NOMOR ASING

"Gila bro. Lo dikacangin" celetuk Aziz. Gemas sebenarnya dia melihat sahabatnya diperlakukan seperti itu oleh Febby.

Ryan meremas jemarinya kemudian menghempaskan tangannya. Sungguh membuatnya penasaran saja cewek itu.

Tapi dia tidak mau peduli dan tidak akan menyerah begitu saja.

"Udah gak pa-pa. Mungkin dia butuh waktu. Kita makan aja deh, pada laper kan??" jawabnya santai sembari merangkul kedua temannya mengajak mereka untuk duduk.

Sontak kantin pun kembali ramai dengan berbagai ocehan mengenai pemandangan yang baru saja mereka lihat. Mereka tidak habis pikir. Bisa-bisanya Febby mengabaikan cowok seganteng itu, dimana mereka menginginkan cowok itu malah Febby mengabaikan nya begitu saja, untuk sekedar kenalan saja se-angkuh itu menolaknya didepan seluruh warga kampus yang ada dikantin saat ini.

"Sombong amat tuh cewek tomboy"

"Bener tuh. Beraninya dia begitu. Gue aja sampe ngiler pengen disalamin sama cowok ganteng kayak Ryan"

"Emang tuh anak gak tau diri. Belagu banget dia mengabaikan pangeran kampus kita"

"Sok cantik banget ya kan?. Penampilan gak ada bagus-bagusnya gitu aja belagak"

Dan masih banyak lagi cibiran yang mereka ucapkan, saking kesalnya dengan tingkah Febby yang mengabaikan Ryan begitu saja.

🌳

Febby masih saja menarik lengan Laras hingga ia berjalan terseok-seok.

"Lo ada hubungan apa sama cowok itu Fe??"

"Hubungan apa maksud lo?? Gue kenal aja nggak"

"Lah barusan..."

"Lo liat sendiri kan kalo dia ngajak gue kenalan"

"Yaaa... maksud gue. Emang lo gak tau dia itu siapa?? dia itu anak nya pemilik 'H' group yang lo datengin pestanya waktu itu. Dan dia anak baru disini. Bukannya gue udah sempet bilang sama lo"

"I don't care Laras. Dan gue gak kenal dia sama sekali" Febby melepaskan lengan Laras dan segera duduk di kursinya.

"Ya kenapa lo jawabnya ketus gitu sama dia. Dia tuh cuma pengen kenal sama lo Fe. Apa itu salah?"

"Udah deh. Gak usah dibahas"

"Gue gak ngerti sama jalan pikiran lo Fe. Mau sampe kapan lo nutup diri begini terus"

"Ras... please. Gue gak mau bahas ini"

Laras sempat terkejut dengan apa yang sahabatnya lakukan tadi. Dia secara tidak langsung sudah menyakiti hati Ryan. Belum tentu kan Ryan memiliki motif tersembunyi, bisa saja dia hanya ingin berteman.

Sejak beberapa tahun lalu memang ini pertama kali nya ada seorang cowok yang berani mendekatinya. Apalagi setelah penampilan nya yang berubah drastis dari yang awalnya elegan, feminim menjadi sosok Febby yang tomboy dan banyak menutup diri hingga saat ini.

🌳

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Febby asik memutar film romantis dari kaset DVD yang dia pinjam dari Larasati, diruang tengah dengan pencahayaan dari sorotan televisinya saja. Dia sengaja mematikan lampunya agar lebih terkesan seperti nonton dibioskop. Apalagi dengan lebarnya layar televisi yang sudah seperti layar tancep. Nikmatnya, gumamnya lirih. Sayang sekali tidak ada yang menemaninya. Maminya masih saja sibuk bekerja dan belum kembali. Resiko memang menjadi seorang anak tunggal.

"Non..."

"Non..."

Saking fokusnya suara bi Inah yang memanggil nya sampai tidak ia dengar.

Wanita separuh baya itu menyentuh pundak Febby. "Non" panggil nya lagi dengar suara agak keras.

Febby terperanjat dari duduknya "bibik. Ya ampun ngagetin aja. Kirain hantu...." suaranya bergetar akibat terkejut.

"Maaf non. Dari tadi bibik panggil tapi nggak dengar. Lagian non kok gak buka lampu sih. Kan gelap begini"

"Hehe biar kayak di bioskop bik. Kan seru!." Febby beranjak dari duduknya, menyalakan lampu dan mengecilkan suara televisinya yang memenuhi ruang tengah itu, bersiap untuk mendengarkan bik Inah yang seperti akan berbicara penting kepadanya sampai ia menghampiri nya yang tengah asik menonton tv itu.

