Setelah berbincang cukup lama, Allen pulang ke kantor. Ia segera membuka komputer dan melihat barang dagangan di Fesbuk, sayangnya tidak ada satupun orang yang melihat.
Oleh karena itu, Allen berencana melakukan beberapa kampanye atau promosi menggunakan sedikit uang.
Jika Tiwi benar-benar keluar dari pekerjaannya sekarang dan mendatanginya. Allen siap memberikan posisi tinggi untuknya.
Hari berlalu seperti biasa, Allen tidur di kasur kesayangannya. Setelah bangun segera lari dan meditasi.
Bedanya sekarang kekuatan tubuh hanya menambah 0,25. Sedangkan Aura Power masih menambah 1 poin, itu mengisyaratkan bahwa 9 poin menjadi tolak ukur peningkatan signifikan.
"Sepertinya aku tidak lebih kuat dari kemarin, Aura Power ini sebenarnya untuk apa?" tanya Allen sambil *******-***** tangannya.
["Aura Power baru bisa digunakan setelah anda melewati ambang 10 poin."]
Karena mendapat poin bonus, Allen berencana memasukkannya pada Kekuatan Tubuh. Namun pemberitahuan sistem menghentikannya.
["1 bonus poin hanya akan menambah 0,25 kekuatan tubuh. Apa anda yakin?"]
Allen membatalkannya, ia berencana untuk meningkatkan semua statusnya ke angka 9 dulu. Melihat ada yang kurang di Mental, akhirnya ia memilih untuk menambahkan mental.
[Status : Pemain Allen]
Level : 1
Kekuatan tubuh : 9
Stamina : 5
Konsentrasi : 5
Mental : 1
Wibawa : 2
Aura power : 8
---- Keterampilan ----
Pemain pengguna sistem dewa.
Mata Dunia.
Seni Beladiri.
...
---- Bonus ----
Bonus poin bebas : 0
Bonus poin skill : 0
"Mari kita gunakan Mata Dunia untuk mengintip hari esok." Allen duduk bersila dan menutup mata, kedua tangannya menempel di lutut.
Pandangan masa depan terlihat, orang gila yang selalu mengatakan Seni Adalah Ledakan meledakkan dirinya tepat di depan gedung kantor.
Sekarang pukul 6 pagi, Allen harus menandai jam tersebut supaya bisa melakukan pencegahan. Sayangnya pandangan Allen hanya bertahan 5 detik saja, ia segera kembali ke dunia nyata.
"Ini gila, padahal masih jam 6 pagi. Jadi dia sekarang mengincar nyawaku!"
Allen bergegas keluar kantor untuk berbincang dengan satpam. Dia membicarakan soal kantor depan yang meledak beberapa hari yang lalu.
"Sebaiknya kalian waspada dan jangan membiarkan siapapun masuk kecuali karyawan," Kata Allen memberikan peringatan.
"Tenang saja pak, kami sudah sangat terlatih menangani masalah seperti ini."
Setelah beberapa saat berbincang, Allen segera mandi dan menyelesaikan semua tugasnya. Karena kemampuannya menyelesaikan tugas sangat cepat, jam 11 siang sudah selesai semua.
Tugas yang dia kirim hanya 5, selebihnya akan dikirim malam hari. Allen keluar kantor menemui preman di alun-alun kota.
Allen melambaikan tangannya. "Apa kalian menunggu lama?"
"Tentu tidak, Bos. Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Doni.
"Beli gerobak di tukang las itu. Ambil saja yang sudah siap dipakai, desian tidak penting." Allen memberikan perintah sambil menunjuk tukang las.
Bobi dan Tom segera menuju tukang las. Karena sifatnya yang brutal, mereka merebut pesanan orang tanpa membayar.
Untung Allen melihatnya, sehingga dia segera melerai dan membeli gerobak dagangan dengan harga yang masuk akal.
Gerobak ditempatkan sekitar alun-alun kota, ia berencana menjual makanan ringan seperti snack dan minuman botol. Allen membelinya di pasar sehingga harganya sedikit lebih murah.
"Kalian lihat harga di kertas, jual saja semuanya dengan harga sesuai. Kalian juga bisa menjualnya sambil berkeliling alun-alun."
"Baik, Bos."
Ketiganya langsung mengambil barang dagangan dan menghafal harganya. Allen merasa ada yang salah dan langsung melambaikan tangannya.
"Siapa yang jaga gerobaknya... Doni kamu disini saja!" teriak Allen.
Akhirnya para preman itu berjualan minuman dan snack murah. Walaupun tidak seberapa ini akan menjadi titik balik Allen dalam merubah masa depan.
Kevin juga ikut dalam menjual minuman dan snack di alun-alun kota. Sedangkan Allen kembali ke kantor untuk mengerjakan sebagian tugasnya.
