Anindita Yang Kalap

Seperti yang dikatakan Sandra hari ini rumah Koh Leo itu nampak ramai dengan teman-teman gereja Sandra. Halaman belakang rumah Koh Leo dijadikan tempat demo masak oleh salah satu chef terkenal di sana. Dan seperti anjuran Sandra, Anindita pun mengikuti acara itu. Dia memperhatikan cara chef itu memasak, tentu saja agar kemampuan masaknya semakin terasah. Walaupun dia tidak mempunyai ambisi dan mimpi untuk mempunyai restoran, tapi untuk seorang wanita dia rasa tak ada salahnya menambah ilmu seputar masak memasak.

Dan sepanjang acara berlangsung kehadiran Anindita dan Ramadhan tentu saja menyita perhatian teman-teman Sandra. Apalagi sikap Ramadhan yang tak canggung bergelayut manja pada Sandra dan Sandra pun yang tak sungkan menempatkan Ramadhan di pangkuannya.

" Adik ganteng, siapa ini namanya?" tanya Caroline seraya mencubit gemas pipi chubby Ramadhan setelah acara masak memasak usai.

Ramadhan yang ditanya hanya tersenyum dengan menghisap ibu jarinya.

" Rama ditanya itu sama Tante Olin, namanya siapa? Nggak boleh dimasukan jarinya Rama, itu kan kotor," ucap Sandra, tangannya lalu menarik tangan Ramadhan yang sedang asyik menghisap ibu jarinya.

" Lamadan, Ante." Ramadhan menyahuti dengan bahasa yang belum sempurna pengucapannya karena baru berusia dua tahun.

" Dia bilang apa, San?" Caroline menanyakan kembali kepada Sandra karena dia kurang memahami ucapan Ramadhan.

" Ramadhan, Tante." Sandra pun mengikuti kata yang diucapkan Ramadhan.

" Oh, Ramadhan ... lucu banget sih kamu, gemes deh Tante sama kamu." Tak henti-henti Caroline mencubit pipi Ramadhan dengan gemas.

" Anak siapa ini, San?" Sisca, teman Sandra yang lain pun ikut tertarik pada Ramadhan.

" Dia anak angkatku," sahut Sandra tak sungkan menganggap jika Ramadhan adalah anak angkatnya.

" Anak angkat? Aku nggak tahu jika kamu punya anak angkat, San." Sisca penasaran. " Apa ini anak yang pernah diceritakan Cyntia itu ya?"

" Cyntia bilang apa?" Sandra memicingkan matanya menatap Sisca.

" Iya, Cyntia pernah bilang jika ada pegawai kamu yang hamil tinggal di rumahmu, orangnya cantik." Sisca kemudian memperhatikan Anindita yang saat itu lewat membawa nampan yang berisi pitcher berisi orange juice.

" San, menurut aku sih kamu mesti hati-hati juga lho mempekerjakan wanita cantik di rumah. Namanya bahaya siapa orang yang akan tahu?" Sisca memberikan pendapatnya kepada Sandra.

" Hush, kamu jangan bicara seperti itu, Sisca. Tidak boleh berburuk sangka pada orang lain. Kita juga nggak ingin 'kan orang lain berburuk sangka kepada kita padahal kita tidak melakukan hal yang buruk?" Caroline mencoba menetralisir keadaan dan lebih bijak dalam berpendapat.

" Sudah-sudah jangan bergosip, ayo kita cicipi makanan yang tadi dipraktekan sama chef tadi." Sandra segera mengalihkan topik pembicaraan.

Sementara tanpa mereka ketahui sebenarnya Anindita sempat menguping pembicaraan mereka. Entah mengapa setiap ada orang luar yang datang berkunjung ke rumah Koh Leo dan melihatnya selalu berpikiran negatif terhadapnya. Apakah dia serendah itu di mata mereka? Anindita hanya bisa mengurut dada dan beristighfar memohon agar diberikan kesabaran.

***

Susi berlari ke arah pintu saat terdengar bel berbunyi, dengan cepat dia membukakan pintu.

" Bapak?" Susi terkesiap saat mengetahui jika Johan lah yang datang siang itu.

" Bapak sama Ibu sedang tidak ada di tempat, Pak." Susi segera memberitahukan Johan saat pria itu menerobos masuk ke dalam rumah walaupun belum dipersilahkan masuk terlebih dahulu.

" Saya tidak ada perlu dengan mereka." Johan lalu mendudukkan tubuhnya di sofa dengan bertumpang kaki.

" Lalu Bapak ada apa kemari?" tanya Susi.

