Rate, Like, dan Komen ;)
Happy reading ;)
.
.
Begitu melihat Darren memasuki studio Jen, wartawan yang bersembunyi segera bergerak mendekati halaman parkir.
"Ngapain kamu kesini?"
Darren yang sibuk berpikir, mengangkat wajahnya. Mentas dari praduga, apa yang akan terjadi selanjutnya. Akan tetapi, sekalipun ia mengkhawatirkan Jen, ia ingat untuk menjaga jarak. Ia berhenti beberapa langkah dari Jen yang bersiap pergi.
"Apa kau baik-baik saja?" Darren mengawasi Jen teliti. Wajah wanita itu sembab, ia tahu betapa terluka wanita pujaannya ini. Namun yang membuatnya terpana adalah Jen masih mengenakan jaketnya.
Jen melebarkan kelopak matanya, lalu bersedekap dengan angkuh. "Apa pedulimu? Kau sengaja datang mau mengejekku?" Dagu Jen sampai ikut maju, seakan menegaskan permusuhannya.
Darren tidak bisa menyalahkan Jen jika dia selalu berburuk sangka padanya. Dia dengan sadar ingat bahwa dulu ia selalu datang hanya untuk menjahili Jen. Selalu begitu, hingga satu kejadian membuat Darren kecil berpikir jika telah melampaui batas. Usai kejadian itu, Darren berjanji akan menjaga Jen, meski ia dulu tidak berani membela Jen terang-terangan karena ia takut teman-temannya akan mengejeknya.
"Jangan berburuk sangka, Jen ... aku kemari hanya ingin melihat keadaanmu. Aku tidak bermaksud buruk."
"Aku baik-baik saja! Tidak usah sok peduli padaku, aku tidak butuh!" ketus Jen.
"Jen ...," Vaya mengguncang lengan Jen karena ia merasa tak enak hati ketika ucapan Jen terdengar menusuk telinga. Dia merasa ucapan Jen keterlaluan.
"Ck, diam Vaya!" Jen menarik tangannya dengan kasar lalu berjalan begitu saja melewati Darren.
"Jen ... tunggu!" Darren sigap menangkap tangan Jen, hingga tubuh Jen berbalik menghadapnya, pandangan mereka beradu. "Diluar pasti banyak yang sedang menunggumu. Sebaiknya hati-hati dan jangan gegabah, kau bisa berada dalam bahaya."
Jen lagi-lagi kesal dengan kepedulian Darren, meski mata itu memang tampak tulus, tapi Jen tidak pernah lupa tahun-tahun dimana ia selalu tersiksa.
Jen menata kakinya agar bisa berhadapan langsung dengan Darren, menyentak tangannya hingga terlepas dari genggaman Darren. Agar dia bisa menunjukkan bahwa dia tidak butuh simpati dan perhatian Darren. Ini sudah sangat terlambat.
"Kenapa aku harus menunggu sampai di luar? Di sini saja sebenarnya aku berada dalam bahaya. Aku yakin dari kelihatannya kamu sudah lupa bahwa kamu adalah bahaya yang harus kuhindari!" ujar Jen sarkastik.
Darren membeku dibawah tatapan tajam dan penuh amarah dari Jen. "Jen, untuk hal dimasa lalu, aku sungguh-sungguh minta maaf. Aku tahu aku salah dan aku sudah berusaha memperbaikinya selama ini. Apa itu tidak cukup untuk menilaiku lebih baik?"
Bibir Jen meliuk sinis, Jen yang sedang diliputi amarah tidak bisa memikirkan hal lain selain melampiaskan kekesalannya pada Diego. "Berusahalah lebih keras lagi, Darren, tunjukkan bahwa kau sungguh-sungguh menyesal!"
Jen membuang muka dengan sadis, entahlah dia semakin kesal saja saat ini. Dia yang tak pernah bisa membalas Darren di waktu dulu, kini rasanya adil jika ia membuat Darren terluka. Tapi ia tidak merasa baik, apalagi sorot mata Darren barusan yang malah membuat Jen terlihat buruk. Apa salah kalau dia masih menyimpan dendam?
Hembusan napas Jen baru saja melewati hidungnya, tetapi Darren sudah berdiri di depannya. Memblokir langkah Jen yang terarah ke pintu. Mendesah malas, Jen menaikkan pandangannya.
"Minggirlah, atau aku tidak tahu bagaimana tanganku menghajarmu!"
"Lakukan sampai kau puas, Jen!" Darren belum pernah semarah ini menghadapi kekerasan hati Jen. Sekalipun ia kesal, ia lebih memilih diam dan mengalah. Tapi sepertinya tidak untuk kali ini. Darren menarik tangan Jen dan mengarahkannya ke pipi, menamparkan telapak tangan Jen di pipinya dengan keras.
Jen membola, ia menahan tangannya dan berusaha memberontak dari cekalan Darren. "Lepasin, Ren! Bukan begini caraku menghajarmu, aku bukan pegulat atau preman!"
Melihat kedua temannya adu mulut, Vaya menghela napas dan mendekati mereka tapi tidak berniat melerai. Hal pertama yang dilakukan Vaya adalah merekamnya. Dalam kepalanya terlintas satu ide yang ia yakin ini akan membuat Jen semakin meradang.
