Ayah Dina segera menuju lilin di atas meja, dia memanaskan gelang sesuai permintaan ayahnya. Gelang yang awalnya hijau gelap berubah semakin cerah.
Debu di sekitarnya menghilang karena dipanaskan. Sekarang gelang itu jauh lebih cantik dari sebelumnya, anehnya tali yang mengikat tidak putus padahal sudah cukup lama dipanaskan.
"Mataku sungguh buta, ternyata tidak hanya Green Jewel yang kamu bawa. Tali itu pasti terbuat dari baja yang di lunakkan."
Kakek tua itu mencoba menarik gelang dengan kedua tangannya. Sayangnya tenaganya tidak cukup untuk memutuskan tali.
"Sial, ini pasti bukan baja. Benda apa yang kamu gunakan?" tanya Kakek tua dengan tatapan tajam ke arah Allen yang bengong.
"Sudah aku bilang, itu hanya gelang 200 ribuan. Jangan paksa aku untuk menjawab."
"Baiklah, tunggu saja tim inspeksi keuangan dari negara. Aku akan membongkar semua uang yang kamu miliki!" ancam Kakek Dina dengan senyum aneh.
Clarissa di sebelah Allen memegang lengannya dan berkata, "Jangan takut, aku akan membantumu." Dia mencoba untuk memberikan semangat.
"Tidak apa-apa, walaupun semua orang mengeledah kekayaanku mereka tidak akan menemukan apapun. Kamu adalah orang yang paling tahu siapa aku." Allen tersenyum ke arah Clarissa yang khawatir.
Reza dan William hanya diam melihat Clarissa memegang tangan Allen dengan penuh rasa kasih sayang.
Kakek Dina tidak bisa memutuskan tali yang mengikat gelang, akhirnya dia memberikannya pada Ayah Dina.
"Segera cari tahu tali apa yang dia gunakan serta perintahkan tim keuangan negara untuk menyelidikinya."
Ayah Dina menggelengkan kepala. "Kakek, ini bukan sesuatu yang mudah. Jika benar bocah di depan adalah orang yang menyembunyikan kekayaannya datang ke kediaman kita, bukankah itu akan lebih berbahaya?"
"Aku lupa soal itu, gunakan saja beberapa pelayan kita. Jangan gunakan tim keuangan negara!" Kakek Dina dan Ayah Dina keluar dari pesta sambil berbincang-bincang.
Dina mendekati Allen dan tangannya langsung menamparnya. "Apa yang kamu lakukan seharusnya aku tidak membuka hadiah bodoh itu!" teriaknya dengan nada tinggi.
Allen mengelus pipinya yang terkena tamparan, dia tidak mempunyai permusuhan dengan Dina. Namun tamparan itu menandakan perasaan tidak senang Dina padanya.
"Sudah aku bilang sebelumnya, aku akan pergi saja." Allen berjalan keluar dari rumah mewah.
Clarissa yang melihat Allen keluar, langsung mengikutinya dari belakang. Dia meraih tangannya dan berkata, "Ayo bareng aku aja."
"Tidak, Clarissa. Dina adalah sahabatmu, jangan tinggalkan dia sendiri. Aku ada urusan, semoga harimu menyenangkan." Allen dengan pelan melepaskan tangan Clarissa yang memegangnya.
Allen melanjutkan langkah kakinya, Clarissa hanya bisa melihat dari atas tangga marmer di bawah rembulan yang begitu bersinar.
"Bagaimana mungkin gelang biasa seperti itu menjadi benda mewah."
Setelah sampai di stasiun, Allen menghampiri orang penjual gelang yang tampak sangat tua.
"Kakek, darimana kamu mendapatkan gelang ini?" tanya Allen dengan sopan.
"Anak Muda, hal itu adalah rahasia dagang. Jangan bertanya seperti itu lagi ya..."
"Maaf, Kakek. Jika tidak keberatan bagaimana jika aku membeli semua barang dagangan anda hari ini?" tanya Allen tersenyum manis.
"Total semuanya 7 juta, Nak. Apa kamu punya uang sebanyak itu?"
Allen baru sadar ternyata semua uang di tabungannya sudah di belikan saham teknologi. Manajemen uangnya masih berantakan, jadi ia akan mulai melakukan beberapa tindakan.
"Maaf, Kakek. Sepertinya aku tidak punya uang sebanyak itu. Lebih baik menjualnya pada orang lain."
Allen segera pergi karena di kantongnya benar-benar tidak ada uang sama sekali. Di tabungan juga 0 karena uangnya sudah di belikan saham.
"Anak muda yang termakan oleh ketamakan tidak akan pernah berhasil. Selamat mencoba yang terbaik, Nak." Kakek di belakang Allen menghilang seperti debu yang tertiup angin.
