Ricky melirik ke arah spion, dia melihat seorang wanita menggendong anak kecil memasuki mobil pick up yang baru saja mengantarkan karangan bunga. Seketika dirinya teringat akan Anindita dan Ramadhan, dua orang yang sedang dicarinya, namun sampai saat ini belum juga berhasil ditemukannya.
Ricky sendiri tidak mengerti, sudah setahun lebih dia kembali mencari Anindita namun sepertinya sulit sekali mencari jejak wanita itu. Dia merasa mungkin ini adalah hukuman yang Tuhan berikan kepadanya karena perbuatannya dulu.
Tiba-tiba Ricky memegang dadanya saat keluar dari halaman gedung perkantoran Angkasa Raya Group. Entah mengapa tiba-tiba saja jantungnya berdetak sangat kencang. Hal yang sama yang pernah dia rasa beberapa tahun silam.
" Ada apa, Rick?" tanya Dirga saat dia melihat Ricky meletakkan telapak tangan di dada pria yang sudah sejak lama bekerja dengan papanya.
" Entahlah, Pak. Saya merasa jantung saya berdetak lebih kencang. Sama persis seperti beberapa tahun lalu saat Pak Bima mengalami kecelakaan." Ricky mengingat kejadian beberapa tahun silam.
" Semoga tiba terjadi apa-apa, Rick. Karena kau akan ditugaskan ke luar pulau," ucap Dirga.
" Saya harap juga seperti itu, Pak." Ricky menyahuti.
Dia pun berkonsentrasi mengendarai mobil sport milik bosnya itu. Tanpa dia sadari jika wanita dan anak yang digendongnya itu adalah orang yang selama empat tahun dia cari. Ricky tidak pernah menduga jika orang yang sulit dia temukan itu ada di dekatnya hanya berjarak beberapa meter saja dengannya tadi.
***
" Ramaaaa ...!! Aawww ....!!"
Brraaakkk
Anindita langsung melepas buket yang ada di tangannya dan berlari keluar toko saat terdengar suara jeritan Lucy memanggil nama anaknya, ditambah lagi suara benda jatuh.
Anindita melihat papan karangan bunga yang sudah terjatuh di bawah. Dia lalu melihat Rama yang tengah menangis dalam gendongan lengan seorang pria.
" Rama, Sayang." Anindita langsung berlari meraih tubuh anaknya dari pria itu.
" Nin, sorry ... tadi Rama turun dari mobil langsung lari dan papan karangan bunga itu terkena angin dan terjatuh hampir mengenai tubuh Rama. Untung saja ada Mas ini yang cepat menarik tubuh Rama jadi nggak sampai kejatuhan papan itu." Lucy menerangkan terlebih dahulu sebelum Anindita menanyakan apa yang terjadi.
" Makasih ya, Mas. Sudah menolong anak saya." Anindita dengan cepat mengucapkan ucapan terima kasihnya kepada pria yang telah menolong Ramadhan.
" Iya, sama-sama, Mbak." Pria itu menyahuti.
" Adik kecil jangan nangis lagi, ya!" Pria itu mengusap kepala Ramadhan. " Dia sepertinya tadi kaget jadi menangis," lanjutnya menerangkan.
" Iya, sekali lagi terima kasih, Mas." Anindita sampai membungkukkan sedikit tubuhnya.
" Sebaiknya kamu bawa Rama dulu ke dalam, Nin. Kayanya dia ngantuk juga, deh." Lucy meminta Anindita membawa masuk anaknya agar tenang karena terlihat Ramadhan masih tersedu.
" Iya, Ci." Anindita kemudian melirik pria yang tadi menolong Ramadhan. " Permisi ..." Anindita berpamitan kepada pria itu.
" Siapa cowok itu, Nin?" tanya Yeti melirik ke arah pria penolong yang saat itu kebetulan ingin memesan buket saat Anindita kembali ke dalam toko dengan menggendong Ramadhan.
Anindita menoleh arah yang ditunjuk Yeti. Dia melihat pria penolong anaknya itu sedang memandang ke arahnya seraya melemparkan senyuman, membuat dirinya terpaksa membalas tersenyum ke arah pria itu.
" Ganteng dia, Nin." Yeti berbisik membuat Anindita langsung memutus pandangan dari pria itu.
" Memangnya kenapa kalau ganteng, Mbak?" tanya Anindita menoleh ke arah Yeti.
" Cocok kalau jadi papanya Rama. Aku pikir akan ada kejadian kaya di sinetron-sinetron. Seorang cowok menolong anak kecil yang hampir celaka, nggak tahu nya ternyata anak itu darah dagingnya yang sudah lama nggak pernah bertemu." Yeti tergelak.
Anindita mendesah mendengar kelakar Yeti. Kemudian dia kembali menoleh ke pria tadi yang kebetulan juga kembali sedang mengarahkan pandangan ke arahya, membuat Anindita langsung memalingkan wajahnya. Dia merasa malu karena ketahuan telah mencuri pandang pria itu.
***
Satu bulan berlalu ...
Ricky sudah terbang ke Kalimantan dan fokus mengurus perusahaan yang bermasalah di sana. Namun dia tidak menghentikan usahanya untuk mencari keberadaan Anindita dan Ramadhan.
Sementara itu di Jakarta, Anindita sendiri tetap menyibukan diri dengan pekerjaannya sebagai pegawai Alabama Florist. Sedangkan Ramadhan setiap hari selalu dibawa Lucy mengantar anak-anaknya sekolah.
