Dalam suasana hati yang begitu sedih ini otak Rara jadi oleng, dia menggatalkan kata seandainya.
Seandainya dia tidak menikah dengan Adam, mungkin kah hidup nya akan lebih bahagia dari sekarang? Seandainya dia menolak lamaran itu dan memilih kekasihnya mungkin kah Rara tidak akan sesedih ini? Mungkin kah dia selalu tersenyum, mungkin kah dia tidak akan tersakiti begini? Begitu banyak kata mungkin yang membuat hati ibu satu anak itu tersayat pilu.
Pikir Rara kembali mengingat kejadian tujuh tahun silam dimana saat sang ibu menyampaikan kabar bahagia yang berujung duka lara seperti ini sekarang.
Flashback on.
Baru satu bulan Rara lulus kuliah. Bahkan dirinya juga belum bekerja.
Malam itu ibunya datang ke kamar menghapiri Rara yang sedang BBM-an dengan sang pujaan hati.
Ayu berkata jika om Syaputra sahabat ayahnya akan datang ke rumah guna melamar Rara untuk putra beliau.
Rara yang sudah punya pacar tentu menolak perjodohan itu. Karena dia sudah berjanji pada pacarnya kalau Rara bersedia menunggu pria itu selesai kuliah S2. Dan sang ke kekasih hati juga sudah berjanji pada Rara jika begitu mendapatkan izasah S2 bakal langsung datang ke rumah untuk melamar.
Namun kata ibu perjodohan Rara dengan anak om Syaputra adalah amat terakhir mendiang ayahnya yang sudah berjanji bakal menikahkan Rara dengan putra dari sahabatnya. Dan permintaan itu membuat hati Rara teramat sedih.
Jika dia menerima maka Rara berhiyanat pada pacarnya, tapi jika dia menolak maka Rara tidak menuruti amanah sang ayah.
Sebagai seorang anak yang di besarkan dengan penuh kasih sayang dan bakti kepada ayah ibu, tentu Rara tidak ingin melihat ayahnya yang sudah tenang di sana menjadi sedih karena dia tidak menjalankan amanah itu, sehingga membuat Rara meminta waktu seminggu untuk memikirkan masalah lamaran tersebut.
Dalam penantiannya Rara menghubungi sang kekasih hati dan mengatakan jika ada pria yang melamar dirinya, juga mengatakan jika pernikahan Rara dengan lelaki itu adalah amanat dari sang ayah.
"Lalu bagaimana Ra, bukankah Abang sebentar lagi lulus, kenapa Rara harus menikah sama orang lain? Bukankah Rara juga sudah berjanji sama Abang bakal menunggu."
Terdengar suara pria itu serak begitu mendengar infor jika kekasih hatinya akan menikah dengan orang lain.
"Rara juga tidak tahu bang. Rara maunya nikah sama Abang, bukan sama dia. Sekarang Rara harus bagaimana? Atau Abang datang saja ke sini lamar Rara sekarang juga."
"Tidak apa-apa Abang datang tanpa bawa izasah S2 Ra? Karena itu janji Abang sama om Heru?"
Rara terdiam, dia juga tidak tahu apa yang harus di lakukannya karena jelas Rara tahu janji yang pria ucapkan pada ayahnya dan sekarang pernikahan Rara dengan anak om Syaputra juga atas amanah ayahnya.
Sekarang, bisakah Rara mengabaikan permainan sang ayah dan menikah dengan pacaranya? Bisakah dia menanggung rasa bersalah itu? Atau apakah pernikahan Rara yang tidak mendapat restu itu akan berujung bahagia?
Tidak mendapatkan Jawaban dari semua pertanyaan yang hinggap di benaknya, begitu pun pacaranya yang belum bisa memberikan jawaban akhirnya Rara memberi waktu untuk Rangga berfikir.
Namun mungkin takdir hubungan mereka cukup sampai disini, karena belum satu Minggu Syaputra sudah kembali datang ke rumah untuk menagih Jawab Rara.
Rara yang tidak tahu harus menolak atau menerima memilih diam dan disitu lah kesalah pahaman terjadi. Rara tidak tahu jika diamnya anak gadis saat di lamar berarti iya.
Rangga yang merasa di hianati akhirnya marah dan mengacuhkan Rara.
Namun sang kekasih hati yang terus-menerus menangis dan meminta nya untuk menyelamatkan dia dari perjodohan itu membuat Rangga tidak bisa menutup mata dari itu semua.
"Datanglah bang, bawa aku pergi dari sini!" Pinta Rara diantara Isak tangisnya.
"Abang tidak mau Ra, Abang tidak mau mempermalukan keluarga kamu dan menyakiti hati calon suami kamu, Ra."
"Tapi Rara mau sama Abang, bukan sama dia. Apakah Abang rela jika aku bersanding bersamanya, menikah dengan dia, bukan dengan Abang?"