"Ada apa bik? Sini duduk" ucapnya sembari menepuk sofa sebelahnya, berharap wanita yang sudah dia anggap sebagai neneknya sendiri itu menemaninya.

"Ini non. Hapenya non Febby tadi ketinggalan dimeja makan. Tapi bunyi terus dari tadi makanya bibik bawa kesini. Non sih, nonton tv nya keras banget jadi gak dengar kalo hapenya bunyi" bik Inah menyodorkan hapenya kepada anak majikannya itu.

Cewek itu menyatukan alisnya menerima hapenya dari tangan bik Inah. Siapa yang menelponnya jam segini.

"Makasih bik. Bibik mau duduk nemenin Febby??"

"Maaf non. Bibik mau nyetrika baju jadi nggak bisa nemenin non Febby nonton"

Cewek itu tersenyum dan mengangguk kecil "makasih ya bik. Boleh tolong mati'in lampunya lagi?"

"Iya non" bik Inah hanya menggeleng kepala melihat kelakuan nona nya yang kadang aneh seperti saat ini. Ada-ada saja dia ini batinnya.

Tidak ingin kehilangan moment romantis dari film yang sedari tadi asik dia tonton, jadi dia meneruskan lagi acara menonton nya yang tertunda. Lampu sudah dimatikan oleh bik Inah, kini dia meraih remot tv dan menambah lagi volume nya seperti sebelumnya. Lupakan soal siapa yang katanya tadi meneleponnya beberapa kali sampai bik Inah mengantar kan hape itu kepadanya.

Tapi tak lama setelah itu hape yang memang dia taruh dipangkuannya kembali bergetar dan berbunyi meski terdengar samar karena suara tv yang begitu keras nya tapi dia tahu kalau ada yang menghubungi nomor ponselnya terlihat dari lampu pada layar itu yang menyala.

Dia biarkan saja seperti itu sampai mati dengan sendirinya dan beberapa menit selanjutnya kembali berbunyi dan tetap dia biarkan sampai filmnya terputar habis.

Cewek itu menggeliatkan tubuhnya dan sedikit menguap karena sedikit ngantuk. Ia segera mematikan televisinya lalu berjalan menuju kamarnya dilantai dua.

Dia berjalan menaiki anak tangga dengan sedikit gontai, mungkin karena lelah dan mengantuk. Dan hapenya kembali bergetar dan mengeluarkan bunyi.

Febby berdecak kesal "Siapa sih? Ganggu aja"

Ia merebahkan tubuh nya ke atas kasurnya.

Dilihatnya layar benda pipih itu. Terlihat nomor asing pada layar tersebut.

087666xxxxxx calling

Lagi-lagi dia biarkan sampai mati dengan sendirinya. Lalu melihat banyak pesan dan panggilan WhatsApp dari nomor yang sama

087666xxxxxx

Febby angela

Lagi ngapain?

Kenapa gak dibalas

Apa aku ganggu?

Begitu bunyi pesannya yang dia terima

Febby lagi-lagi mengerutkan dahinya, dia tahu ini bukan nomor Rangga sepupunya apalagi ibunya, bukan sekali. Saat nomor itu kembali menghubungi nya. Dengan kesal dia menyetuh tombol hijau.

"Halo"

"Febby angela"

"Iya. Ini siapa ya??"

"Ini gue Ryan. Save nomer gue, oke. Gue..."

Tutt..

Tutt..

Febby memutuskan panggilannya secara sepihak.

"Dari mana dia tau nomer gue. Dasar pengganggu" gerutunya lalu melempar hapenya asal tapi masih diatas kasurnya. Dengan cepat dia meraih gulingnya dan memeluk benda itu erat, ia ingin tidur saja sekarang.

Dan beberapa saat kemudian hapenya kembali berbunyi.

Karena saking kesalnya dia segera beranjak meraih hapenya lalu berjalan kedalam kamar mandi, membuka kran washtafel kemudian meletakkan hapenya itu dibawah guyuran air yang menyala. (Alias memandikan hapenya)

🌳

Mati-mati dah tuh hape 😄.

To be continued...

Terpopuler

Comments

⚔️👑𝟚𝟙ℕ⚔️ 𝕁𝕦𝕞ဣ࿐༻

⚔️👑𝟚𝟙ℕ⚔️ 𝕁𝕦𝕞ဣ࿐༻

anak sultan....mah bebas...

2020-01-30

6

Suty

Suty

horang kaya mah bebas

2020-01-28

4

Boo neeeem

Boo neeeem

Ea kasian jadi Korean hpnya

2019-08-26

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!