Tidak dapat disembunyikan, Allen sangat terkejut mendengar seorang wanita memberikan sebuah mobil mewah hanya untuk hadiah ulang tahun.
"Sialan, aku hanya membawa gelang seharga 200 ribu."
Allen melangkah maju satu langkah, masih ada beberapa orang di depannya. Dia berencana untuk kabur karena tidak ingin memberikan hadiahnya.
Dia melangkahkan kakinya keluar antrian. "Allen kamu mau kemana?" tanya Reza yang melihatnya keluar barisan.
"Baj**gan, dia selalu merepotkan!"
Reza memang sangat cerdas, dia bisa melihat Allen yang tidak membawa hadiah menarik. Makanya sengaja memanggilnya untuk membuat situasi semakin kacau.
"Ah... Aku mau ke toilet sebentar. Sudah lama aku menahannya." Allen membuat alasan supaya dia bisa bebas.
"Karena kamu sedang terburu-buru. Bagaimana jika memberikannya dulu!" kata Reza. Semua orang yang ada di depannya mendengar dan langsung memberi jalan pada Allen.
"Sial, bukan ini yang aku mau."
Dengan langkah kaki yang pelan dan teratur, Allen berjalan melewati antrian. Semua orang menganggap Allen adalah pangeran yang sedang menyamar.
Dilihat dari cara berjalannya, semua orang bisa melihatnya.
"Dina, maafkan aku. Hadiah yang aku berikan tidak seberapa, tolong buka saja di kamar," kata Allen pelan.
"Allen kamu terlalu merendah."
"Jangan membukanya disini atau pesta ini akan kacau. Aku mohon." Allen memohon dengan kedua telapak tangan ditempelkan.
Para wanita yang sudah terkena racun ketampanan Allen langsung memegang pipinya. "Tidak hanya mempunyai suara yang merdu, dia juga sangat rendah hati," seorang wanita cantik memberikan komentarnya.
Clarissa yang mendengar langsung menatap tajam kearahnya.
"Nona Clarissa aku hanya bercanda. Jangan dibawa ke hati, ini hanyalah pujian semata." Senyum kecut ditunjukkan wanita cantik tersebut.
"Mengapa aku takut pesta akan kacau. Pasti hadiah yang kamu berikan sangat bernilai, Kan?" tanya Dina yang sudah mengetahui Allen yang sebenarnya.
"Nona Dina. Itu hanyalah gelang murahan, mungkin semua orang akan kecewa melihatnya," bisik Allen dengan suara yang sangat pelan.
"Wah... Kamu memberikan aku gelang yang sangat mahal?" teriak Dina dengan penuh semangat membuka bungkus kado.
Sebuah kardus lusuh ditemukan, semua orang yang hadir menyempitkan matanya. Mereka sudah mulai menebak-nebak hadiah yang diberikan.
Dengan ukuran 15 kali 15 centimeter, semua orang langsung bisa memperkirakan bahwa hadiah yang diberikan adalah gelang.
Dina dengan sangat mudah merobek kardus bekas yang membungkus hadiahnya. Sebuah gelang berwarna hijau kusut terlihat.
Semua orang kecewa melihat hadiah yang begitu lusuh dan tidak sesuai dengan ekspetasinya.
Dina langsung mengangkat gelang berwana hijau tua dan lusuh tersebut. Allen menundukkan kepala karena merasa sangat malu melihat pandangan semua orang.
Clarissa mendekatinya dan merangkulnya. "Allen, jangan malu. Aku tahu itu hadiah terbaik yang bisa kamu berikan."
Tidak ada yang tahu gelang apa sebenarnya itu, banyak orang menebak-nebak. Sampai akhirnya Reza membuka mulut tajamnya.
"Hai bukankah itu hanya gelang replika yang terbuat dari plastik?"
"Wah... Iya kah. Sungguh penghinaan bagi putri dina diberi gelang plastik," sahut William dengan suara lantang.
Sedangkan David hanya diam, dia mengerutkan kening dan melangkah menuju Allen.
"Sudahlah, itu hanya hadiah. Yang penting suaranya indah." Reza mencoba memperbaiki suasana yang mulai kacau.
Semua ekspetasi orang pecah karena hadiah yang diberikan Allen pada Dina.
Sampai akhirnya seorang pria tua menerobos barisan dan mengangkat tangannya. "Cucu, bisakah kamu berikan gelang itu pada kakek?"
Ternyata dia adalah kakek Dina yang sudah tua, umurnya sudah menyentuh 80 tahun. Anehnya dia masih bisa berjalan tegap.
"Kakek, memangnya ini gelang apa?" tanya Dina dengan ekspresi kebingungan.
"Aku tidak akan memberitahumu sebelum memberikannya padaku, hehe."
"Terima kasih, Kakek. Kamu benar-benar menyelamatkanku!" kata Allen dalam hatinya.
"Kakek, memangnya aku seperti cucu yang tidak dapat dipercaya. Ayo kasih tahu aku dulu!" kata Dina dengan nada tinggi.
