Dengan perasaan malas Adam turun dari tempat tidur, kemudian mengambil handuk yang terlipat rapi disebelah kakinya bersama dengan baju ganti yang sudah sang istri siapkan. Dia melangkah ke kamar mandi.
Meski tidak membuka mata bukan berarti Adam tidak mendengar apa yang Rara katakan. Tentu saja dia tahu, jika magrib dirinya masih tidur mama pasti bakal ngomel dan marah-marah, tentu itu akan membuat dia malu jika sampai dimarahi orang tua di depan putranya, Ali.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian yaitu Kaos putih polos di padu dengan celana Chino pendek berwarna cream, Adam berjalan menuju dapur dimana sang istri berada.
"Ra, mas bikinkan teh dan antara ke meja belakang!" Pintanya pada Rara yang langsung di jawab anggukan oleh sang istri.
Tak seberapa lama setelah Adam menjatuhkan tubuhnya pada kursi di teras belakang, Rara datang membawa nampan kecil berisi secangkir teh jangan stoples kecil kue kering, yang memang selalu tersedia setoknya di rumah untuk teman minum teh ataupun kopi.
"Ali kemana?" Tanya Adam pada sang istri yang sedang menyuguhkan teh untuk suami tercinta.
"Ada, tadi main sama Rangga," ucap Rara sambil melihat kiri kanan untuk mencari dimana anaknya berada.
"Mungkin sekarang ada di halaman depan, karena tadi aku dengan mereka mau main mobil remote," tutur Rara menjelaskan, saat dia tidak melihat Ali di belakang rumah.
Baru saja Rara selesai bicara, sudah terdengar suara orang yang mereka cari dari halaman samping rumah. Disusun dua tubuh lelaki beda usia yang sedang asik bermain balapan mobil remote di selingi canda dan tawa dari kedua.
Tampak oleh Adam, Ali memukuli bahu Rangga dengan kesal karena mobil miliknya guling akibat di tabrak oleh mobil Rangga yang bodinya lebih kecil.
"Ah, om gitu mainnya licik. Masak mobil aku di bikin guling," komen Ali tidak terima.
"Namanya juga balapan boy, kan pakai cara biar bisa menang."
"Tapi kan gak di gulingkan juga mobilnya," Ali cemberut lucu
Sedang Rangga terkekeh.
"Sekarang aku mau kita ganti mobil. Om pakai yang ini."
Ali menyerahkan remote kontrol mobil off-road miliknya pada Rangga, begitu pun sebaliknya Rangga menyerah remote kontrol mobil Ferrari miliknya pada Ali.
"Mulai balapan lagi ya?" Pinta anak Rara.
"Tunggu, tunggu boy, tunggu," pinta Rangga pada sang ponakan.
"Apa lagi si om?"
"Kayaknya om mainnya udahan deh, soalnya bentar lagi mau magrib jadi om bubar aja, gak ikut balapan," ujar Rangga yang langsung mendapat amukan dari keponakannya karena merasa di kerjain oleh sang Oom.
Berakhir kedua orang yang Adam sayang itu saling kejar-kejaran di halaman belakang sambil tertawa.
Adam terseyum melihatnya. Dia baru sadar jika sekarang putranya sudah tumbuh besar. Ada perasaan sedikit menyesal di hati karena sudah kehilangan banyak momen berharga saat tubuh kembang sang buah hati.
****
Adzan magrib berkumandang, terdengar dari masjid ke masjid. Begitu juga dari masjid yang berada tak jauh dari rumah sang papa. Ali dan Rangga yang semula asik bermain pun menghentikan aksinya. Kedua berlari ke arah kran air yang ada di belakang rumah untuk mengambil wudhu.
Tak lupa, itu pun di lakukan sambil bermain air, sehingga membuat baju dan tubuh putranya basah kuyup akibat ulah Rangga yang menyiratkan air pada sang ponakan, begitu sebaliknya, Ali jug tidak mau kalah, dia membalas aksi Rangga. Lantas bocah kecil itu berlari menjauh dari kran sebelum kena siram oleh Rangga lagi.
"Mama....!" Teriak Ali memanggil Rara begitu masuk pintu dapur.
Rara yang baru menaruh piring sayur di atas meja makan langsung menatap sang putra,
"Ya ampun Ali, kenapa baju kamu basah semua nak?" Tanya Rara heran melihat anaknya.
"Om Rangga yang siram aku ma," adu bocah itu.
"Ya udah sana ke kamar, ganti baju terus pergi ke masjid. Bisa ambil baju sendiri kan?" Tanya Rara.
Ali mengaguk, "bisa ma."
"Anak pinter," Rara mengusap kepala putranya pelan, kemudian membiarkan anak kecil itu berlari masuk kedalam mereka.
Namun baru beberapa saat sudah terdengar suara Ali lagi.
"Mama!"
Teriak Ali dari kamar memanggil sang mama di dapur, "bajunya gak ada," adu bocah itu.