" Mana pegawai Leo yang kemarin bersama kamu itu?" tanya Johan.

" Maksud Bapak?"

" Pegawai yang cantik itu. Yang kemarin menyiapkan makanan sama kamu? Siapa namanya?"

" Mbak Anin?" Susi menatap Johan curiga.

" Jadi Anin namanya? Iya, mana dia? Suruh kemari cepat!" perintah Johan membuat Susi segera beranjak karena ketakutan apalagi saat melihat tampang Johan yang sedikit sangar berbeda dengan Koh Leo.

Sementara di dapur Anindita sedang menuang air hangat di botol susu formula Ramadhan. Dia lalu beranjak ke arah kamarnya karena dia ingin menidurkan Ramadhan yang terlihat kelelahan karena sejak tadi berlari-lari di halaman belakang rumah Koh Leo.

" Rama bobo ya, Sayang. Mama mau bantu Mbak Susi setrika soalnya." Anindita mengusap halus punggung Ramadhan yang langsung dibalas anggukan kepala anaknya itu.

" Baca doa dulu sebelum bobo." Anindita kemudian menuntun Ramadhan membaca doa sebelum tidur walaupun diikuti Ramadhan dengan terbata.

" Mbak Anin ...!"

" Sssttt ..." Anindita menempelkan jari telunjuk ke dekat bibirnya saat mendengar Susi memanggil namanya. Dan Susi pun langsung menutup mulutnya.

Setelah dirasa anaknya itu sudah terlelap dengan botol susu yang sudah terlepas dari mulutnya, Anindita pun mendekat ke arah Susi.

" Ada apa Sus kamu teriak-teriak?" tanya Anindita saat melihat Susi nampak gusar.

" Gawat, Mbak Anin."

" Gawat? Gawat kenapa, Sus? Ngomongnya yang jelas. Memang ada apa?" Anindita penasaran mendapati Susi yang ketakutan.

" Di depan ada Pak Johan cari Mbak Anin."

Aninindita terkesiap mendengar ucapan Susi.

" Pak Johan cari saya? Memangnya kenapa cari saya?" Anindita pun kini tertular rasa cemas.

" Di mana kamar Anin?" tiba-tiba suara Johan terdengar dari ruang keluarga.

" Itu orangnya sudah masuk ke dalam rumah. Gimana ini Mbak Anin?" Susi langsung senewen.

" Apa Mbak Anin sembunyi saja?" Susi memberikan pendapat.

" Nggak mungkin, Sus. Saya nggak mungkin sembunyi."

" Di mana kamar Anin? Siapa tadi yang saya suruh panggil Anin?" teriak Johan.

" Aduh, gimana ini, Mbak?" Susi langsung bersembunyi di belakang punggung Anindita.

" Sus, tolong kamu ke kamar saya. Jaga Rama barangkali dia terbangun. Biar saya yang hadapi Pak Johan."

" I-iya, Mbak. Mbak Anin hati-hati."

Setelah menganggukkan kepala, Anindita pun melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga Koh Leo.

" Bapak cari saya?" Dengan sedikit rasa takut Anindita menghampiri Johan.

Johan yang mendapati kehadiran Anindita langsung menarik sudut bibirnya sehingga terbentuk seringai licik.

" Kemarilah cantik." Johan menepuk sisi di sebelah dirinya duduk.

" Maaf, Pak. Sebaiknya kita berbicara di ruang tamu saja, tidak enak kalau di dalam sementara tuan rumahnya tidak ada." Anindita merasa tak enak hati kepada Koh Leo dan Sandra jika mereka tahu Johan sampai masuk ke bagian dalam rumah mereka karena Johan ingin bertemu dengannya.

" Leo itu adik sepupu saya, artinya saya juga tuan rumah di sini." Johan lalu menarik tangan Anindita hingga kini Anindita terjatuh pada pangkuan Johan dan Johan segera melingkarkan tangannya pada tubuh Anindita dan hendak menciumi leher jenjang Anindita.

" Astaghfirullahal adzim ...!! Apa yang Bapak lakukan?! Lepaskan saya, Pak!" Anindita memekik kaget, dia berusaha berontak melepaskan diri dari belitan tangan Johan. Seketika ingatannya kembali ke tiga tahun silam saat seseorang memaksanya dan memper*kosanya.

" Lepaskan saya, Pak! Tolong ...!! Bi Teti ...!! Susi ...!!" Anindita berteriak ketakutan.

