"Entahlah, apa kau bodoh atau hanya ingin membuatku mengatakan segalanya agar kau bisa menjeratku ke penjara lagi, tapi sebagai teman, aku berbaik hati meluruskan semuanya." Tanna memandang Jen dengan ekspresi merendahkan. Kukunya yang lentik dengan nail art menghiasi, dijentikkan dengan malas.
"Pertama, aku benci dengan keakraban di dalam keluargamu, yang kau tahu sendiri, aku tak pernah merasakan kasih sayang orang tua dan saudaraku. Kau tahu, aku sangat ingin menggantikan posisimu meski hanya satu hari agar aku disuapi mama, atau dipeluk dengan sayang oleh papa, dimarahi kakak atau bertengkar dengan adik. Aku ingin itu semua." Ekor mata Tanna melirik ke arah Jen yang berdiri dengan bibir bergetar.
"Lalu kau mengiyakan ketika Excel mengakui Naja sebagai kekasihnya, padahal kau tahu benar, akulah yang mati-matian berusaha mendapatkan Excel. Akulah yang cinta mati sama kakakmu. Tapi apa? Kau setuju tanpa mengerti perasaanku. Lalu kau dengan bangga memamerkan iparmu yang kampungan itu pada semua orang. Astaga, apa kelebihan dia, coba?" sambung Tanna. Kini ia berdiri dan mengayunkan langkah ke arah Jen.
"Kau tahu betapa aku sangat tidak rela melihat kemesraan kakakmu dengan wanita kampung itu. Seharusnya aku yang dipeluknya, aku yang diciuminya, bukan wanita itu." Tanna tidak berteriak tapi dia mendesis sambil mengerling Jen yang masih membisu.
"Ketiga, kau sangat egois, manja, dan korban perceraian, tapi ...," Tanna membuka kedua tangannya dengan bahu mengendik. "... lihatlah, kau malah bahagia dan semua orang sayang dan loyal sama kamu tanpa kamu memberi mereka uang padahal mereka tahu kamu kaya, sedangkan aku ... keluargaku utuh, aku memiliki segalanya, dan apa kurangku, sampai aku tak bahagia? Sampai tak ada yang mau berteman denganku kecuali karena uang dan ancaman?"
Jen menggigit bibirnya miris, ia tak tahu jika hal yang selama ini dianggapnya sepele dan kadang memuakkan ternyata sangat diingini oleh sahabatnya. Ia juga tak menyangka, Tanna yang ceria menyimpan begitu banyak luka. Lalu kenapa itu menjadi salahnya? Kenapa harus seorang Jen yang bisa dibilang orang kaya baru? Apa orang lain tak bahagia dengan keluarganya? Kenapa tak menyalahkan atau membenci keluarga artis yang lebih mentereng dari pada seorang Jen?
"Tan, itu tidak bisa dijadikan alasan untuk kamu berbuat semaumu dan merusak dirimu sendiri! Kenapa kau tidak coba protes sama orang tuamu?"
"Kau pikir aku tidak protes? Aku protes, Jen ... aku bahkan mogok makan tapi yang datang malah dokter, dan ketika aku bermasalah dengan hukum, pengacara yang jumlahnya puluhan yang datang. Lalu uang dengan mudah menyelesaikan segalanya. Mereka bahkan tak perlu repot-repot pulang untuk melihatku."
Jen melihat Tanna seperti tidak tahu harus berkata apa, Tanna tak pernah bercerita sekalipun mereka dekat dan Jen tak pernah mau mengerti keadaan Tanna. Sekali lagi keegoisannya adalah biang dari semua kejadian ini.
"Tanna, aku-aku minta maaf ... aku tidak tahu kau terluka, aku tidak mengerti bagaimana mengetahui kesedihan orang lain kecuali mereka memberitahuku. Tapi, apa harus sampai begini kamu membuatku jatuh?" Jen meluluh, bahkan air matanya ikut meluruh.
"Iya, harus sampai seperti ini. Bahkan rasanya membuatmu bangkrut dan kehilangan banyak pelanggan itu belum sepadan. Harusnya, saat itu kau datang padaku yang merengek di kakiku, kita bisa bernegosiasi sedikit demi keuntungan kita bersama. Setidaknya aku bisa menukar uang dengan kebersamaanku dan Excel. Tapi, yah ... apapun itu, rasanya kalian terlalu tidak peduli dan yang kulakukan hanya serangan kecil, jadi tidak akan berpengaruh untuk kalian. Beda halnya bila kalian diserang lewat publik, kalian pasti hancur." Tawa Tanna menggema diruangan yang tidak terlalu besar ini.
Diingatkan soal serangan publik, Jen tiba-tiba ingat tujuannya kemari. "Dimana Diego?"
"Oh ... Diego?" Tanna seketika berubah ekspresinya menjadi tajam dan bengis lagi. "Dia pergi ke Jepang. Dia mungkin takut akan kuhajar karena tak mengupload video saat kalian berduaan di sana." Telunjuk Tanna menunjuk ranjang Diego.
