kedua.
Rara yang melihat itu tersenyum bahagia, dalam hati dia sangat bersyukur melihat adik iparnya begitu sangat sayang pada putranya, sehingga bisa mengobati rasa rindu Ali pada sosok ayah yang tidak pernah dia dapatkan dari Adam sang papa.
Menutup Pintu ruang tamu kembali, Rara mengikuti langkah kedua lelaki itu menuju dimana ruang keluarga berada.
**
"Kok sepi bang, mama dan papa kemana?" Tanya Rara saat tidak melihat bapak dan ibu mertua di rumah.
"Mereka pergi ke kondangan. Katanya anak teman papa ada yang menikah."
"Oh...," Rara membulatkan mulutnya.
"Kenapa?"
"Gak ada, cuma tanya aja. Jadi Abang di rumah sendiri sekarang?"
"Gak, itu di belakang ada mbak, dia lagi nyuci baju."
"Oh..." Jawab Rara pendek.
"Turun dulu boy, oom punya main baru buat kamu. Oom ambil dulu di kamar," ujar Rangga sambil menurunkan Ali dari gendongan nya.
"Nanti aja lah om, Ali masih mau sama om Rangga. Oom duduk aja Disini. Ali mau main youTube aja," ujar bocah itu.
Meminta Rangga duduk di sofa, dan tak lupa tangan anak Rara mengambil handphone milik Rangga yang tergeletak di meja depan ruang tengah lalu bocah itu tiduran di pangkuannya Rangga seraya membuka aplikasi YouTube dari handphone seharga belasan juta milik sang Oom.
Menuruti permintaan ponakannya, Rangga pun duduk di sofa panjang seperti yang Ali minta. Tak lupa tangannya aktif mengelu-elukan rambut bocah yang banyak mau itu penuh sayang.
"Abang gak kerja?" Tanya Rara saat mereka bertiga sudah duduk di sofa ruang tengah sambil menonton TV, karena gak biasanya Rangga ada di rumah ketika bukan week end.
"Abang lagi libur."
"Tumben? Biasanya paling sulit buat libur."
"Iya, karena begitu selesai akreditasi Abang dapat jatah libur satu Minggu. Makanya ku suruh Ali main ke sini, biar Abang gak suntuk di rumah."
"Oh gitu. Patas saja kata mama kemarin ada Abang di rumah, ternyata lagi liburan."
Rangga mengaguk, "kamu sendiri apa kabar? Gimana kabar sekolah mu?" Rangga balik bertanya
"Rara baik-baik saja bang. Sekarang di sekolah baru ujian semester."
"Kalau nilai akreditasinya gimana? Sudah keluar apa belum?"
"Kan Abang yang kasih nilai. Nah buat sekolah Rara udah keluar belum?" Tanya Rara sambil menoleh pada Rangga.
"Kalau Abang sih, begitu selesai, langsung Abang kasih nilai, tapi di kirim dulu ke dinas baru nanti orang dinas yang kasihkan nilainya sama kepsek masing-masing sekolah."
"Gitu ya."
Rangga meng iyakan.
"Kalau gitu, kayaknya belum deh bang. Soalnya kepala sekolah belum bilang apa-apa tentang akreditasi sekolah, berarti kan memang nilainya belum keluar."
Kerena sekarang ini sekolah Rara masih adem ayem saja dengan ujian semester, dan pak Burhan juga tidak ada ngomong apa-apa. Padahal janjinya kemarin siapa tim yang terkompak dan mendapatkan nilai terbaik saat akreditasi akan mendapatkan tiket liburan gratis saat mereka pergi jalan-jalan liburan sekolah besok.
Jika sampai sekarang pak Burhan belum ada Ngomong kan artinya nilai akreditasi belum keluar, bukan kah begitu?
Saat membahas nilai dan penilaian, tiba-tiba Rara teringat permainan Rika untuk di comblangin pada Rangga, membuat istri Adam itu mengutarakan maksud hatinya pada sang adik ipar.
"Bang, Abang inget dengan teman Rara yang namanya Rika gak? Cewek yang kemarin pas akreditasi berada di Bagain standar proses itu loh?" Tanya Rara.
Menoleh pada sang kakak ipar yang berada di ujung sofa Rangga pun bertanya, "yang mana Ra? Abang lupa. Terlalu banyak perempuan yang Abang temui, jadi Abang tidak ingat satu persatu. Ada fotonya tidak?"