Membuat Adam yang semula duduk, jadi bangkit berdiri menemui anaknya.
Adam menghampiri putranya yang sudah membuka lemari baju di kamar.
"Ada apa?" Tanya dia pada Ali.
"Ali mau ke masjid sama om Rangga, pa. Tapi bajunya gak ada."
Ucap bocah itu mengadu pada Adam yang kini sudah berdiri di sebelahnya.
Adam mengambilkan baju Koko putranya dari lemari pakaian lalu menyerahkan ke Ali.
"Ini ada baju kamu."
"Bukan yang ini pa," Tolak Ali.
"Terus baju mana?"
"Baju Koko Ali yang warna putih."
Adam mengembalikan baju Koko warna gray yang dia pegang ke lemari, lalu mengambilkan baju Koko putih milik putranya.
"Ini."
"Bukan pa, yang lengan panjang," Tolaknya lagi.
Lalu anak itu pergi menuju pintu, membuka pintu kamar, melongokkan kepalanya keluar dan berteriak,
"Mama....baju Koko Ali yang baru mana?" Tanyanya pada Rara yang masih ada di luar kamar.
Tak seberapa lama kemudian Rara datang, masuk ke kamar dan menghampiri mereka. Mencari baju sesuai permintaan putranya dari dalam lemari.
Saat Rara sibuk mencari baju itu, Ali sudah menarik sarung hitam miliknya dari tumpukan baju yang lain, membuat baju-baju di lemari menjadi berantakan.
"Buruan mama, Ali mau pakai sarung juga. Kata om Rangga kita harus seragam," Omel sang anak pada sang ibu.
"Sini biar papa yang pakaikan sarungnya," Pinta Adam pada Ali, meminta anak kecil itu mendekati dirinya.
"Memang Ali punya baju Koko putih lengan panjang, Ra?" Tanya Adam, sambil tangannya tetap aktif memakai sarung pada tubuh kecil putranya.
Soalnya seingat dia baju Koko warna putih milik Ali itu lengan pendek dan yang panjang Koko warna grey. Seenggaknya itu baju copelan mereka berdua.
"Ada mas, Rangga yang membelikan kemarin. Sebagai hadiah ulang tahun Ali. Lengkap dengan sarung dan pecinya. Tapi aku lupa naruh, entah di rumah sini atau rumah sana," Ujar Rara sambil terus sibuk mencari baju Koko anaknya.
"Ali pakai baju ini saja dulu ya. Baju yang dari om Rangga mama lupa naruh," ujar Rara sambil menunjukkan baju Koko putih lengan pendek yang tadi sempat Adam berikan.
"Gak mau. Ali mau baju dari om Rangga, mama. Kita mau seragam ke masjidnya," Protes anak itu, keras kepala mirip Adam.
Rara, membuka lemari gantung dua pintu milik Adam lalu memilah-milih baju yang ada di sana.
"Nih ketemu!" Ujarnya senang, sambil membuka semua kancing dan memakai kan ke tubuh kecil Ali.
Setelah mengambil peci putih di atas nakas, Ali berpamitan kepada Rara dan Adam, mencium tangan mereka berdua bergantian kemudian bocah itu berlari keluar kamar.
"Om... ayo cepetan, nanti keburu pak imamnya datang!" Teriak Ali sambil mengetuk pintu kamar Rangga, yang berada tepat di sebelah kamar Adam.
Adam heran melihat putranya yang sangat cerewet itu, tidak seperti dirinya saat masih kecil yang kata mama kalem.
Sifat Ali sangat berbeda dengan Adam yang lebih cenderung ke pendiam. Ali sangat ramah dan riang. Anaknya juga aktif mirip dengan tingkah Rangga yang menurut Adam sangat menyebalkan itu.
Yang menunjukkan jika Ali itu anaknya adalah wajah bocah laki-laki itu yang merupakan fotocopy wajah Adam saat kecil, cuma beda mata saja. Mata Ali bulat bening seperti mata Rara.
Rangga keluar dari kamar dan langsung mengandeng tangan bocah enam tahun itu. Penampilan mereka sama, baju Koko putih lengan panjang dipadukan dengan sarung warna hitam dan peci putih.
Keduanya bergandengan menuju motor metik milik Mama Eka yang terparkir di teras depan. Kemudian pergi menuju masjid yang jaraknya kurang dari 200 m.
Melihat kepergian dua orang itu membuat Adam merasa cemburu. Merasa jika dia sudah menjauh dari bocah laki-laki yang berstatus putranya.
Tidak mau larut dengan kesedihannya Adam kembali masuk ke dalam rumah untuk wudhu dan sholat magrib berjamaah dengan anggota keluarga yang lain.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
wah syg bgt
2021-12-16
0
Ririn Savetalyana
nyeselkan, pikirin z tu melanien
2021-10-26
1
N⃟ʲᵃᵃ࿐𝕴𝖘𝖒𝖎ⁱˢˢ༄༅⃟𝐐
,👍👍👍👍
2021-09-05
1