" Johan !! Apa yang kamu lalukan?!" Sandra yang baru saja memasuki pekarangan rumahnya merasa heran saat mendapati mobil Johan terparkir di sana. Apalagi saat dia mendengar teriakan Anindita, Sandra langsung berlari masuk ke dalam rumahnya. Dan dia terperanjat saat mendapati Johan yang memeluk dan memaksa hendak mencium Anindita tapi Anindita menangis, beteriak dan meronta.

" Lepaskan dia, dasar breng*sek ...!!" Sandra memukuli tubuh Johan dengan tas slingbag nya.

Johan yang melihat Sandra yang terus memukulinya membuat dia melepas tubuh Anindita. Dia lalu menarik tas Sandra hingga tubuh Sandra tertarik ke arahnya.

" Kau mengganggu saja kesenanganku ...!!" geram Johan dengan satu telapak tangan berada di leher Sandra. " Kau tahu apa balasannya jika mengganggu kesenanganku?!" Johan mengeratkan genggaman tangannya di leher Sandra sehingga membuat Sandra tercekik susah untuk bernafas.

" Astaghfirullahal Adzim ..." Anindita yang mendapati Johan mencekik Sandra langsung terperanjat.

" Pak, tolong lepaskan Cici, jangan celakai Ci Sandra!" pekik Anindita dengan berurai air mata. Sakit rasa hatinya mendapati sosok Sandra yang selama ini baik terhadapnya diperlakukan seperti itu.

" Pak, lepaskan Ibu. Kasihan Ibu bisa kehabisan nafas." Bi Teti pun ikut memohon.

" Saya hanya tidak suka jika ada orang yang mengusik kesenangan saya, biarpun dia adalah istri dari adik sepupu saya sendiri!" Sorot mata Johan nampak penuh emosi.

" Pak, tolong jangan sakiti Cici, Bapak boleh sakiti saya tapi jangan Cici." Anindita semakin tersedu tapi Johan bergeming tak perdulikan permintaan Anindita.

Anindita yang kalap melihat Sandra yang nampak tersenggal karena susah untuk bernafas dengan cepat meraih vas bunga dan menghantamkan benda kaca itu ke kepala Johan.

*

*

*

Bersambung ...