"Pasutri berantem gara-gara video absurd di lapak sebelah." Begitu bunyi caption yang ia sematkan pada video yang sama sekali tidak melewati proses editing. Jen dan Darren seperti pasangan yang sedang saling mencemburui.
"Please, hentikan tindakan konyol kalian ini," hardik Vaya. "Kenapa kalian membuat semua jadi rumit, ha?"
Seketika dua orang itu berhenti, lalu Jen dengan kasar menarik tangannya. Dengan bantuan tangan kirinya, Jen melegakan pergelangan tangannya yang sakit. Kakinya menghentak kasar sambil membuang muka.
"Jen kau butuh tumpangan untuk ke tempat Diego. Darren, kau tidak punya alasan untuk menahan Jen tetap di sini. Semua masalah harus jelas agar kami bisa bekerja kembali. Jadi Ren, sebaiknya kamu anterin Jen ke tempat Diego dengan aman. Jen jangan membantahku, aku hanya ingin kau aman!" Vaya tegas menelunjuk Jen.
"No debat!" bentak Vaya lagi, ketika Jen bersiap membuka mulutnya.
Jen menghela napas, "Vay ...," rengeknya keberatan. Ia menatap iba ke arah Vaya.
Ngga ada cara lain apa?
"No ... hanya ini saja cara yang paling aman," tegas Vaya sambil mendorong tubuh Jen hingga berbalik. "Pergilah, bersama Darren aku merasa lebih tenang."
Jen mendesah, ia berjalan dengan terus menjaga jarak dari Darren.
Darren yang sejak tadi berusaha menenangkan dirinya melangkah keluar terlebih dahulu, menahan pintu agar Jen bisa lewat dengan leluasa.
Sementara beberapa orang yang memang sengaja menunggu Jen keluar dari studionya bersiap menyerbu ke arah Jen.
"Mbak Jen apa kabar?"
"Komentarnya sedikit saja, Mbak."
"Mbak, klarifikasinya, Mbak."
"Pendapatnya tentang video itu, Mbak."
Darren berusaha tenang melewati kerumunan itu, ia membiarkan Jen bingung sendiri mencari perlindungan.
Ketika semua orang itu semakin mendesak, Jen secara alami menubruk punggung Darren dan berpegangan pada kedua sisi kaos Darren. Hal ini membuat Darren mengernyit sambil mencibir.
"Masnya ini siapa? Berkomentar sedikit, Mas!"
Darren menoleh sejenak, ia melirik ID card yang menggantung di leher pria itu. Namun Darren hanya tersenyum singkat karena Jen yang sedang dibelakangnya meremas lengan Darren begitu keras.
"Apa benar yang dituturkan Diego, Mbak? Benar jika kalian hanya teman seranjang?"
Kepala Darren melesat secepat kilat mencari sumber suara. Kilatan di mata Darren begitu mengerikan bersilak amarah yang mengental. Pria yang biasa santai itu berubah menjadi seperti serigala yang buas.
"Hei—" Jen bersiap meledakkan amarahnya. Tetapi ditahan oleh Darren. Sejenak mereka berdua saling pandang.
"Kalian silakan percayai ucapan Diego, jika kalian kesini atas perintahnya untuk menjatuhkan kekasih saya. Asal anda semua tahu, kemanapun Jen pergi, saya selalu bersamanya. Jika kalian waras, tentu kalian tahu siapa Jen dan ayahnya. Bukankah agak aneh jika Jen pansos sama Diego? Kurasa keadaanya sebenarnya berbanding terbalik dengan ucapan Diego!"
"Tapi bagaimana dengan foto ciuman itu?"
"Anda tentu sudah tahu bagaimana sebuah foto dimanipulasi, 'kan?" pungkas Darren penuh penekanan.
"Tapi kata pakar, foto itu asli tanpa editan?"
Darren sudah hampir beranjak, tetapi segera diurungkan. Benar, sekali membuka mulut mereka seolah tidak ada habisnya mencecar.
"Percayai saja apa kata pakar jika kalian di sini hanya ingin memojokkan pacar saya. Kami tidak perlu mengatakan apapun yang nanti malah menjadi blunder bagi kami sendiri. Terserah kalian mau bilang apa."
"Anda sebagai kekasihnya, apa tanggapan anda?"
"Tidak ada, itu semua hanya omong kosong seseorang yang frustrasi karena wanita yang dipuja sebentar lagi akan menikah!"
Darren langsung menarik Jen yang memberat seperti batu. Ia tercenung seperti tersihir. Darren menghela napas, lalu meraup tubuh Jen dalam gendongannya.
.
.
.
.
.
Maaf, Typo ... kejar tayang soalnya😆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
y_res
darren kereen 😍😍😍
2023-04-17
0
Maryani Sundawa
Darren so gentle 😎👍👍💪
2022-10-13
0
Fatmawatiiska Fatmawatiiska
kembali ku sambung bacaan edisi Jen,aku berharap Ranu yg di publis,masak anak Harris ngak ada 🐱☺️🤗🥰🤭🤭💪😚
2022-08-25
0