Salah satu preman berjalan ke depan. "Jangan banyak bicara, serahkan semua yang kau miliki termasuk pakaian itu!" katanya sambil menunjuk.
Allen menggelengkan kepala. "Semua tergantung kemampuan kalian!" kedua tangannya langsung diangkat dan siap untuk pertarungan jarak dekat.
7 preman mengeroyoknya, Allen menggunakan serangan lembut kearah leher dan dada lawannya. Walaupun tidak terlalu keras, itu membuat semua orang berhasil dipukul mundur.
Tiga preman lain muncul, mereka membawa tongkat bisbol dan langsung menghantamkannya. Ketiganya adalah preman yang pernah dikalahkan, tujuannya tidak lain untuk membantu bosnya.
Ayunan pemukul bisbol menghantam tujuh preman dengan kejam, semuanya langsung pingsan dengan luka di kepala.
"Bos, mereka preman baru disini jadi belum tahu siapa pemimpinnya." Pria botak langsung menghadap Allen yang mengerutkan kening.
"Siapa nama kalian?"
Pria botak dengan sigap memperkenalkan diri. "Aku Doni, si gondrong Bobi, dan si sipit Tom."
"Untuk sekarang kalian bisa makan-makan sendiri. Besok akan ada pekerjaan yang berat," ucap Allen sambil memberikan dua lembar uang seratus ribuan.
Dia menganggap uang itu sebagai ucapan terima kasih, walaupun sebenarnya tanpa bantuan mereka Allen bisa mengalahkan segerombolan preman.
Kekuatan Tubuhnya sudah 9 poin, artinya dia dua kali lebih kuat dari sebelumnya.
Allen segera melanjutkan perjalanannya menuju restoran di pinggir kota. Tertulis nama restoran yang dibaca Warung Gunung.
"Aku kira tempatnya mewah, sepertinya Clarissa sangat mengerti keadaanku." Ia segera masuk dan bertanya pada pelayan meja yang dipesan atas nama Clarissa.
"Maaf, Tuan. Tidak ada pesanan atas nama Clarissa."
Jelas Allen kebingungan, untungnya Clarissa datang dan melambaikan tangannya. "Allen, aku disini."
Penampilannya yang bak bidadari berpakaian hijau toska membuat semua mata memandangnya. Para pria tidak berkedip supaya tidak melepaskan kesempatan langka ini.
Seorang bidadari tersenyum, tentu tidak hanya para pria yang terpesona tapi juga wanita yang merasa dirinya biasa saja.
Allen berjalan menuju tempat Clarissa sambil melepas kacamata, tidak lupa dia memperbaiki rambutnya dengan dua tangan. Langkah kakinya yang pelan membuat semua mata para gadis terpaksa melihatnya dengan mata melotot.
Untuk menyempurnakan penampilannya, Allen melepas kancing kemeja paling atasnya. Dia langsung melintang kedua lengan panjangnya sampai ke siku.
Matanya menatap Clarissa dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih undangannya, Clarissa."
"Jangan seperti itu, kamu membuatku malu. Ayo langsung duduk saja, kita tidak perlu melakukan reservasi disini." Clarissa langsung duduk di kursi sebelahnya. Sebagai tanggapan Allen juga duduk di seberang meja.
Pelayan menghampiri mereka membawa menu dengan tangan gemetar. Ini adalah peristiwa langka melihat pria tampan dan wanita cantik berduaan.
Bukannya norak, pelayan itu masih baru bekerja di Warung Gunung. Jadi sudah sewajarnya dia sedikit gemetar melayani pelanggan untuk pertama kalinya.
Allen dan Clarissa memilih menu, si pelayan menulis pesanan menggunakan kertas putih.
"Itu saja mbak," ucap Clarissa sambil tersenyum tipis.
"Tunggu, sepertinya aku mengenalmu. Bukankah kamu Tiwi teman adikku?" tanya Allen sambil mengerutkan kening.
"Iya, kak. Karena kebutuhan keluarga aku harus bekerja paruh waktu, tolong jangan laporkan pada orang tuaku." Tiwi tampak ketakutan, dia hanyalah anak petani seperti Allen.
"Apa yang salah bekerja paruh waktu, tapi jangan terlalu capek, sebentar lagi akan ujian semester, Kan?"
"Iya, aku sudah belajar dengan sangat baik. Pelajaran di sekolah membuatku sangat bosan." Tiwi sedikit membanggakan dirinya. Tidak bisa dipungkiri dia adalah juara kelas mulai dari TK sampai SMA.
Hampir semua pelajaran dia menguasainya, bahkan semua olimpiade yang ia ikuti pasti akan dijuarai. Sayang temannya adalah adik Allen yang boros hingga Tiwi harus mengikuti.
"Aku belum melihat Alona beberapa minggu ini, apa dia sudah punya pekerjaan sambilan sepertimu?"