Happy Reading❤️

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

Dasar buaya 😡😡

2023-07-13

0

eMakPetiR

eMakPetiR

Ojok kwatir mb Anin

ngko lak sampe diperkorokno nak polisi,, tak bantu sampean

wiss ojok kwatir

wong koyok johan ngunu kui ancene kudu dibumihanguskan ko ndonyo iki

2022-02-24

0

ᰔᩚ 𝙼𝚊𝚖 𝚄𝚖𝚎𝚢𝚜 ♡ᰔᩚ

ᰔᩚ 𝙼𝚊𝚖 𝚄𝚖𝚎𝚢𝚜 ♡ᰔᩚ

334



Duhh🙈

2021-11-09

0

lihat semua
Episodes
1 Hilangnya Mahkota
2 Demam Tinggi
3 Apa Terjadi Sesuatu Malam Itu?
4 Kehilangan Sosok Pemimpin
5 Apa Kamu Hamil?
6 Aku Anak Papa
7 Aku Akan Bertanggung Jawab
8 Salah Orang
9 Papanya Dede Bayi
10 Melahirkan
11 Berita Mengejutkan
12 Kedatangan Johan
13 Anindita Yang Kalap
14 Situasi Chaos
15 Pengakuan Ricky
16 Bertemu Leo dan Sandra
17 Kehilangan Jejak
18 Angkasa Raya Group
19 Berkenalan
20 Tony Stark
21 Pergi Bersama
22 Permintaan Arya
23 Spesial Di Hati
24 Bertemu Mama Arya
25 Pertemuan Tak Terduga
26 Mencari Info Tentang Anin
27 Saya Tidak Butuh Tanggung Jawab Anda
28 Executive Assistant
29 Mencari Info Tentang Arya
30 Memberi Kesempatan
31 Mau Tuan Apa?
32 I Love You
33 Cari Uang Buat Siapa?
34 Selamat Datang Di Angkasa Raya Group
35 Papanya Rama
36 Merasa Tak Nyaman
37 Berbesar Hati
38 Bertemu Keluarga Besar Arya
39 Wajah Bahagia Rama
40 Seperti Bodyguard
41 Kalah Cepat
42 Masa Depan Untuk Arya
43 Merasa Rendah Diri
44 Mirip
45 Berebut Bayar
46 Poor Mama Anin
47 Tidak Ada Cinta
48 Fakta Tentang Anin
49 Kemarahan Anindita
50 Seperti Om Ricky
51 Ijab Qobul
52 Om Ricky Sudah Jadi Pengantin?
53 Malam Penuh Cinta
54 Assalamualaikum, Sayang!
55 Ricky Junior
56 Selamat Datang Di Malang
57 Kehilangan Jejak
58 Dua Garis Merah
59 Papa Nggak Sayang Rama
60 Wanita Paling Bahagia
61 Kepergian Arya
62 Ramalan
63 Cepatlah Pulang
64 Kecemasan Anindita
65 Berita Duka
66 Arti Dari Sebuah Mimpi
67 Kehilangan Separuh Nyawa
68 Tidak Perduli Siapa Anda
69 Potong Telinga
70 Pesan Arya
71 Hanya Halusinasi
72 Hot News
73 Setajam Belati
74 Menjemput Azab
75 Ibu Dari Anak Saya
76 Pindah Ke Apartemen
77 Yang Pantas Rama Dapatkan
78 Janji Ricky
79 Ayah Biologis
80 Kalah Taruhan
81 Virus Bucin
82 Menghukum Mama Anin
83 Pangeran Di Dunia Nyata
84 Dilanda Kecemasan
85 Papa Ricky
86 Bukan Papa Rama
87 Tolong Jangan Sakiti Mereka
88 Roti Tawar
89 Rumah Arya
90 Panggilan Baru Untuk Ricky
91 Aku Nggak Selingkuh
92 Main Dokter-Dokteran
93 Seperti Burung Dalam Sangkar
94 Kamu
95 Kode Alam
96 Masa Nifas
97 Grand Opening
98 Minta Papa Baru
99 Balas Dendam Dirga
100 Membalut Luka
101 Saya Mau Bicara
102 Saya Akan Mengambil Rama
103 Amanat Arya
104 Menemani Mama Anin
105 Cerita Tentang Ricky
106 Keinginan Rachel
107 Calon Suami
108 Bobo Sama Papa Ricky
109 Ciuman
110 Menagih Tanggung Jawab Anindita
111 Bapak Lihat Apa?
112 Saya Tidak Perduli Anggapan Orang
113 Mengantar Makanan
114 Kebahagiaan Bertemu Dengan Leo Dan Sandra
115 Alih Profesi
116 Tidak Wajar
117 Jangan Main-Main Dengan Saya!
118 Keberadaan Mama Arya
119 Menantu Yang Suka Membandel
120 Makan Malam Bersama
121 Hanya Cukup Menerima
122 Kotak Bunga Mawar
123 Saya Akan Ada Untukmu
124 Bapak Saja Yang Nekat
125 Jika Kita Menikah Nanti
126 Ternyata Dia Normal, Bro!
127 Jangan Senang Dulu
128 Pesan Link
129 Prioritas Utama
130 Nasi Rendang
131 Bapak Bisa Diam Tidak
132 Menemani Anin Melahirkan
133 Pratama Arka Rahardja
134 Merasa Lebih Tenang
135 Lebih Berkesan
136 Semangat, Rick!
137 Honeymoon
138 Surga Dunia
139 Bonchap 1 -- Ulah Monster
140 Bonchap 2 -- Hadiah Dari Ricky
141 Bonchap 3 -- Menepati Janji
142 Bonchap 4 -- Tuhan Mempunyai Cara-Nya Sendiri
143 Bonchap 5 -- Seharusnya Tidak Bersikap Egois
144 INFO NOVEL BARU
145 INFO NOVEL BARU
146 INFO NOVEL BARU
147 INFO NOVEL BARU
148 INFO NOVEL BARU
149 INFO NOVEL BARU
150 INFO NOVEL BARU
Episodes

