Happy Reading❤
.
.
Ranu membelikan makan siang untuk kakaknya sesuai permintaan Darren. Tak lupa untuknya sendiri dan Darren. Ia memesankan menu kesukaan Darren yaitu gurame. Entah di olah dalam bentuk apa, Darren sangat menyukainya. Sembari menunggu pesanan, Ranu menatap Darren penuh makna. Ia jatuh hati pada pria yang sangat sabar dan penyayang itu sejak TK mungkin. Karena seingatnya, hanya Darren yang memenuhi ingatannya sejak saat itu.
"Mbak ... ini pesanannya." seorang pegawai rumah makan itu menyodorkan satu kantung penuh berisi bungkusan makanan. Namun, hingga beberapa saat berlalu, Ranu tidak menanggapi ucapan pegawai tersebut.
Pegawai wanita itu mengekor pandangan Ranu yang tertuju pada Darren yang masih bertengger di atas motor, sibuk dengan gawainya. Lantas ia tersenyum maklum. Benih-benih merah yang merona di pipi wanita di depannya ini mengatakan bahwa ada sesuatu yang spesial di antara keduanya. Sehingga ia dengan sabar menanti Ranu lepas dari keterpanaannya.
"Dua ratus ribu, Mbak."
"Ya ...!" Ranu memindahkan matanya dengan cepat saking terkejutnya, lebih malu lagi, si pegawai wanita itu tersenyum, bukannya marah. Mengingat betapa lamanya ia melamun, Ranu merasa tak enak hati.
Terkesan bodoh, Ranu bergegas mengambil uang di dalam tasnya. Tertawa canggung, Ranu menyerahkan dua lembar uang ratusan ribu ke arah penjual itu. "Makasih, Mbak."
Usai menarik kantung plastik tersebut, Ranu melarikan kakinya ke arah Darren yang tersenyum menyambutnya.
"Plis kak, jangan senyum terus, bisa-bisa tinggal cairan aku nanti," keluh batin Ranu.
"Jangan lari-lari, ngga buru-buru juga kok." Darren mengulurkan helm untuk Ranu dan mengambil alih kantung yang di bawa Ranu.
"Biar aku saja yang bawa, kakak pasti kerepotan." Ia tersenyum. "Ayuk kak, jalan ...," sambung Ranu yang segera naik ke boncengan Darren.
Tangan Darren terulur untuk menepuk helm yang di kenakan oleh Ranu. Ia terkesan dengan Ranu yang sangat pengertian dan manis.
Ranu kembali menghangat, "Ya Tuhan ... jodohkan aku dengan pria yang sangat manis seperti dia."
Segera saja Darren melajukan motornya membelah jalanan menembus debu dan panasnya matahari yang begitu menyengat.
***
Jen terlonjak kaget saat pintu terbuka dengan suara menghentak yang cukup keras. "Nanu ...," sapanya saat melihat Ranu yang melangkah ke arahnya.
"Kakak baik-baik saja 'kan?" Ia meletakkan segala barang bawaannya ke atas meja di depan sofa yang ditiduri Jen.
"Tentu kau tahu kalau aku ngga akan baik setelah video itu!" Jen merengut lagi. Dia tadi sejenak tertidur karena matanya terasa lelah akibat menangis.
"Orang macam D ngga pantes ditangisi, kakak saja yang dibutakan cinta sampai ngga bisa bedain mana yang tulus mana yang modus!" Ranu mencibir, tangannya tak berhenti mengeluarkan menu makanan yang terbungkus rapi.
"Bibir kamu kalau ngomong pedes banget ya, abis makan cabe sekarung, ya?" Jen melempar jaket Darren yang ia pakai untuk menutupi perutnya yang terbuka, ke arah Ranu yang langsung berdecak. Tepat mengenai kepalanya.
"Ini jaket kak Darren, ati-ati kenapa! Kalau sobek gimana?" Ranu menyesapi aroma Darren yang begitu khas. Lalu mengemas jaket itu dan meletakkan hati-hati di sebelahnya.
