Demi kebaikan bersama maka Rara menjaga jarak aman dengan Kamal.
Disekolah pun sebisa mungkin Rara tidak dekat-dekat dengan bapak tiga anak itu. Bahkan saat Rara harus ngawas berdua mama Ali lebih memilih meminta temannya mengantikan dirinya dengan berbagai alasan agar dia tidak masuk kelas berdua dengan Kamal. Begitu pun saat makan siang atau sarapan bersama teman-teman sekantornya, Rara tidak lagi menawari makan teman lelakinya itu.
Meski semua orang tidak tahu, tapi Kamal merasa jika Rara menjaga jarak darinya dan hal itu mau tidak mau mengusik hati kecil pria berusia empat puluh tahun itu.
Ingin rasanya Kamal bertanya pada Rara apa salahnya sehingga ibu satu anak itu bersikap cuek pada dirinya, namun untuk berada dalam situasi berduaan sangat sulit karena Rara selalu memiliki beribu-ribu alasan untuk menghindar.
Saking penasarannya dengan apa yang terjadi pada Rara, maka Kamal nekat menghubungi guru itu begitu pulang sekolah.
"Assalamu'alaikum Ra, bisa tidak kita ketemu di kafe Jupiter nanti malam habis magrib? Ada yang mau saya bicarakan sama kamu!" Pinta Kamal saat menghubungi Rara lewat telpon.
"Maaf pak, saya tidak bisa keluar malam ini," tolak Rara.
"Kalau sore gimana?"
"Sama saja pak, karena anak saya kurang sehat. Jadi saya tidak bisa pergi kemana-mana."
"Oh... baiklah, kalau begitu biar saya saja yang datang ke rumah kamu."
"Memang masalahnya sangat penting pak? Sampai bapak harus datang ke rumah saya? Tidak bisa kita bicarakan besok saja di sekolah?"
"Iya Ra, hal ini sangat penting. Jadi gak bisa di bicarakan di sekolah."
"Oh gitu."
"Iya Ra. Sudah ya Ra sampai ketemu nanti di rumah. Assalamu'alaikum," ucap Kamal mengakhiri panggilan nya.
-
-
Sehabis magrib Kamal datang ke rumah Rara. Tidak seperti biasanya pria itu duduk dengan gelisah di sofa ruang tamu, padahal biasanya jika ketemu rekan kerjanya itu cerewet sekali, bertanya ini itu hal yang tidak terlalu penting. Tap kali ini Kamal hanya diam membisu tidak ada suara. Meski begitu Rara juga enggan untuk ngomong duluan, dia lebih senang menjadi pengamat Kamal yang tidak tenang ketimbang mengajak pria itu berbicara.
Setelah menunggu lebih dari dua puluh menit belum juga Kamal berbicara, barulah Rara yang mulai buka suara terlebih dahulu.
"Hal penting apa yang hendak bapak sampaikan pada saya?" Tanya Rara.
Kamal menatap Rara sebentar kemudian menunduk lagi, mengamati jari-jari jemarinya yang saling bertautan satu sama lain. Sebelum akhirnya dia menghela nafas dan menghembuskan perlahan.
Kamal menatap Rara dengan sedemikian rupa.
"Ra, sebelumnya maafkan aku atas perbuatanku pada mu kali ini. Aku gak tahu ini benar atau salah karena memang kenyataannya begini. Jujur, aku juga gak tahu kenapa bisa begini tapi ini memang yang aku rasakan pada mu, karena..."
"Pak, to point saja langsung. Tiada usah berbelit-belit. Bukankah kita juga biasa ngomong langsung tanpa bisa-bisa dulu," potong Rara saat melihat omongan Kamal muter-muter kayak odong-odong.
"Aku suka pada mu Ra. Aku cinta kamu!"
Ucap Kamal tegas tanpa keraguan dimatanya membuat Rara seketika membeku di tempatnya. Kaget dan syock dengan apa yang Kamal katakan.
Apa-apa lelaki ini? Bisa-bisanya dia ngomong suka pada istri orang? Waraskah Kamal itu? Guman Rara dalam hati.
"Gimana Ra? Apakah kamu mau jadi kekasih ku?
"Pak, bapak sadar tidak dengan Ucap bapak ini?" Tanya Rara.