"Tapi kamu sudah terlanjur meng iyakan pinangan itu, dan haram hukumnya seorang pria yang melamar wanita yang sudah di lamar pria lain, bukankah kamu tahu itu Ra?"
"Tapi Rara mau sama Abang, bukan sama dia. Apa Abang tega lihat Rara tidak bahagia?
Jika memang Abang tidak benar-benar sayang dan cinta pada ku ya sudah, biar Rara hadapi semua ini sendiri, Abang tidak usah perduli lagi padaku. Mungkin ini yang terbaik buat ku, aku harus menikah dengan pria lain ketimbang mempertahankan pria pengecut seperti Abang. Mungkin keputusan ayah nikahkan Rara sama orang lain adalah pilihan yang tepat karena Abang memang tidak bertanggung jawab dan tidak bisa di percayai."
Marah Rara karena rasa putus asa yang menusuk jiwanya.
"Baiklah. Abang akan datang dan membawa mu pergi!" Ucap Rangga tegas.
Membuat Rara bisa tersenyum bahagia karena janji Rangga.
Hingga menjelang hari H Rangga belum juga datang, meski begitu Rara tidak kecewa karena dia tahu perjuangan sang kekasih untuk menjemput nya tidak mudah dan Rangga pun berkata jika dia sudah dalam perjalanan ke rumah Rara.
"Rara menunggu bang. Rara menunggu Abang membawa Rara pergi dari sini," Pintanya lewat telpon sambil menangis.
Rara sangat berharap pria itu bisa membawanya pergi dari altar pernikahan, tapi ternyata semua sia-sia. Pria itu datang terlambat. Dia datang tepat saat Adam sudah mengucap janji suci padanya.
Adam mengucapkan ijab qobul dengan jelas dan tegas sehingga membuat semua orang terkesima. Rara yang kala itu yang sedang asik mencari sang kekasih diantara para tamu undangan yang hadir tidak terlalu fokus dengan apa yang di ucapkan Adam. Sehingga Dia sadar saat semua orang di sekelilingnya mengucapkan "SAH" secara berbarengan.
Saat itu Rara langsung menangis. Dia tidak menyangka cintanya yang dia pertahankan selama empat tahun harus kandas di tengah jalan. Dia harus menikah dengan pria lain.
Bersamaan dengan itu Rara melihat Rangga yang datang dengan nafas memburu dan peluh bercucuran, baju basah oleh keringat. Mungkin dia habis berlari jarak jauh.
Semua membuat tangis Rara makin pilu. Dia harus kehilangan separuh dari jiwanya.
Namun dia tetap harus menerima pernikahan itu dan menerima Adam sebagai suaminya.
Sangat berat buat Rara membunuh rasa cintanya itu, benar-benar berat membutuhkan perjuangan yang sulit untuk mengeluarkan sosok sang mantan dari hatinya.
Apalagi setelah Rara di boyong kerumah mertuanya dan tahu jika ternyata Rangga dan Adam itu bersaudara, membuat hati Rara semakin tertula-tula.
Sedih menyesal tak dapat di ungkapkan oleh kata-kata karena setiap hari harus melihat mantanya.
Ingin setiap Rara masuk kamar dia berlari kekamar Rangga yang berada tepat di kamar Adam sang suami. Namun lagi-lagi iman di dada selalu melarang dia berbuat zina.
Rara tidak menyangka jika cintanya harus salah kamar. Dia yang seharusnya jadi adik ipar harus masuk kamar menjadi kakak ipar.
Satu bulan tinggal bersama mertua Rara belum bisa menerima Adam. Dia belum bisa melayani Adam dengan sepenuhnya layaknya sepasang suami istri. Tapi Adam selalu bersabar dan tidak menuntutnya.
Sampai akhirnya Adam membeli sebuah rumah baru di dekat rumah mertuanya untuk mereka tinggal.
Disamakan Rara baru mengabdikan hidupnya sebagai istri Adam dengan sepenuh jiwa dan raganya dan Rara hamil setelah mejalani kewajibannya sebagai istri.
Hamil Ali, Putranya yang sekarang dan mulai hidup sebagai ibu tunggal karena Adam sibuk bekerja.
Flashback off.
Sekarang seandainya Rara tidak menikah dengan Adam mungkin dia bahagia dengan Rangga?
Mungkinkah pernikahan nya tidak penuh drama dan air mata seperti ini?
*****
Beri hadiah bunga atau kopi
Jika suka pada bab ini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Aliya Jazila
kasihan rara
2023-01-17
0
Neng iren
terima takdirmu Ra mngkn sdh jlnya sprti itu yg pntg Adam Gk berkhianat
2021-09-19
1
tutut puput
lanjutkan
2021-09-07
1