"Dasar lebay," gumam Jen gantian mencibir Ranu. Adiknya itu sangat berlebihan pada Darren bahkan barang-barang miliknya.
Ranu menatap kakaknya dengan tidak peduli, sekalipun Jen selalu mengatakan apa yang dilakukannya adalah tindakan berlebihan. "Makanlah dulu, kau bisa sakit nanti. Setidaknya kalau sudah makan, kau akan kuat meratapi Diego tersayangmu itu."
Jen memainkan bibirnya kesal, ditariknya salah satu kotak berisi nasi dan beberapa lauk pelengkap. Matanya yang biasa berbinar ketika melihat cumi dan sup ikan, kini tampak biasa saja.
"Kak Darren!" Ranu beranjak bangun ketika Darren masuk ke ruangan ini. Jen yang baru saja mau menumpukan pipinya di tangannya yang terlipat juga ikut latah menoleh.
"Kalian makanlah ... aku masih ada pekerjaan." Darren hanya tersenyum sekilas, berlalu begitu saja menuju mejanya. Melihat Jen yang terlihat kesal saat melihatnya, membuat Darren memilih menghindar. Sepertinya, bukan dirinya yang diharapkan Jen.
"Eh, mana boleh ... ini jam makan siang kak, kakak harus makan. Ini sudah aku siapkan gurame bakarnya." Ranu menghampiri Darren dan menarik tangan yang kecoklatan nan lembab itu ke arah meja. Mendudukkannya paksa.
"Kakak duduk saja, biar aku yang ambilkan." Ranu berujar girang. Ia segera mengambilkan ikan kesukaan Darren lengkap dengan lalapannya.
Sementara Ranu sibuk, Darren menyempatkan matanya bertatapan dengan Jen. Wajah itu begitu sendu, sesekali mata Jen melirik Ranu yang sedang menyiapkan makanan untuknya, menolak mengangkat wajah untuk menatapnya. Bagi Darren, itu adalah sebuah penolakan yang halus. Jen terlihat sangat terpukul dan ia menolak dikasihani.
Jen kepayahan menelan makanan yang terpaksa ia jejalkan ke dalam mulut. Melihat Ranu yang begitu telaten dan perhatian kepada Darren membuatnya berpikir kalau dirinya selama ini terlalu egois. Ia begitu abai pada orang-orang di sekelilingnya. Berpikir bahwa semua orang hanya berputar mengelilinginya, tanpa pernah terlintas untuk membalas perhatian tersebut dengan suatu hal yang sama.
Tenggorokan Jen rasanya tersumpal sebongkah batu, nyeri sekali. Bahkan matanya sudah mengalirkan cairan bening yang sangat banyak. Melihat Ranu dan kedewasaannya, membuatnya begitu tertampar. Dia benar-benar merasa egois dan manja selama ini.
"Udahlah nangisnya ... nanti mukanya bengep loh ... cantiknya ilang! Makan dulu, nanti sambung lagi, nangisin Diegonya. Lagipula, cowok kaya gitu ngga usah di tangisin. Ngga penting!" Ranu menyodorkan makanan ditangannya ke arah Darren. Matanya masih mengawasi Jen yang mengusap matanya kasar. Pikirnya, Jen masih menangisi Diego.
Ketika Darren mendengar perkataan Ranu, ia menunda menyuapkan makanannya ke mulut. Menyodorkan tangannya mengambil air mineral dan menyerahkan di depan Jen.
"Minumlah ... benar kata Ranu. Pikirkan saja dulu kebaikanmu, Diego bisa dipikirkan lagi nanti."
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Najwa Aini
Waduhh...cinta silang nih jadinya
2022-06-12
0
✨viloki✨
Kasian ranu, cinta bertepuk sebelah tangan
Kasian daren, cinta berteouk sebelah kaki
2022-03-31
0
Hana Moe
wadooohh bau bau tepung segitiga biru nih😁😁😁
2022-03-16
0