"Iya, dia menjual foto dan nomor kontak pribadimu. Sekarang dia adalah anak terkaya di kampung, inilah alasan mengapa aku harus bekerja paruh waktu."
"Sudah aku katakan jangan mengikuti Alona. Dia masih mempunyai aku yang membiayainya, sedangkan kamu punya tiga adik yang harus dibiayai. Mulai besok keluar dari restoran ini dan pergilah ke tempatku, aku akan memberikan pekerjaan yang lumayan menguntungkan."
Allen harus membereskan kekacauan yang disebabkan adiknya. Hampir semua orang tua di kampung marah pada kedua orang tuanya karena kelakuan Alona.
Salah satunya Tiwi yang kehilangan semua uangnya hanya untuk mentraktir makanan mahal dan membeli barang-barang mahal.
"Tapi aku baru satu hari disini..."
"Seperti biasanya, aku memberikan kesempatan tapi kamu yang menentukan." Allen selalu mengatakan itu pada teman-teman Alona yang terdampak gaya hidup mewah.
Tiwi berpamitan dan memberikan pesanan pada dapur, ia tampak sedang berpikir keras.
"Allen, memangnya adikmu boros banget ya?" tanya Clarissa.
Allen menganggukkan kepala. "Ya, dia memang sangat boros tapi cintanya pada ibu dan ayah sangat dalam. Waktu kecil aku tidak pernah berkelahi ketika orang tua kami di ejek petani. Alona yang saat itu masih di bangku SD tidak segan-segan menendang para preman itu. Sungguh kenangan yang menyenangkan."
"Sangat aktif ya, jangan bilang dia adalah pentolan di SMA."
"Hehe, Alona berkelahi dengan kakak kelas di hari pertamanya masuk. Setelah menghancurkan semua harga diri kakak kelasnya tidak ada yang berani menentangnya. Bisa dibilang Alona bos di SMA."
"Haha, aku juga dulu bos di SMA pawiyatan." Clarissa langsung menutup mulutnya, dia tidak pernah mengatakan ini pada siapapun karena masa SMA nya sangat brutal.
Mereka mengobrol santai dengan alunan lagi melo yang sangat nyaman.
"Betapa merindunya dirimu akan hadirnya diriku."
Dua pelayan membawakan makannya yang langkah kakinya senada dengan alunan gitar. Mereka membawa pesanan Clarissa dan Allen.
"Terima kasih," ucap Clarissa pada dua pelayan pria.
Melihat dua pria terpesona pada senyuman Clarissa, Allen memukul meja dengan pelan sambil batuk ringan. "Minumannya belum," ucap Allen ketus.
Clarissa yang peka pada kode seperti itu langsung tertawa ringan sambil menutup mulutnya menggunakan tangan. Gelang dan cincinnya yang terbuat dari emas asli terpampang jelas.
"Semua kata rindumu semakin membuatku tak berdaya. Menahan rasa ingin jumpa..."
Mereka berbincang bersama tanpa ada seorangpun yang mengganggu. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, Clarissa waktunya pulang. Seperti janjinya dia akan membayar semua tagihan pada malam hari ini.
"Allen, terima kasih." Clarissa mendekatkan wajahnya dan mencium pipi Allen pelan. Tanpa menunggu jawaban ia langsung berlari ke mobilnya dan menepuk bangku sopir. "Jalan, Pak."
Allen masih belum sadar apa yang terjadi, bibirnya terangkat. Senyum manis menghiasi wajahnya yang sebenarnya sangat tampan.
"Percayalah, pada kehidupan kali ini aku tidak akan menyerah." Dia segera menemui tiga preman yang sudah menunggunya di alun-alun kota.
Tangannya melambai dan tiga preman langsung berdiri, mereka berlari ke hadapan Allen dengan rasa penuh hormat.
"Bos, kami menemukan anggota baru. Dia sepertinya membutuhkan bantuan," kata Doni yang belum selesai mengunyah baksonya.
Mata Allen terbuka lebar ketika melihat orang yang membutuhkan bantuan adalah pemuda inovatif di masa depan. Dia akan menciptakan sebuah layanan yang dikhususkan untuk para ojek.
"Halo bos, aku Kevin. Maaf aku numpang makan karena uang bulanan habis, hehe."
"Yah, makan saja. Aku juga sudah makan tadi di warung gunung." Allen berbincang panjang lebar dan memberikan sedikit kode supaya Kevin mempelajari permasalahan para ojek konvensional.
Mungkin idenya akan meledak pada tahun 2012 atau mungkin lebih, tapi Kevin harus memulainya lebih awal supaya tidak di singkirkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Bang Candi
masih naif😂
2023-01-22
0
Panggil Saya Boss
katanya dikehidupan ini engga bersatu gegara masih sakit hatinya
2022-11-20
0
Aneuk Perley Perhatian
clarisa lgi...g berbobot...bye bye lla...mc naif lemah
2022-05-14
2