Sungguh etika yang tidak patut untuk ditiru, seorang cucu berbicara kasar pada kakeknya sendiri.
"Halah, kamu sering melakukannya. Contohnya ginseng merah kemarin. Aku tidak akan tertipu lagi," kata Kakek Tua.
Pria tampan berjalan menuju atas panggung, dia adalah Ayah Dina. Tanpa berpikir panjang, dia menyambar gelang hijau gelap di tangan Dina.
"Sudah aku bilang jangan berkata kasar pada ayah, Kan!" kata Ayah Dina dengan tatapan marah.
Dina hanya bisa merekalah gelang pemberian Allen diberikan pada Kakeknya.
Allen benar-benar beruntung ada orang yang menyelamatkannya kali ini. Kakek Dina menghampirinya dengan senyum manis.
"Anak Muda, terima kasih hadiahnya. Ambil ini sebagai bayaran." Kakek Dina memberikan sebuah kartu berwarna hitam.
Dengan senyum manis, Allen menggelengkan kepalanya. "Kakek, hadiah itu sudah aku berikan pada Dina. Jadi berterima kasihlah padanya."
"Haha, anak muda. Kamu benar-benar sesuatu. Jangan katakan kamu tidak tahu nilai dari kartu ini?" tanya Kakek Dina.
"Black Card yang diterbitkan oleh bank dunia. Orang yang memilikinya minimal mempunyai tabungan 1 juta dolar, karena nomor serinya adalah angka 7, artinya anda mempunyai tujuh jenis deposito yang melebihi 1 juta dolar."
Kakek Dina bertepuk tangan. "Kamu sangat pintar. Jika berhasil menebak jumlah uang di dalamnya aku akan memberikan sesuatu yang lebih baik."
"Digit kedua bertuliskan huruf D, artinya anda adalah nasabah Kelas D. Dapat diperkirakan nilai kekayaan anda di dalam kartu tersebut lebih dari 10 juta dolar dan kurang dari 50 juta dolar..."
"Sebutkan angka yang lebih spesifik." Kakek Dina terus mengejar Allen yang mempunyai pengetahuan luas.
"Digit keempat bertuliskan huruf A, artinya anda berada di kalangan atas, bisa dipastikan uang anda di antara 40 juta sampai 50 juta dolar. Digit ke lima memperlihatkan angka 7, artinya uang anda sekitar 47 juta dolar. Serta digit paling belakang bertuliskan 2007, pertumbuhan bunga yang anda dapatkan seharusnya nilainya sekitar 49,6 juta dolar."
Allen menjelaskan detailnya dengan sangat lancar, dia mempelajari ini pada kehidupan sebelumnya karena sering menggunakan kartu milik Clarissa.
"Bagus anak muda. Pengetahuan yang kamu tunjukkan sangat mempesona, apa pendapatmu dengan Dina. Aku ingin kamu menikahinya minggu depan!"
"Kakek, aku tidak mau!" teriak Dina dari atas panggung.
"Dina!" bentak ayahnya.
Akhirnya Dina hanya bisa pasrah dengan nasibnya.
"Seperti yang anda dengar, Nona Dina menolak perjodohan mendadak ini. Aku bukan orang kaya, sebaiknya Kakek memperhitungkannya lagi."
"Jangan berbohong, kamu pasti menyembunyikan kekuatanmu. Jika menolak perjodohannya, aku akan menyuruh pengawas keuangan negara untuk melakukan inspeksi!" ancam Kakek Dina.
Clarissa langsung mendekati Allen yang sedang tertekan. "Kakek, Allen adalah punyaku. Tolong jangan paksa dia menikahi Dina."
Tanpa sadar Clarissa mengatakan sesuatu yang sangat mencengangkan.
"Bagus, kalau begitu buat Dina menjadi yang kedua!"
"Kakek, aku tidak sekaya yang anda katakan. Aku hanyalah bocah dari pedesaan, gelang itu aku beli seharga 200 ribu saja."
"Haha, jadi kamu masih terus menolak. Baiklah, tunggu saja pengawas keuangan akan mengeledah semua kekayaanmu. Kita lihat siapa yang akan memohon pengampunan."
Ayah Dina mendekat dan bertanya pada Kakek Dina. "Ayah, memangnya gelang apa itu?" tanyanya.
"Gelas yang di jual di pasar bawah tanah. Satu butir gelang ini seharga 2 juta dolar, disini ada 13 butir. Kamu pasti tahu Green Jewel, Kan?"
"Iya, itu adalah benda yang sangat langka. Aku pernah mencoba menawarnya, tetapi pria muda bertopeng mengambilnya dengan harga yang sangat mahal."
"Gelang ini terbuat dari pecahan Green Jewel itu, coba panaskan kamu akan mengerti."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Lord 1677
barang yg tidak terduga cuy
2022-12-20
0
Panggil Saya Boss
merelakan
2022-11-20
0
Jimmy Avolution
Asyiek....
2021-11-25
2