Mengambil handphone dari dompet yang ada di lengan sofa, Rara menunjukkan foto Rika yang ada di galeri pada sang adik ipar.
"Yang ini loh bang, cewek yang pakai hijab ungu," ujarnya sambil mengeser handphone guna memberitahu sosok Rika pada pria itu.
"Oh...cewek cantik yang cerewet itu," ujar Rangga mengomentari Rika yang memang banyak omong.
Rara mengangguk, "dia naksir sama Abang. Abang mau gak kenalan sama dia?"
"Gak," jawab Rangga to poin.
Membuat Rara kaget akan jawaban Rangga yang terus terang itu.
"Kenapa?" Tanya Rara yang begitu penasaran dengan adik suaminya.
"Dia bukan tipe Abang. Lagipula abang sudah ada cewek yang Abang suka dan Abang cinta Ra."
"Jadi selama ini Abang punya pacar? Siapa? Kok gak pernah di kenalin sama kita semua?" Tanya Rara dengan suara di buat seantusias mungkin.
Padahal dalam hati Rara yang paling dalam begitu sangat sedih saat mendapati kenyataan jika Rangga sudah punya kekasih. Entah kenapa Rara merasa seperti itu, padahal untuk dia bersama dengan Rangga itu tidak mungkin mengingat seratus dia sebagai istri Adam.
Namun sejauh ini Rara terlalu nyaman dengan sosok Rangga yang selalu ada untuk dia dan anaknya, sehingga terbesit rasa tidak rela jika pria itu harus menikah. Mungkin terdengar egois dan jahat tapi itulah kenyataannya yang terjadi. Rara senang dengan kesendirian Rangga saat ini.
"Ada, besok kalau sudah waktunya Abang kenalkan dia pada kalian semua."
"Kapan bang? Jangan lama-lama ya?!"
"Hm."
"Kira-kira Rara kenal gak sama dia? Dia orangnya kayak apa? Orang mana?" Tanya Rara antusias, "Cantik mana dia sama aku?" Tanya ibu satu anak itu dengan suara pelan, saat bertanya masalah cantik mana dia sama aku.
"Apa Ra?" Rangga mencondongkan tubuhnya mendekati Rara, guna memastikan telinganya berfungsi dengan benar atau tidak, "Rara bilang apa tadi?"
"Gak ada, Rara gak bilang apa-apa," elak prempuan itu.
"Bohong, Abang denger tadi. Rara tanya cantik mana dia sama kamu gitu?" Todong Rangga.
"Gak ada ah. Rara gak Ngomong gitu," elak Rara, "Abang salah dengar kali," tolaknya gak mau ngaku.
Mampus kamu Ra, kedengeran kan sama Rangga, kamu sih jadi orang baper banget. Emang iya Rangga masih suka sama kamu, ngarep loh, batin Rara dalam hati.
"Alah bohong! Ayo ngaku? Pepet Rangga yang membuat wajah Rara memerah.
Meski begitu mama Ali tetap tidak mau mengakui ucapan.
Tidak menanggapi ucapan Rangga, Rara berdiri dari duduknya sambil mengibas-ngibaskan hijab Bagain depannya ke dada sebagai tandasnya kalau dia kepanasan.
"Boy, kamu haus gak? Biar mama bikinkan es teh?" Tanya Rara pada Ali yang sedang tiduran di pangkuannya Rangga sambil melihat YouTube dari HP sang Oom.
"Mau ma, tapi es jeruk saja ya ma, bukan es teh," rikues anak lelaki Rara, "om mau tidak?" Tanya Ali sambil mendongak menatap wajah Rangga.
"Mau boy, tapi om minta susu hangat nya," jawab Rangga seraya mengerlingkan matanya pada Rara.
Membuat istri Adam itu membulatkan matanya sewot, "dasar ganjen," ujar prempuan itu lalu pergi ke dapur membuat minuman dingin untuk mereka semua.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Suzzie Liana
dr awal part terlalu cerewet sedangkan tentang adam sm sekali ga ada kulikan nya .. ini pasti authornya tipe ceriwis ya thor hehe 😀
2022-06-01
0
Suherni Indriasari
ini mah cerita sekolahan we,, cerita tokoh utama cowo nya ( Adam) belum nongol,,,
2021-10-10
3