Updated 150 Episodes

1
Hilangnya Mahkota
2
Demam Tinggi
3
Apa Terjadi Sesuatu Malam Itu?
4
Kehilangan Sosok Pemimpin
5
Apa Kamu Hamil?
6
Aku Anak Papa
7
Aku Akan Bertanggung Jawab
8
Salah Orang
9
Papanya Dede Bayi
10
Melahirkan
11
Berita Mengejutkan
12
Kedatangan Johan
13
Anindita Yang Kalap
14
Situasi Chaos
15
Pengakuan Ricky
16
Bertemu Leo dan Sandra
17
Kehilangan Jejak
18
Angkasa Raya Group
19
Berkenalan
20
Tony Stark
21
Pergi Bersama
22
Permintaan Arya
23
Spesial Di Hati
24
Bertemu Mama Arya
25
Pertemuan Tak Terduga
26
Mencari Info Tentang Anin
27
Saya Tidak Butuh Tanggung Jawab Anda
28
Executive Assistant
29
Mencari Info Tentang Arya
30
Memberi Kesempatan
31
Mau Tuan Apa?
32
I Love You
33
Cari Uang Buat Siapa?
34
Selamat Datang Di Angkasa Raya Group
35
Papanya Rama
36
Merasa Tak Nyaman
37
Berbesar Hati
38
Bertemu Keluarga Besar Arya
39
Wajah Bahagia Rama
40
Seperti Bodyguard
41
Kalah Cepat
42
Masa Depan Untuk Arya
43
Merasa Rendah Diri
44
Mirip
45
Berebut Bayar
46
Poor Mama Anin
47
Tidak Ada Cinta
48
Fakta Tentang Anin
49
Kemarahan Anindita
50
Seperti Om Ricky
51
Ijab Qobul
52
Om Ricky Sudah Jadi Pengantin?
53
Malam Penuh Cinta
54
Assalamualaikum, Sayang!
55
Ricky Junior
56
Selamat Datang Di Malang
57
Kehilangan Jejak
58
Dua Garis Merah
59
Papa Nggak Sayang Rama
60
Wanita Paling Bahagia
61
Kepergian Arya
62
Ramalan
63
Cepatlah Pulang
64
Kecemasan Anindita
65
Berita Duka
66
Arti Dari Sebuah Mimpi
67
Kehilangan Separuh Nyawa
68
Tidak Perduli Siapa Anda
69
Potong Telinga
70
Pesan Arya
71
Hanya Halusinasi
72
Hot News
73
Setajam Belati
74
Menjemput Azab
75
Ibu Dari Anak Saya
76
Pindah Ke Apartemen
77
Yang Pantas Rama Dapatkan
78
Janji Ricky
79
Ayah Biologis
80
Kalah Taruhan
81
Virus Bucin
82
Menghukum Mama Anin
83
Pangeran Di Dunia Nyata
84
Dilanda Kecemasan
85
Papa Ricky
86
Bukan Papa Rama
87
Tolong Jangan Sakiti Mereka
88
Roti Tawar
89
Rumah Arya
90
Panggilan Baru Untuk Ricky
91
Aku Nggak Selingkuh
92
Main Dokter-Dokteran
93
Seperti Burung Dalam Sangkar
94
Kamu
95
Kode Alam
96
Masa Nifas
97
Grand Opening
98
Minta Papa Baru
99
Balas Dendam Dirga
100
Membalut Luka
101
Saya Mau Bicara
102
Saya Akan Mengambil Rama
103
Amanat Arya
104
Menemani Mama Anin
105
Cerita Tentang Ricky
106
Keinginan Rachel
107
Calon Suami
108
Bobo Sama Papa Ricky
109
Ciuman
110
Menagih Tanggung Jawab Anindita
111
Bapak Lihat Apa?
112
Saya Tidak Perduli Anggapan Orang
113
Mengantar Makanan
114
Kebahagiaan Bertemu Dengan Leo Dan Sandra
115
Alih Profesi
116
Tidak Wajar
117
Jangan Main-Main Dengan Saya!
118
Keberadaan Mama Arya
119
Menantu Yang Suka Membandel
120
Makan Malam Bersama
121
Hanya Cukup Menerima
122
Kotak Bunga Mawar
123
Saya Akan Ada Untukmu
124
Bapak Saja Yang Nekat
125
Jika Kita Menikah Nanti
126
Ternyata Dia Normal, Bro!
127
Jangan Senang Dulu
128
Pesan Link
129
Prioritas Utama
130
Nasi Rendang
131
Bapak Bisa Diam Tidak
132
Menemani Anin Melahirkan
133
Pratama Arka Rahardja
134
Merasa Lebih Tenang
135
Lebih Berkesan
136
Semangat, Rick!
137
Honeymoon
138
Surga Dunia
139
Bonchap 1 -- Ulah Monster
140
Bonchap 2 -- Hadiah Dari Ricky
141
Bonchap 3 -- Menepati Janji
142
Bonchap 4 -- Tuhan Mempunyai Cara-Nya Sendiri
143
Bonchap 5 -- Seharusnya Tidak Bersikap Egois
144
INFO NOVEL BARU
145
INFO NOVEL BARU
146
INFO NOVEL BARU
147
INFO NOVEL BARU
148
INFO NOVEL BARU
149
INFO NOVEL BARU
150
INFO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!