Kamal
Itu nama yang tertera dalam layar HPnya.
"Nak, kamu main sendiri dulu ya, mama mau angkat telpon dulu," izin Rara pada putranya sebelum ibu satu anak itu mengeser icon hijau di Handphone nya.
"Iya ma," jawab Ali yang membuat Rara berjalan menjauhi sang anak guna menjawab telepon masuk.
"Hallo, Assalamu'alaikum!" sapa Rara ramah.
"Walaikumsalam," ujar Kamal di sebrang sana.
"Ada kepentingan apa ya pak kok sore-sore gini telpon?" Tanya Rara begitu telpon tersambung.
"Mau tanya soal Ra. Soal yang Kemarin sudah diambil atau belum Ra?"
"Sepertinya belum deh pak, soalnya kuitansinya masih ada sama saya."
"Memang kamu tidak nyuruh awal untuk ngambil soal-soal itu? Atau pihak fotocopy yang belum ngabarin kalau soalnya sudah jadi?"
"Pihak fotocopy sudah kasih kabar sama saya pak, kemarin, dan saya juga sudah nyuruh Awal ngambil soal-soal itu. Tapi Awal tidak ada respon dan tidak juga datang ke rumah untuk ngambil nota juga uangnya. Padahal saya sudah nunggu-nunggu dia datang ke rumah."
Kenyataannya memang begitu, kemarin Rara sudah memberitahu Awal kalau soal ujian mereka sudah jadi, dan dia juga sudah meminta TU satu itu untuk mengambilnya. Tapi nyatanya sampai sekarang Awal tidak membalas chat Rara, bahkan pria itu juga tidak datang ke rumah guna mengambil uang dan kertas nota.
Sedang Rara tidak bisa bekerja sendirian, mengingat banyaknya soal ujian sampai berkardus-kardus, tentu membutuhkan mobil dan tenaga laki-laki untuk mengangkutnya.
"Ya sudah kalau begitu kita ambil sekarang. Tunggu saya di rumah kamu. Sebentar lagi saya kesana," Perintah Kamal.
"Baik pak," ujar Rara, sebelum mengakhiri telponnya.
Dua puluh menit kemudian mobil Kamal sudah parkir mulus di halaman rumah Rara.
Tanpa di suruh, Rara bersama Ali langsung naik ke Kijang rush warna maron tersebut, menuju ke kota K, dimana toko tempat mereka mengadakan soal ujian berada.
*****
Rara masih sibuk mengoreksi buku latihan siswa di mejanya ketika Rika salah satu guru bahasa Indonesia di sekolahnya berteriak histeris.
"Apaan sih Ka! bikin orang kaget saja," omel Rara sambil memegangi dadanya agar Jantungnya tidak copot.
"Daebak! Ada apa ini kakak sama pak Kamal? Kalian cinlok ya?" tanya guru single itu sambil senyum-senyum usil.
"Cinlok Mbah mu peang kui. Disaring dulu kalau ngomong. Pak Kamal tuh sudah punya anak tiga dan aku juga sudah punya suami," protes Rara.
"Emang ada apa sih Ka, heboh bener. Ada yang salah sama jadwal kita?" Tanya Bu Lina guru PKN yang mejanya tepat di belakang meja Rara ikutan kepo, "Ada yang salah sama jadwal kita?"
"Gak ada kak, cuma heran aja sama jadwal ngawas kak Rara. Masak enam kali dia masuk kelas temennya pak Kamal semua, kan aneh!"
"Masak iya?" ujar Rara dan Lina bersamaan.
Kemudian mereka berdua meninggalkan mejanya guna menuju dimana Rika berada. Berdiri di depan Papan mengumumkan yang ada di dalam kantor dimana jadwal ujian mereka tertempel.
"Nih lihat! Bener kan?"
Rika menunjukkan hari dimana Rara ngawasin ujian yang memang semuanya berteman dengan Kamal.
"Iya bener Ka, bener," ujar Lina membernarkan ucapan Rika, "Wah emang ada apa-apa ini Ka," Lina menatap Rara sambil senyum-senyum horor.
"Ada apa? Gak ada apa-apa ya!" sangkal Rara karena memang tidak ada apa-apa antara dirinya dan Kamal selain hanya rekan kerja biasa.
"Pantes aja sering kemana-mana bareng ya Ka? Ternyata ada something wrong," Lina semangat empat lima untuk menggoda Rara. seolah dia menemukan bahan bullyan yang pas untuk menggoda rekan kerjanya itu.
