Matahari pun berganti dengan bulan, cuaca sudah mulai dingin karna memasuki pukul 8 malam keatas, bahkan, dedaunan pinus diluar sana mulai mengemban serbuk salju yang menimbun, hal biasa dilihat di Negara Meksiko apalagi Kota Alfonso yang berdekatan dengan Gunung Elchapo kota mati ini.
Seiring dengan turunnya salju itu, begitu juga tetesan air mata wanita yang mengadahkan tangannya menatap langit kamar, ia melantunkan do'a-do'a untuk meraih kemurahan hati sang kuasa diatas sana.
"Ya Allah! hamba memang tak sesuci para umatmu yang selalu menjalankan kewajibannya seperti halnya tugas dari kami! tapi, hamba mohon, tabahkanlah hati hamba untuk menerima coba'an darimu, dan..!"
Shena menghela nafas halus, ia meyakinkan dirinya untuk mengambil keputusan ini, ini sangat berat dan menyakitkan.
Kedua orang tuanya tak tahu apapun tentang pernikahannya, hanya Majelis ulama besar dan para Ustadz dari negaranya saja yang menjadi saksi pernikahannya.
Dosa besar itu kembali ia lakukan, ia tak sanggup mengemban tanggung jawab dan kepercayaan yang ia hancurkan dari keluarganya.
"Dan beri hamba kemudahan untuk mejalani semua yang engkau takdirkan! hamba, hamba yakin! ini semua adalah ujian darimu, kuatkan hati hamba dan berikanlah hidayah pada suami hamba ya allah!" gumam Shena tulus dengan tetesan air mata yang terus mengalir, hanya yang kuasa-lah yang mampu menenagkan hatinya, ia meluapkan segala rasa sakitnya dengan meminta pertolongan dan ketabahan atas semua ujian ini.
"Shena!!"
Shena menoleh ke pintu kamar sana, ia menatap dalam penuh kelembutan pada Mark yang tampak rapi dengan Stelan jas seperti pergi ke acara resmi.
"Mau kemana?"
"Tidak ada!" suara datar pria itu membuat Shena menghela nafas, apa kehidupan abu-abu ini akan terus mengujinya?
"Jangan pulang diatas jam 11!"
"Itu tak penting bagiku!" ucap Mark datar mengambil jam tangan di lemari khusus Aksesorisnya, ia sangat terpukau dengan Shena yang seperti biasa memakai Mukenah Putih yang mempunyai pernik kilap disekitar sudut benda itu, membuat kecantikan Shena terpancar luas.
"Setidaknya aku mengingatkanmu!"
Mark diam ditempatnya saat Shena memakaikan Dasi ke lehernya, kedua tangannya refleks merengkuh pinggang ramping itu merapat membuat jantung keduanya berdebar kuat.
Shena sangat penasaran seberapa tampan pria ini? topeng itu hanya menutupi separuh wajahnya saja hingga bibir sensual itu terkesan menggoda. berbeda dengan Shena yang penasaran. Mark justru tengah menahan diri.
Darah Mark sangat tersumbat bersentuhan dan menatap wajah cantik Shena yang berkalilipat menunjukan pesonanya setiap selesai Sholat ini, tampak bercahaya dan penuh ketenagan.
"Kau jelek!"
Shena menghentikan tepukan tangan halusnya ke dada bidang kekar itu, ia mengadah menatap Mark yang juga menatapnya dalam.
"Aku harap kau tak mempunyai rasa pada wanita buruk rupa ini!"
Grett..
Mark mencengkram kedua pipi Shena membuat wanita itu terkadah bebas menatapnya.
"Jangan pernah keluar dari kamarmu! atau kau ingin berkeliaran diluar sana, aku malu mempunyai istri sepertimu!" desis Mark geram, Shena hanya bisa diam dengan hatinya yang berdenyut, Mark selalu kasar akan hal yang belum ia lakukan.
"Jangan melarangku Beribadah! hanya itu keinginanku!" ucap Shena lalu ingin berbalik pergi, tapi Mark menahan belitan pinggangnya membuat tubuh mereka berdua masih merapat erat.
