Capek, itu yang Rara rasakan. Hari ini sungguh hari yang berat untuk ibu satu anak itu. Penilaian hari ini sangat menegangkan, dan hal itu masih harus berlanjut hingga besok. Tadi Rara sudah maju dengan pengawasan pak Azmi dan besok giliran maju di depan Rangga. Mungkin dengan Rangga dia bisa sedikit lebih santai, meski Rara tahu kalau Rangga juga tidak kalah serem dengan pak Azmi. Karena kalau urusan masalah nilai dan penilaian Rangga itu paling susah di tawar, jadi jangan ngarep Rangga bakal ngasih belas kasihan karena pria itu paling benci dengan KKN (korupsi, kolusi, Nepotisme).
Jam enam sore dia baru pulang dari sekolah, menstater motornya Rara memacu kendaraan beroda dua itu menuju rumah mertuanya untuk menjemput Ali disana.
"Assalamu'alaikum," ujar Rara mengucapkan salam begitu dirinya sampai di depan pintu berwarna kuning gading itu.
"Walaikumsalam," jawab suara dari dalam yang bersamaan dengan munculnya Rangga dari balik pintu.
Dengan wajah lelah, Rangga tersenyum manis saat melihat Rara datang "capek ya?" Tanya pria itu tanpa rasa dosa sedikit pun.
"Ini semua salah Abang," sungut Rara sambil berlalu masuk kedalam ruang tamu. Meskipun status Rangga itu adik ipar tapi Rara sudah terbiasa menyapa pria itu dengan Panggilan Abang, selain karena Rangga lebih tua dari Rara hal itu juga sudah menjadi kebiasaan Rara dari jaman kuliah dulu jadi susah move on hehehe.
Bukanya marah Rangga malah terbahak melihat tingkah kakak iparnya.
"Kok bisa Abang yang salah? Emang dimana letak salah Abang Ra? Abang kan gak ngapa-ngapain kamu?" Tanya pria single itu sambil mengikuti langkah Rara dari belakang.
Rara menghentikan langkahnya tiba-tiba dan memutar tubuhnya seketika menghadap kearah belakang, membuat Rangga yang berjalan hampir menumbur dirinya jika remnya tidak pakem.
"Coba abang pikir dimana letak salah Abang baru temui Rara lagi."
"Kagak mau, otak Abang udah capek mikir, Rara aja yang kasih tahu langsung," pinta pria itu.
"Tahu ah, bodoh, terserah Abang saja," omel Rara lanjut masuk ke ruang keluarga.
Keributan yang mereka berdua lakukan membuat Eka dan Syaputra yang ada di belakang keluar menghapiri mereka berdua.
"Ada apa ini? Kenapa baru pulang udah pada berantem gini?" Tanya Eka pada keduanya.
"Ini mah, Abang tuh yang mulai duluan," adu Rara.
"Kok Abang sih Ra?" Protes Rangga.
"Ya emang Abang kan yang salah."
"Emang Rangga kenapa Ra? Kok sampai kamu kesel gitu?" Tanya Saputra penasaran.
"Abang tuh jadi tim asesor akreditasi di sekolah Rara pa, dan teganya dia itu gak ngomong apa-apa sama Rara. Padahal kemarin-kemarin dia telpon Rara terus tapi bisa-bisa nya dia gak kasih tahu Rara kalau yang jadi asesor di sekolah itu dia."
"Lha terus kenapa kalau asesor nya itu Rangga, Ra?" Tanya Eka.
"Tahu tuh kenapa?" Tanya Rangga.
"Kamu mau minta nilai lebih?" Tanya Syaputra lagi.
"Bukan pa."
"Terus?" Lanjut Rangga.
"Ya biar Rara gak tengang banget ngahapinnya. Karena semalaman Rara sampai gak bisa tidur gara-gara membayangkan siapa yang akan menilai sekolah Rara besok. Masalahnya tugas Rara paling berat diantara guru-guru yang lain. Kan Rara jadi grogi banget," jujur Rara pada semua orang yang ada.
Dan sialnya kejujuran itu malah di tertawakan oleh mereka bertiga, terutama Rangga adik ipar sialan itu. Pasti mereka bertiga membayangkan betapa lucunya Rara dikala itu.
"Lagi pula kamu itu lucu. Ngadapin tim asesor saja pakai grogi segala, Kayak bocah saja. Padahal kalau salah juga tidak di marah, paling cuma dikasih tahu kalau ini salah dan yang benar kayak gini bukan begitu."
"Tapi kan masuknya ke nilai sekolah Rara, bang."
"Ya terus, kalau Abang kasih tahu itu namanya tidak fair dong dengan yang lain. Kan sekolah yang lain juga tidak ada yang kenal sama Abang," Rangga membela diri.
Rara cemberut
"Sudah-sudah, jangan pada ribut mending kalian pada mandi sana, trus kita sholat magrib berjamaah. Lihat tuh Ali sudah nungguin kalian dari tadi," ujar Eka memberi tahu.
"Kamu juga salah Ga. Apa salahnya kalau ngasih bocoran sedikit ke Rara kalau kamu yang datang. Kan itu juga tidak dosa. Lah wong Rara juga tidak minta kamu naikan nilai buat dia kok," lanjut Eka membela Rara.
Rara mengangguk setuju dengan usulan sang mama mertua, yang emang cocok kalau suruh belain Rara gini.
"Iya deh, lagi pula kamu sekarang juga sudah tahu kan kalau besok aku yang akan memeriksa hasil kerja kamu, dan kamu juga sudah tidak grogi lagi kan?" Tanya Rangga, "bisa langsung tidur nyenyak deh kami nanti malam, tanpa harus membayangkan wajah serem ku saat marah-marah sama kamu," Goda Rangga pada Rara.
Yang di jawab anggukan oleh Rara. Kemudian mereka berempat bubar dan masuk kamar masing-masing untuk membersihkan diri sebelum sholat magrib berjamaah.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
masih nyimak thor
2022-08-10
0
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
hadir kk salam dari my husband is my Secret lover
2021-12-10
1
Umaymay Sifa
masih mnyimak
2021-12-08
0