Namun perkataan Tanna membuat Jen mengerut. "Video? Disana?" ingin rasanya Jen tertawa. Bahkan ke kamar ini, dia hanya sampai di ambang pintu, sekalipun mengantar makanan, Diego melarang Jen masuk. Pun dengan Jen, ia masih menjaga harga dirinya sebagai wanita. Meski tak dipungkiri, adegan berciuman di video yang diunggah Diego benar adanya. Dan itu satu-satunya, dan itu pertama dan terakhir kalinya. Setelahnya, Diego bahkan tak pernah menyentuhnya.
"Ya ... dan Si Diego kesayanganmu itu, entah menyembunyikan hasil rekaman itu dimana." Tanna mengangkat kedua tangannya dengan gidikan di lehernya.
Sejujurnya, Jen saat ini merasa sedih, tetapi melihat polah Tanna barusan ia ingin tertawa. "Kau mau tahu video itu dimana?"
"Katakan!" seru Tanna sambil menghambur ke arah Jen yang mengukir senyum meremehkan. Entahlah, ia tiba-tiba ingin mengubah alur kemenangan. Dasar Tanna naifnya ngga berubah, pikir Jen.
"Dimimpimu!" jawab Jen enteng penuh ejekan. Perlu beberapa saat bagi Tanna untuk mencerna ucapan Jen. Lalu begitu melihat Jen melebarkan tawa, Tanna menyerbu Jen hingga tubuh Jen terantuk pinggiran meja TV yang cukup menonjol dan tajam. Panas dan nyeri tak tertahan lagi rasanya. Namun, Jen berusaha tetap tenang dan fokus.
"Kau main-main denganku?" raung Tanna sambil menghentakkan tubuh Jen secara berulang.
"Itu karena kamu bodoh, Tan, hingga Diego menipumu. Diego se-sepertinya sengaja, menipumu demi menjagaku." Jen tersengal, tubuhnya terasa sakit semua. Tetapi, tangan yang dicengkeram Tanna, memegang kedua siku Tanna, meremas dengan sisa tenaga yang dimilikinya.
Tanna meraung kesakitan, akan tetapi Jen tidak berniat melepasnya. Bahkan Nella yang belum lama bangkit, bingung melerai perang ini.
"Nella, tolong!" seru Tanna. Lalu saat lengah, Jen menarik turun tangan Tanna dan memelintirnya hingga Tanna menepuk tangan Jen agar melepaskannya. "Lepas, Jen sakit!"
Masih erat memelintir, kini Jen menekuk tangan Tanna hingga keduanya berhimpitan badan. "Ini belum seberapa, mengingat bagaimana kau menghancurkan aku dan keluargamu. Aku yakin orang tuaku tak akan diam kali ini, tapi biar kuberi sedikit peringatan ...," kecam Jen sambil mendesis.
Krek ....
"Awwwhh ...." Tanna meringis ngeri, ketika Jen memelintir tangannya hingga tubuhnya berbalik membelakangi Jen.
Jen terus menekan tangan Tanna hingga sampai ke punggung atas, ia yakin Tanna yang rapuh ini tak bisa berbuat apa-apa.
"Sialan kau, Jen! Lepasin tanganku!" serunya sambil terus menampar Jen sekenanya. "Nella, bantuin ...," erangnya merintih.
"Tidak, sebelum kau bersedia menghapus video itu dan mengklarifikasi bahwa video itu tidak benar," ancam Jen. Mata Jen yang merah karena sempat trenyuh karena bersimpati pada Tanna, kini menatap Nella penuh ancaman. Awas saja kalau kau berani macam-macam, kecam Jen melalui sorot matanya.
Nella beringsut mundur, tubuh wanita itu tampak gemetaran, bahkan ia menggigiti ujung kukunya dengan panik.
Namun, Nella segera bergerak ketika ekor matanya bersitatap dengan Tanna yang memberinya tatapan penuh ancaman. Ia beringsut mendekati meja lampu, dengan penuh ketakutan.
"Agh ...!" jerit Tanna saat Jen kembali menekannya. "Kau tidak bisa mengubah apa pun, Jen ... itu bukan aku yang mengunggahnya!"
"Lalu siapa—"
"Agh ...!"
.
.
.
.
.
.
Up lagi jam 1 siang gaes😆 maaf🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
✨viloki✨
Dasar sakit jiwa, kl kel lain lbh bahagia trus lo mau ancurin gitu?!?
Kl org laen lbh kaya trus lo ngamuk2 gitu?!?
Heloow situ waras?!? Eh emang ga waras sih 😅
2022-03-31
0
Hana Moe
tanna cewek sakit🙄
2022-03-16
0
Dwi setya Iriana
heeemmmm hati2 jen.
2021-12-04
1