Cup..
Shena bergetar merasakan kecupan benda kenyal itu di bibirnya, kedua tangannya langsung mencengkram dada bidang Mark yang seakan menyengat seluruh bagian tubuhnya.
"Euhm!" Shena menggeram, ia wanita normal yang tak bisa dipancing dengan kelembutan hisapan bibir pria itu, begitu juga Mark yang tak bisa menepis rasa manis dari kelembutan bibir berisi Shena yang baru kali ini ia rasakan.
Untuk sesaat keduanya saling menghisap lembut, keduanya masih kaku tapi gerakan spontanitas itu membangkitkan hasrat keduanya, apalagi deburan nafas yang memburu menerpa wajah masing-masing.
"Sianmm!"
Shena berusaha melepas tautan bibir Mark yang semakin masuk membelit lidahnya, satu tangan pria itu sudah menekan tengkuknya untuk memperdalam hisapan bibirnya.
Plup..
Tautan itu akhirnya terlepas karna Shena yang memberontak kehabisan nafas, keduanya ngos-gosan dengan juntaian benang silva yang masih bertaut di bibir masing-masing.
"Ka..Kau membuatku sesak!"
"Kau kaku!"
"Apa kau bilang. ha?" pekik Shena menatap sinis Mark yang nyatanya juga kaku dalam berciuman, mereka berdua hanya mengandalkan insting masing-masing.
"Bibirmu pahit!"
Cup..
Kecupan itu kembali Mark layangkan membuat wanita itu jengah.
Shena hanya merotasi malas saja, Mark memang sangat aneh, tak ada yang bisa mengerti sifat dan etika pria ini.
"Sudahlah, aku malas berdebat!" ucap Shena meraih punggung tangan Mark dan mengecupnya lembut sebagaimana ia lakukan pada Vian dulu, Mark hanya diam dengan hatinya yang mendesir halus, ia baru pertama kali diperlakukan selembut dan semanusiawi ini.
"Pergilah! jangan pulang larut malam!"
"Hmm!"
Mark melangkah keluar kamarnya dengan Shena yang menggandeng lengan kekarnya lembut, wanita itu sangat pas menjadi seorang istri.
"King!"
"Masuk kedalam!"
"Tapi...!"
"Shena!!" tekan Mark pada Shena yang ingin keluar kamar, Janson hanya diam dibalik pintu sana, benda itu agak terbuka membuat ia melihat punggung kekar Kingnya yang menutupi tubuh Shena.
"Aku hanya ingin minum!"
"Semuanya sudah ada dikamar ini! pelayanmu juga ada diluar sana!" ucap Mark datar ia berbalik dan mengunci pintu kamar itu dari luar membuat Shena sungguh frustasi.
"Bersama Vian aku tak bisa keluar Mansion dan sekarang, Sian-pun tak memperbolehkan aku keluar kamar!" gerutu Shena melangkah kepinggir ranjangnya.
Ia menatap Al-qur'an yang tadi Mark beli karna permintaannya, Mark tak bisa menolak walau sebelum itu Mark mengatainya dengan kasar tapi benda itu tetap ia dapatkan.
"Aku harap keputusanku benar menerimamu baik dan buruk!" gumam Shena mengelus lembut tulisan arab kaligrafi yang sangat cantik membuat hatinya tenang.
"Shena!!!"
Degg..
Shena tersentak kaget saat mendengar teriakan Vian diluar sana, ia juga mendengar suara keributan yang sangat nyaring.
"Vi..Vian!"
"Shena!!! buka pintunya sayang!"
"Vi..Vian!!"
Shena mendekat kearah pintunya, ia takut anggota Mark akan memukuli pria itu kembali.
"Buka pintunya!!" teriak Shena menggedor paksa pintu kamarnya, ia sudah mulai mendengar suara tinjuan seperti biasa membuat ia semakin panik.
...........
Suara puja Kamasti yang nyaring dari Pendeta yang menatap Lukisan Nenek Moyang Alfoenzo itu begitu terlihat hikmat dengan baca'an pujian do'a yang terdengar aneh bagi manusia awam biasa. sudah beberapa menit ini dilakukan.