Walaupun semua tugas di email sudah selesai, biasanya ia akan melakukan tugas tambahan yang diberikan manajer.
Sesampainya di depan kantor, seorang gadis perempuan menggunakan seragam SMA berdiri di depan gerbang kantor, ia adalah Tiwi yang ditemui kemarin malam.
"Hai, Tiwi. Akhirnya kamu menerimanya. Ayo ikuti aku sebentar," kata Allen memimpin jalan menuju pasar.
Dengan anggukan kepala, Tiwi mengikuti Allen ke pasar.
"Untuk sementara bawa saja HP ini. Tugasmu sangat sederhana, mengambil gambar mainan dan menanyakan harganya." Allen menyodorkan HP pribadinya.
Walaupun HP itu sangat mahal di era sekarang, Allen akan membeli HP yang lebih fungsional.
Tanpa ragu, Tiwi menerima HP pemberiannya. "Baik, aku akan melakukannya." Ia tampak sangat senang dan segera berlari ke toko mainan.
Tangannya yang terampil langsung mengambil mainan dan mengambil gambarnya. "Paman, berapa harga mainan ini?" tanya Tiwi.
Bukannya senang, Si Penjual malah marah. "Pergi sana bocah!"
Allen menghentikannya. "Paman, tenanglah dulu. Kami disini ingin menjualkan barang ini ke luar pasar. Sekarang kami sedang mengembangkan usaha dan butuh kerja sama dengan anda."
Senyum manis dan tatapan penuh kepercayaan ditunjukkan Allen, hanya dengan sedikit perkataan manis si penjual akhirnya luluh dan membiarkan barangnya di foto.
Tiwi bekerja penuh dengan semangat mengambil gambar dan menulis semua harga dengan teliti. Julukannya sebagai monster kelas tidak dapat di pungkiri, kemampuan belajarnya sangat tinggi.
Setelah Allen memberikan contoh satu kali, Tiwi segera mengembangkan pembicaraan dan membuat hubungan baik dengan para penjual.
"Aku heran, kemana perginya Tiwi pada kehidupan sebelumnya. Dengan kemampuannya seperti ini, seharusnya dia menjadi orang sukses." Allen tidak pernah mendengar kabar Tiwi setelah dia di pecat dari perusahaan.
Waktu bergulir dengan cepat, Allen sudah mendapatkan apa yang diinginkan. "Kerja bagus, Tiwi. Aku akan mengajari cara memasarkan produk di internet besok. Sekarang lebih baik kamu istirahat atau pergi ke alun-alun."
"Memang ada apa di alun-alun?"
"Aku mempunyai sebuah bisnis kecil di sana. Walaupun penjaganya terlihat seperti preman, mereka sangat baik dan pekerja keras. Bilang saja kamu teman Allen, mereka akan mengenalimu."
Akhirnya Tiwi pergi menemui para preman di alun-alun, ia sangat bersemangat mempelajari sesuatu yang baru.
"Semoga bocah itu menemukan apa yang ia inginkan." Allen tersenyum tipis melihat Tiwi yang penuh semangat, tiba-tiba bayangan adiknya yang tengil muncul.
"Sial, sampai kapan Alona menjual nomorku. Baru satu hari sudah ada 150 panggilan dari nomor tidak dikenal." Allen hanya bisa menghela napas dan segera mengganti nomornya.
Terbesit pikiran untuk membeli dua hp, ia berencana memberikan nomor berbeda pada Alona dan orang tuanya.
Namun niatnya segera di tarik karena dia teringat betapa hebatnya Alona membela kedua orang tuanya. Walaupun mereka hanya petani, Allen adalah anak yang cukup pintar.
Dia berhasil menjuarai kelas 7 kali di SD, SMP, dan SMA. Sayangnya ia tidak kuliah karena mengejar cinta Clarissa.
Sesampainya di kantor, semua karyawan sudah beranjak pulang. Allen masuk ruangan dengan santai, amplop berwarna coklat tampak di atas meja komputernya.
Tanpa ragu, Allen membuka surat yang ada di dalamnya. "Sudah aku duga, William tidak akan diam setelah mendengar aku jalan dengan Clarissa." Ia langsung meremas surat dan membuangnya ke tempat sampah.
Isi dari surat itu menyatakan bahwa Allen harus bekerja 24 jam karena perangkat komputer banyak yang bermasalah. Waktu istirahat hanya ada di pagi sampai siang hari. William benar-benar tidak memberi celah pada Allen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Ryuu Ryugem
adek nggk punya otak 🗿
2024-12-13
0
Trisand1998
Kalau aku mah si.
SENI ADALAH UANG
UANG ADALAH ANGKA
ANGKA ADALAH ANGKA
2021-11-26
1
Jimmy Avolution
Up....up...up...
2021-11-25
1