Tett
Suara bel terdengar saat pintu masuk terbuka dan seorang pria masuk ke dalam toko Alabama Florist.
" Selamat siang, ada yang bisa dibantu? Ingin mencari bunga apa, Mas?" tanya Mita, salah satu pegawai yang melayani pria itu.
" Saya cari buket kado yang cocok untuk ulang tahun orang tua, apa ya?" tanya pria itu.
" Sebentar, Mas." Mita langsung menunjukkan beberapa design buket dari layar komputer.
" Silahkan, bisa dipilih desain yang disukai," ucap Mita.
" Oke." Pria itu melihat beberapa design.
" Saya pilih yang ini saja, Mbak." Pria itu kemudian memilih buket tulip dan baby breath.
" Berapa itu, Mbak?" Pria itu mengambil dompet dari sakunya
" Satu juta dua ratus lima puluh ribu, Mas."
Pria itu kemudian mengeluarkan kartu debit dari dalam dompetnya itu.
" Baik, Mas. Silahkan menunggu sebentar." Mita menpersilahkan pria itu menunggu di sofa setelah melakukan pembayaran.
Setelah beberapa menit Anindita membawa buket yang sudah dia rangkai ke depan.
" Mbak Mita, ini sudah jadi hand bouquet nya. Taruh di mana?" tanya Anindita.
" Itu, dikasih ke Mas yang pakai kemeja warna abu-abu, Mba Anin." Mita menunjuk arah pria yang memesan buket bunga tulip.
Anindita pun berjalan menghampiri pria yang dimaksud Mita.
" Permisi, Mas. Ini buket pesanannya sudah selesai." Anindita menyapa pria yang terlihat serius dengan ponselnya. Namun keningnya seketika berkerut saat pria itu menoleh ke arahnya. Dia mendapati pria yang beberapa Minggu lalu menolong Ramadhan yang hampir tertimpa papan karangan bunga.
Begitu juga dengan pria itu yang nampak sedikit kaget saat mendapati Anindita sudah berdiri di hadapannya.
" Maaf, Mas. Mas yang pesan buket ini?" tanya Anindita kemudian.
" Oh iya." Pria itu menerima hand bouquet itu dari Anindita. " Kamu ini yang kemarin bawa anak kecil yang hampir kejatuhan karangan bunga itu, kan?" Sepertinya pria itu pun masih mengingat Anindita.
" I-iya, Mas ini yang dulu nolongin, ya?" balas Anindita.
" Iya, kamu masih ingat saya juga, ya?" tanya pria itu lagi.
" Oh, i-iya ..." jawab Anindita gugup.
" Anaknya ke mana sekarang?"
" Diajak antar sekolah anak pemilik toko ini, Mas."
" Oh ... siapa nama anaknya kamu itu?"
" Rama."
" Rama Sinta?" celetuk pria itu berseloroh membuat Anindita terkekeh. Dan kening pria itu seketika mengeryit mendengar tawa kecil Anindita dan juga menampakkan deretan gigi rapih juga wajah yang terlihat cantik.
Anindita langsung menghentikan tawanya saat pria itu terlihat seperti perpukau menatapnya.
" Maaf, saya permisi, Mas." Anindita kemudian memutar tubuhnya ingin kembali ke dalam ruangan melanjutkan aktivitasnya namun suara pria itu menahannya.
" Tunggu ..."
" Ada lagi yang perlu saya bantu, Mas?" tanya Anindita.
" Boleh kita berkenalan? Saya Arya, boleh saya tahu nama kamu?"
Permintaan pria itu sontak membuat Anindita membulatkan bola matanya. Apalagi saat pria itu mengulurkan tangan ke arahnya.
" S-saya Anin." Mau tak mau Anindita pun menerima uluran tangan pria bernama Arya itu.
" Kamu kerja di sini, kan?"
" I-iya."
" Boleh kita bertukar nomer HP? Ngobrol di tempat kerja dan di jam kerja rasanya kurang enak." Arya beralasan.
" No HP?"
" Iya, kamu punya ponsel, kan?"
" Hmmm, iya ..."
" Boleh 'kan saya minta nomer HP kamu?"
" U-untuk apa?" Seketika Anindita merasa tidak nyaman dengan permintaan Arya yang ingin menyimpan nomer ponselnya.
Anindita memang tidak pernah merasakan yang namanya berpacaran, walaupun sejak gadis dulu banyak pria yang menginginkannya. Namun dia tidak pernah menanggapi karena dia lebih fokus bekerja dan mencari uang untuk bisa bertahan hidup. Tapi bukan berarti dia tidak tahu alasan jika seorang pria meminta nomer telepon wanita. Tentu saja itu karena ketertarikan sang pria terhadap wanita itu. Namun itu diterapkan pada dirinya, dia rasa itu adalah hal yang sangat mustahil. Seorang pria tampan dan terlihat berpenampilan seperti orang berada itu bisa tertarik kepada dirinya.
***
*
*
*
Bersambung ...
Happy Reading❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
gia nasgia
Bakalan jadi saingan papa Ricky 🤭
2023-07-13
1
ᰔᩚ 𝙼𝚊𝚖 𝚄𝚖𝚎𝚢𝚜 ♡ᰔᩚ
380
2021-11-09
0
Wie Yanah
arya... saingnya ricky
2021-11-02
0