Pembakaran Dupa yang mengitari benda itu tampak menguarkan asap dengan Bunga mawar merah dan lilin-lilin kecil yang menyatakan Keabadian sebagai Kepercayaan Generasi Alfoenzo.
"Yang Mulia Agung Nenek dan Kakek Alfoenzo Marta, terima sembah dan kesetiaan kami Ya Tuhanku!"
Suara Tuan Antonio memberi sesembahan berupa segelas darah yang diminum olehnya, keluarga yang lain yang juga menganut kepercayaan inipun tak heran lagi dengan Tradisi yang dilakukan Generasi ke 7 Alfoenzo.
Deretan keluarga yang lain memakan Bunga melati dan juga air suci dari persemayaman didekat Lukisan tua itu.
"Mark!"
Nyonya Valeria dan Nyonya Irene menatap bingung Mark yang terlihat tertegun menatap lukisan yang mereka anggap Tuhan itu, gelas darah yang ia peggangpun menggantung digenggamannya.
"Minumlah!"
"Hmm!"
Mark meminum cairan itu dengan lancar seperti biasa dimana ia kecil, Tuan Antonio memberi Dupa ke 3 ditangannya, Mark membakarnya seperti ritual biasanya.
"Semoga kau mendapatkan wanita itu nak!" ucap Tuan Antonio memeluk Mark yang hanya diam menerima Bunga Melati yang diambil didalam Talenan yang sudah 3 hari di dalam air suci sana.
"Hmm!"
"Mark! kau semakin Tampan saja sayang!"
Nyonya Irene memeluk Mark yang hanya setia dengan wajah datarnya, lekukan bibir sensual Mark yang merah akibat darah tadi pun seketika bersih kembali karna Mark tak ingin bau ini tercium oleh Shena nantinya.
"Kak! kau sangat tampan!"
"Hm! kau juga!" balas Mark basa-basi menepuk bahu Ricard sepupunya, wajah Tampan khas Mark dengan tatapan Elang yang selalu tak berekspresi membuat siapa saja meleleh.
"Ayo kita ke Meja makan!"
Tuan Fedrico yang menggandeng lengan istrinya menuju Meja makan dimana 10 Pelayan yang siap sedia mengelilingi meja besar tersebut untuk melayani Majikannya.
Mark diam dikursinya, tampak sangat berkharisma dan berkelas, rahang tegas yang ia miliki tampak mengundang aura pesona yang kuat dengan tatapan pasti dan hidung mancung sesuai Porsi wajah seorang Mark.
"Bagaimana pekerjaanmu Nak?"
"Seperti biasa!"
"Apa sudah ada titik terang dari masalahmu?"
"Belum!"
Mereka hanya bisa saling pandang jengah, Mark hanya masa bodoh dan ingin menyuap Stik daging di garpunya, tapi ia terhenti mengingat sesuatu.
"Ada apa Nak?" tanya Nyonya Valeria memeggang bahu Mark yang tertegun diam. ia sudah lama disini, sebelum acara tadi ia pergi melihat Pekerja Perdagangannya seperti biasa dan sekarang sudah jam 10 lewat.
"Aku ada pekerjaan yang belum selesai!"
"Masalah Perdagangan mu?"
"Hmm!"
Mark melepas Sarbetnya dan meminum segelas air disamping piringnya, lalu berdiri pamit pergi.
"Aku permisi!" ucap Mark setelah menerima tisu dari pelayan yang berdiri dibelakangnya.
"King!"
"Ada apa?"
"Pria itu kembali membuat ulah!"
Mark hanya diam dengan wajah yang mengeras, ia masuk kedalam Mobilnya cepat.
........
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
mama yuhu
aatgaa.. shenaa.. kau cari masalah.. padahal sian sudah mw membuka hatinya ☺☺😁
2022-09-17
2
Juan Sastra
siapa perempuan yg di cari mark
2022-07-21
0
Sweet Girl
ndak usah terlalu emosi.... tho Shena sudah jadi milikmu sekarang.
2022-07-18
0