"Aku sadar Ra. Aku dalam kondisi sadar dan waras. Aku benar-benar cinta pada mu Ra. Entah kapan perasaan itu datang. Tapi semakin kesini aku semakin yakin jika aku memang mencintai mu. Aku ingin menjalin hubungan dengan mu," curhat Kamal.
"Pak..."
Kamal memotong ucapan Rara yang belum selesai guna melanjutkan kalimatnya.
*****
"Tak masalah jika aku harus jadi yang kedua. Atau hanya selingkuh mu saja. Aku rela asalkan aku bisa bersamamu. Apapun seratus yang engkau berikan aku terima asalkan kita bisa menjalin hubungan. Karena aku benar-benar mencintai mu Ra."
Rara pias mendengar ucapan Kamal. Sungguh, mimpi apa dia semalam sampai bisa mendengar ini semua.
"Istighfar pak. Bapak punya anak dan istrinya. Jadi saya mohon bapak jangan bersikap seperti ini."
"Ra," Kamal memegang jemari Rara yang langsung seketika di tepis oleh wanita itu.
"Aku bisa meninggalkan mereka jika kamu mau Ra."
Seketika Rara mendekap mulutnya yang terbuka, saking tidak percaya dengan pendengarannya barusan. Gila, sungguh gila, pak Kamal sudah gila, guman hati Rara.
"Please pak jangan seperti ini. Untuk apa bapak meninggalkan mereka?"
"Untuk suapaya aku bisa bersamamu."
Astaga naga, batin Rara.
"Saya tidak ingin ini semua. Maaf pak saya adalah wanita bersuami dan saya tidak bisa menghianati pernikahan juga suami saja. Jadi maaf saya tidak bisa menerima perasaan bapak," Rara bangkit dari duduknya.
"Ra!" Cegah Kamal saat mama Ali hendak pergi, "saya bersedia menunggu dan memberi kamu waktu sampai kapan pun itu."
"Tolong pak! Jangan katakan apa pun dan jangan temui saya lagi jika bapak masih punya pikiran gila begitu. Jika tidak ada yang hal penting yang harus kita bicarakan bapak bisa pamit pulang karena ini sudah malam, saya juga mau istirahat," usir Rara terus terang.
"Baik lah Ra, jika memang mau mu begitu. Tapi tolong pertimbangan perasaan saya!" Pinta Kamal.
Rara diam tidak menjawab.
"Saya pergi dulu. Assalamu'alaikum."
"Walaikumsalam," jawab Rara, kemudian bergegas menutup pintu begitu Kamal keluar dari rumah.
****
Rara terduduk di belakang pintu kamarnya. Ungkapan perasaan Kamal padanya bukan membuat ibu satu anak itu bangga lantaran ada suami tetangga yang tertarik padanya, namun malam membuat prempuan berhijab ungu itu begitu sedih.
Mungkin, jika suaminya ada di rumah kejadian ini tidak akan pernah terjadi. Mungkin jika Adam sering pulang tidak ada yang menganggapnya jablay. Namun apa lah daya, Adam lebih perduli dengan pekerjaan nya ketimbang anak istri sendiri ataupun rumah tangga mereka. Karena nyatanya menjaga keharmonisan rumah tangga seorang diri itu sangatlah berat.
"Ya Allah, kuatkan lah iman hamba mu ini, sehingga aku tidak terjerumus dalam lubang kenistaan. Berikanlah aku kesabaran dalam menghadapi semua ini," doa Rara diantara tangisnya.
-
-
-
-
Jangan lupa
Like dan komen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Bariefta Mamae Dhaffa Dhaffy
kayaknya Adam PNY istri lain di kota lain 🤣🤣🤣🤣
2023-04-19
0
Dianherlina Siswoyo
udah hal biasa jaman skrg dimana² org pada gila selingkuh di halal kan mengikutin nafsu dasar Kamal wong edan enak bgt bilang mau ningglin keluarga cuma hanya ikuti godaan nafsu
2022-10-05
0
Umi Hayati Yatik
aq pernah diposisi seperti rara.rasanya takut banget.takut tidak bisa setia.ahirnya aq pilih keluar.dari pada rumah tanggaku hancur.
2022-06-12
0