"Biarin aja lah, terserah kalian mau percaya atau gak," Rara ngambek.
Guru matematika kelas sepuluh itu berjalan kembali ke mejanya sambil menahan kesal.
"Emang kakak gak tahu kalau teman ngawas kakak itu pak Kamal semua?" tanya Rika, sambil berjalan menghampiri dimana meja Rara berada.
"Gak, tahu Ka, kalau tahu udah kakak komen dia."
"Memang yang bikin jadwal siapa Bu Rara, bukan ibu?"
Rara mengeleng lemah, "Bukan. Yang bikin jadwal pak Kamal, aku bagian bikin kartu sama denah ruangan."
Lina manggut-manggut setuju, "Berarti pak Kamal yang oleng," ujar guru berhijab Ungu itu.
"Mungkin kebetulan saja kak. Pas pak Kamal bingung cari teman terus muncul nama kakak," Rika menenangkan.
"Mungkin iya," Sambung Lina, "Udah gak usah di pikirkan Ra. Hal seperti itu kan biasa terjadi. Kita juga maklum kok. Apalagi bikin jadwal itu tidak mudah."
"Yup, setuju. Yang penting kan jadwal udah jadi dan tidak ada masalah," komen Rika.
Bilangnya setuju dan tidak ada masalah, tapi matanya melirik kearah Rara dengan senyuman mengoda, membuat Rara melempar cewek single itu dengan spidol yang ada di atas mejanya.
******
Mau tidak mau apa yang terjadi barusan mengangguk pikiran istri Adam. Dia bingung kenapa namanya selalu muncul bersama nama Kamal, mengingat jarak nama keduanya terpaut jauh jika diurutkan berdasarkan jabatan mereka di sekolah. Kamal sebagai Wakepsek dan Rara sebagai guru kelas biasa.
Meskipun diacak-acak juga tetap tidak akan bersama sebanyak itu. paling mentok dua sampai tiga kali, karena guru di sekolah Rara jumlahnya lebih dari tiga puluh dan tentu tidak sulit jika harus menggabungkan satu sama lain.
Memikirkan hal itu membuat Rara sters sendiri hingga membuat prempuan berseragam hitam itu menangkupkan kepalanya di atas buku-buku yang masih terbuka.
"Gak usah di pikirkan Ra. Enjoy aja, pura-pura gak tahu dengan apa yang pak Kamal lakukan. Takutnya kalau kamu negur, malah dikira kamu baper lagi."
Lina yang melihat perubahan pada mood Rara mencoba menenangkan.
"Rika juga setuju gitu kak. Pura-pura gak tahu saja. Toh kita semua juga tahu kalau memang gak ada apa-apa antara kakak dan pak Kamal," ucap Rika dari meja kerjanya.
"Tahu ah, aku pusing. Mending kita ke kantin aja yuk Ka! Makan bakso gitu!" Ajak Rara.
"Sip yok! Traktir tapi ya?" pinta Rika.
Rara mengangguk setuju.
"Ayo buk Li, ke kantin kita. Aku yang traktir deh."
"Gak ah, orang belum jam istirahat kok kita ke kantin duluan," ujar guru sekaligus Waka Kurikulum itu.
"Udah deh gak apa-apa. Kalau nunggu istirahat nanti keburu kantin penuh dengan anak-anak," ucap Rara sambil menarik tangan temannya agar beranjak dari duduk.
"Terus kantor yang jaga siapa kalau kita pergi semua?" tanya Rika.
Mengingat cuma mereka bertiga yang free tidak masuk kelas siang ini.
"Tenang saja. Ada yang jaga," ujar Rara sambil berjalan menuju ruangan yang berada di samping ruang guru.
"Awal kakak nitip ruang guru sama kamu ya, kita mau ke kantin dulu," tukas Rara pada TU laki-laki yang sedang bekerja di mejanya.
"Yes mom, tapi jangan lupa bungkusan bakso sama es teh buat aku ya!"
"Sip!" Rara mengacuhkan jempole nya, "Tenang saja. Pokoknya beres."
"Aku juga mau Bu, Bakso sama es teh!" pesan pak Wahyu teman kerja Awal.
"Oke pak Wahyu, di tunggu saja!" jawaban Rara sambil berlalu pergi dari ruangan TU dan menghampiri kedua temannya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
siapa ya yang tlp🤔
2022-08-10
0