Di jalan Allen tidak berhenti bergumam. "Mungkinkah benda itu benar-benar mahal?" Sampai akhirnya 3 preman menghentikan langkah kakinya.
"Hai ganteng, berikan kami uang!"
Allen melihat mereka bertiga. "Kalian sungguh merepotkan. Bukankah tempo hari sudah aku beri pelajaran, sepertinya kalian butuh beberapa pukulan lagi!"
Jari jemari tangannya di kretek, kepalanya di patahkan ke kanan dan kiri. Bahu Allen langsung menegang dan lengannya di ayunkan.
"Buk," tinju Allen berhasil mendarat pada pria botak di tengah.
"Aku hari ini benar-benar stres. Kehadiran kalian membuatku ingin melampiaskan kemarahan ini!" Allen tidak berhenti, dia menumbangkan dua lainnya dengan sangat mudah.
[Selamat telah berhasil menambah Wibawa 1 poin.]
"Hah?"
Jelas Allen kebingungan, padahal sedang berkelahi tapi wibawanya menambah.
Pria botak yang pertama kali terpukul merangkak ke bawah kaki Allen. "Bos, jangan pukul aku lagi. Kita bertiga kesini ingin meminta maaf, kata-kata tadi hanyalah gurauan!"
Sekarang Allen mengerti mengapa Wibawanya meningkat, itu dikarenakan ada orang yang mengakui kekuatan maupun kekuasaannya.
"Jangan merengek dan segera bangun. Aku tidak terlalu keras memukul kalian!" Allen tidak sadar, pukulannya itu tadi bisa membunuh seorang pria yang tidak mempunyai tubuh kuat. Tiga preman itu sudah sering bertarung, jadi tubuh mereka terbentuk secara alami.
Ketiga preman segera berdiri dan menundukkan kepala di depan Allen.
"Apa yang kalian inginkan?"
"Bos, berikan kami petunjuk. Aku sudah menyelidiki seberapa culunnya dirimu, tetapi lihatlah sekarang tubuh yang kuat dan pemikiran matang. Kami ingin berguru padamu!" jawab pria botak dengan penuh semangat.
"Hai botak, siapa yang bilang aku culun?"
"Itu hanya rumor bos, jangan diambil hati."
"Kalau kalian ingin menjadi bawahan, kebetulan aku akan membuka sebuah usaha minuman ringan. Kalian akan menjaga kios karena aku harus bekerja di kantor."
"Baik, Bos!" ketiganya tampak senang. Sebelumnya mereka hanya makan dan minum minuman keras. Sekarang ada orang yang memberikannya pekerjaan normal.
Sesampainya di kontrakan, Allen memeriksa statusnya.
[Status : Pemain Allen]
Level : 1
Kekuatan tubuh : 6
Stamina : 4
Konsentrasi : 5
Wibawa : 2
Aura power : 4
Nilai Kekuatan : 21
---- Keterampilan ----
Pemain pengguna sistem dewa.
Mata Dunia.
...
---- Bonus ----
Bonus poin bebas : 1
Bonus poin skill : 0
"Aku tidak perlu menghemat poin bebas, langsung aku masukan saja pada Konsentrasi!." Poin Konsentrasi berhasil ditambahkan sehingga menjadi 6 poin.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi, Allen harus segera tidur supaya bisa bangun lebih pagi. Namun kenyataan berbeda, mata Allen terus terbuka dan tidak bisa tidur.
"Mengapa aku masih belum ngantuk jam 2 pagi!" teriak Allen sambil menendang nendang guling.
["Semua karena poin Konsentrasi anda terlalu tinggi. Lebih baik berlatih atau melakukan meditasi."]
Suara sistem membuat Allen tersenyum kecut. Dia sadar bahwa meningkatkan poin konsentrasi adalah pisau bermata dua. Disisi lain dia bisa mengerjakan tugas dengan sangat cepat tapi efeknya otaknya terus bekerja hingga susah tidur.
Merasa tidak nyaman, Allen langsung mengambil sepatu olahraga dan berlari ke kantor dengan pakaian tidur. Dia lupa mengganti pakaian karena merasa sangat risih dengan kemampuan otaknya yang sangat kuat.
Karena Allen tinggal di kota, banyak orang melihatnya menggunakan pakaian tidur dan berlari di malam hari. Bahkan beberapa orang mendokumentasikannya dengan foto dan di upload ke Fesbuk.
Sesampainya di kantor, Allen langsung melakukan meditasi untuk menyelesaikan misi harian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Cha Sumuk
cerita nya ky aneh gimn ya MC cowok nya masa di tampar diem bae,di paksa nikah jg ga nglawan dihhh anehhhh
2023-12-01
0
Uchiha Zikato
ribut yuk gue pake natalia lu pake natalia
2021-11-25
0
Jimmy Avolution
Bagus....
2021-11-25
1